2 - MTM

Yang membuat banyak pertanyaan mengapa pernikahan Windy dan Raikal bisa kandas adalah karena hubungan keduanya terlalu baik, terlalu romantis, dan terlalu sempurna untuk kandas. Semua orang tahu bahwa cinta yang mereka miliki begitu kuat. Tidak ada yang bisa meragukan cinta yang tercipta di mata keduanya. Namun, tiba-tiba saja status keduanya sudah berubah menjadi mantan suami istri.

"Kapan, sih, lo sama Raikal nggak harmonisnya?" tanya Lilian, salah satu teman Windy, saat pertama kali diminta menemani Windy ke pengadilan agama.

"Orang lain nggak perlu tahu permasalahan rumah tangga kami, Lian. Nggak ada yang bisa gue jelasin juga karena ... ini memang bersifat pribadi. Gue nggak bisa bilang kenapa bisa sampe pisah begini sama Ical."

Lilian saat itu menghela napas berulang kali. Dibandingkan hubungan Lilian dengan suaminya, Windy dan Raikal adalah contoh pasangan yang menikah dan membuat iri.

"Gue yang sering banget debat sama suami aja nggak ngerti gimana ceritanya lo bisa pisah begini. Kita nggak pernah nemuin kalian bertengkar. Jangankan bertengkar, diem-dieman aja nggak pernah gue lihat."

Jangankan Lilian yang orang luar, bahkan Raikal sendiri yang menjalani rumah tangga itu juga tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi.

Pria itu merasa segalanya tiba-tiba saja terluapkan, tapi dengan cara yang sangat lembut.

"Cal, aku pengen ngomong sesuatu sama kamu."

Mereka tidak sedang bertengkar atau apa pun. Mereka baik-baik saja, bahkan keduanya baru saja pulang dari makan malam di kediaman orang tua Raikal.

"Iya, mau ngomong apa?"

"Kayaknya aku udah membulatkan tekad malam ini," ucap Windy.

"Wah, tekad apa, tuh? Kayaknya kamu belum cerita apa-apa belakangan ini. Apa kamu mau bikin usaha? Atau ada orang yang ngajakin bisnis buat hobi masak kamu?" tanya Raikal tanpa menebak kalimat istrinya selanjutnya.

"Aku udah yakin seratus persen kalo aku harus mandiri mulai sekarang."

"Iya, nggak masalah kamu mau kerja atau apa. Aku nggak ngelarang, kok. Lagi pula keluargaku juga nggak ada yang memaksa kamu buat jadi ibu rumah tangga yang di rumah aja, kan?"

Windy menatap suaminya yang begitu santai dan tidak menyadari reaksi yang perempuan itu tunjukkan.

"Keluarga kamu memang nggak pernah mau ikut campur, aku akui kelebihan mereka yang satu itu." Windy tanpa sadar mengatakannya dengan datar.

"Hm? Maksudnya gimana?"

"Nggak gimana-gimana, aku mau lanjutin ucapan aku tadi. Aku harus mandiri dan nggak mengandalkan kamu lagi buat jadi sandaran hidupku."

"Hei ... meskipun kamu bisa menghasilkan uang sendiri, aku nggak akan melepas tanggung jawab buat biayain kamu sebagai istriku. Tenang aja, jatah kamu nggak akan berkurang." Raikal mengedipkan matanya pada Windy.

Pria itu tidak sadar sedang masuk dalam sebah pembicaraan yang terlalu dalam. Dia tidak pernah sadar bahwa Windy sedang berusaha memutus tali pernikahan mereka.

"Aku menghargai itu, tapi aku nggak ingin tertekan lagi. Aku mau kita pisah, Cal."

Saat itu juga Raikal menjatuhkan ponselnya. Dia terlalu terkejut dengan ucapan istrinya yang sangat lembut tapi menusuk.

"Maksudnya ... pisah apa? Kamu lagi ngomongin soal apa, Dy?"

"Aku mau kita cerai, Cal. Aku nggak mau menahan diri lagi."

"Hah? Sayang, jangan bercanda, plis. Aku nggak paham kenapa kamu tiba-tiba minta cerai? Ada apa?"

Windy tidak menjawab dengan panjang lebar. Dia hanya mengatakan pada Raikal bahwa sudah tidak sanggup menjalani pernikahan dengan pria itu. Berulang kali ditanya oleh Raikal, berulang pula alasan itu yang keluar dari bibir Windy hingga mereka terus memperdebatkan hal yang sama dan Windy dengan keras kepalanya menggugat cerai suaminya.

***

Saat mendengar bagaimana ketusnya kalimat ibu mertuanya, Raikal tahu ada yang salah dan dirinya tak tahu mana yang salah. Begitu persoalan sikap keluarganya disebutkan, Raikal mendadak tersinggung. Memangnya apa yang dilakukan oleh keluarganya? Selama ini, meski keluarganya tidak setuju dengan pilihan Raikal pada awalnya, tapi mereka tidak menentang dengan membuat drama tak merestui.

Setahu Raikal, keluarganya selalu memilih mengalah dan diam. Hubungan Windy dan keluarga Raikal yang tidak dekat dia siasati dengan memilih tinggal beberapa bulan di kediaman orang tua Raikal. Di sana kamar banyak dan luas, mereka berdua tidak perlu pusing dengan tempat tidur. Meski bulan madu tidak mereka jalani karena Raikal langsung ditarik papanya untuk bekerja secara aktif. Tapi seingat Raikal, tidak ada pertengkaran yang terjadi antara Windy dan keluarga Raikal.

Windy tidak pernah menceritakan apa-apa. Perempuan itu terlihat biasa saja dan terbiasa dengan kondisi keluarga Raikal yang tidak suka banyak bicara. Berbeda dengan keluarga Windy yang hobinya memang berkumpul dan mengobrol. Raikal berpikir, mungkin Windy saat itu juga mulai terpengaruh menjadi sosok yang lebih banyak diam.

Namun, semakin dirinya memikirkan. Semakin Raikal mengingat beberapa detail yang tidak dia gubris selama menikah dengan Windy.

Pertama, Windy tidak pernah membicarakan mertuanya begitu juga sebaliknya. Windy tidak memprotes mengenai sifat mama Raikal. Juga mamanya tidak membicarakan mengenai Windy sedikitpun. Kedua, Windy selalu bekerja dengan tindakan saat berada di rumah orang tua Raikal. Tidak pernah perempuan itu bicara disaat tengah berkumpul. Yang paling sering bicara adalah Raikal dan adik perempuannya, sedangkan Windy hanya tersenyum dan menanggapi seadanya. Hal lainnya, Windy selalu aktif mengajak bicara Raikal ketika berada di kamar berdua. Tapi tetap saja berbeda dengan sosok Windy yang berkumpul di kampung halaman orang tuanya. Windy juga berbeda ketika mereka akhirnya keluar dari rumah orang tua Raikal. Perempuan itu lebih sering bicara ketika melakukan apa pun selama di rumah mereka sendiri.

"Apa selama ini gue yang nggak sadar kalo istri gue udah tertekan?" gumam Raikal.

Pria itu bingung dan tidak fokus mengerjakan apa pun. Wajahnya suntuk dan rambutnya sudah berantakan karena dijambak dengan tangannya sendiri.

"Bro?"

Raikal terkejut ketika mendengar sapaan dari seseorang di ruangannya.

"Gutama? Kapan lo di sini?" tanya Raikal dengan bingung.

"Dari tadi gue ketuk pintu ruangan lo, terus gue masuk dan liat lo sibuk ngusap-ngusap wajah sama jambak-jambak rambut sendiri." Gutama duduk di kursi di depan Raikal. "Lo kenapa? Duda kayak lo bisa banyak pikiran juga? Kan, udah bebas tanggung jawab."

Raikal mendesah dengan lelah. Dia tidak bisa mengatakannya pada Gutaman, tapi dia butuh saran dari seseorang.

"Menurut lo Windy masih cinta sama gue nggak?"

Gutama menaikkan kedua alisnya. Bingung dengan pertanyaan sahabatnya.

"Masih."

"Lo bisa nebak nggak alasan dia nggak mau jadi istri gue lagi?"

Gutama menggaruk pelipisnya semakin bingung.

"Sejujurnya, nih, Kal. Kayaknya orang-orang di luar lingkaran lo juga nggak tahu kapan Windy jadi istri lo. Tahu-tahu kalian udah cerai aja. Itu pun, cuma orang terdekat lo aja yang sadar kalian udah nikah lima tahunan. Kayaknya orang-orang di luar sana bakalan mikir lo sama Windy bukan apa-apa, sih. Justru yang heboh malah lo sama Tiara anaknya orang MPR RI yang terhormat itu."

"Gue sama Tiara udah nggak ada apa-apa dari lama kali. Kenapa masih diinget aja?"

"Ya, itu. Pokoknya terakhir kali lo punya hubungan itu, ya, cuma sama Tiara itu. Orang nggak tahu lo udah nikah dan udah cerai."

Raikal semakin pusing. Kenapa hal semacam itu terjadi di luaran sana?

"Ya, salah lo juga. Nikahan di kampungnya si Windy, terus di sini nggak bikin acara apa-apa lagi. Medit banget."

"Yang pengen begitu bukan gue. Keluarga Windy punya adat kalo nikahan, acara gede-gedeannya digelar sama pihak perempuan. Gue cuma kasih biaya yang sekiranya dibutuhin. Terus pas di Jakarta, mama gue juga nggak heboh gimana-gimana. Kan, yang penting gue sama Windy dah nikah resmi."

"Ya, mungkin karena itu."

Raikal menodong Gutama dengan kesal. "Mungkin karena itu? Apaan?! Jelasin!"

"Ya, mungkin karena Windy ngerasa nggak diakuin sebagai istri lo. Bisa aja dia nemu berita soal lo sama Tiara dan masih hype sampe tahun-tahun kalian nikah. Lagian, maaf, nih sebelumnya. Mama lo aneh juga, sih. Dia malah sibuk jalan ke mall sama mantan lo ketimbang sama bini lo. Terus, geng arisan mama lo tinggi banget. Kayaknya Windy mau sok deket juga malu. Gue ngeliatnya kasian aja, sih. Tapi gue nggak maksud jelekin mama lo, Kal. Mama lo baik, kok. Walaupun ..."

"Walaupun apa?"

"Walaupun baiknya sama yang setara aja."

Raikal mengernyit. "Emangnya mama gue suka judes?"

"Bukan, bukan! Jangan emosi dulu, ya. Mama lo baik, Kal. Cuma kalo nggak masuk ke lingkungannya mama lo paling cuma senyum, kebanyakan diemnya."

Raikal menangkap sikap Gutama yang merasa sangat tak enak hati membicarakan mengenai ibu Raikal.

"Lo nggak marah, kan, gue ngomong gini, Kal?"

"Kenapa lo kayaknya takut banget bahas mama gue di depan gue, sih?" tanya Raikal.

"Ya ... soalnya lo seringnya nggak suka kalo orang tua lo dibawa-bawa."

Raikal menelisik kembali ingatannya. Windy mengatakan bahwa Raikal sangat mencintai keluarganya. Apa mungkin Windy tak mau berbagi mengenai isi hatinya kepada Raikal karena sikapnya selama ini?

"Kal? Bro? Lo nggak apa-apa?"

"Gue mau balikan sama Windy," ucap Raikal lemah.

"Ya, gue cuma bisa dukung kalo gitu."

"Tapi dia nggak mau. Ibunya malah maksa dia pulang ke kampung. Ibunya maksa Windy supaya nggak deket-deket sama gue. Meskipun Windy bilang ada anak yang bakalan lahir, tapi ibunya Windy nggak mau cucunya dibesarin deket gue. Ibunya maksa Windy supaya anak itu hidup dan besar di sana."

Gutama terkejut dengan cerita yang mengalir dari bibir Raikal. Belum pernah Raikal banyak mengungkapkan masalah pribadi sebanyak ini, tapi hari ini Raikal mengatakan segalanya. Bahkan Gutama bisa melihat tangisan sahabatnya itu meski berusaha ditutupi dengan lengannya.

"Gue nggak tahu lo sehancur ini dengan ngomongin Windy, Kal. Gue turut sedih, tapi nggak ada yang bisa gue lakuin. Itu urusan lo dan Windy. Gue cuma bisa dukung apa pun yang kalian pilih."

Tidak akan ada yang bisa menolong hubungan Raikal dan Windy kecuali mereka sendiri. Jadi, bagaimana nantinya Raikal akan memperjuangkan Windy agar mau senantiasa berada di sisinya?

[Di Karyakarsa 'kataromchick' sudah bisa dibaca duluan sampai bab 5, ya. Hope you enjoy it!]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top