18 - MTM
Ini bukan hanya mengenai kehidupan yang diinginkan oleh Windy. Dia menjalani kehidupan yang tidak bisa hanya mementingkan keinginan semata saja. Jauh dari semua itu, Windy harus memikirkan kehidupan seperti apa yang dirinya butuhkan. Begitu juga dengan anak di dalam kandungannya yang pastinya memiliki jalannya sendiri. Windy tidak resah sama sekali jika mengingat penjelasan apa yang harus dia berikan pada anaknya kelak ketika sudah menanyakan kondisi orang tuanya yang tidak sempurna. Windy justru cemas dengan keluarga dari pihak ibu Windy. Ketika anaknya kelak mengerti dengan kondisi ibu dan ayahnya yang tak bisa bersama, bukan Windy dan Raikal yang bermasalah melainkan ibu Windy yang akan sibuk menjelekkan keluarga Raikal di depan cucunya.
Pemikiran mengenai keluarga yang saling membenci adalah yang paling berat bagi Windy di masa depan. Belum lagi jika kehadiran anaknya tak diakui oleh kakek dan nenek dari pihak Raikal. Windy ingin sekali mengatakan bahwa mereka bisa memperlakukan Windy dengan cara yang mereka mau, tapi jangan sampai anak Windy mendapatkan perlakuan yang sama menyesakkan. Perlakuan semacam itu jelas sangat menyakitkan dan Windy tak ingin anaknya kelak akan mendapatkan perlakuan buruk dari keluarga pihak ayahnya sendiri.
Lalu, kini ada pemikiran yang memaksanya untuk sadar bahwa Raikal pasti akan memiliki keluarga baru di masa mendatang. Jika keluarga Raikal saja tak bisa menerima anak mereka, bagaimana bila Raikal benar-benar menikah dengan putri kebangaan seorang politikus itu? Bagaimana bila strata yang sangat jauh membuat anak Raikal terpaksa sadar diri pada kehidupan ayahnya sendiri? Pasti akan sangat menyakitkan bagi anak Windy nantinya begitu menyadari hal itu.
Untuk itulah, Windy segera tersadar agar segera menempatkan diri dengan baik. Ucapan ibunya benar, dia dan Raikal sudah berpisah secara resmi, untuk apa tinggal bersama di dalam satu rumah? Itu hanya membuat spekulasi yang buruk bagi orang lain dan menjadi salah paham lebih jauh. Dan saran Liliana benar dengan mengatakan bahwa akan semakin sulit bagi Windy menekan perasaannya sendiri di dalam satu rumah yang sama, dengan kebiasaan lama layaknya pasangan suami istri. Mungkin Raikal bisa menekan segalanya, tapi Windy yang seorang wanita pasti sangat kesulitan. Untuk itulah Windy memilih untuk segera mencari tempat tinggal sendiri yang bisa dirinya bayar sendiri dari hasil bekerja.
Meski Windy berisiko membayar perbulan tempat tinggal barunya, tak apa. Dia tak ingin muluk-muluk memiliki kehidupan serba mudah dan sempurna yang diakomodasi oleh mantan suaminya. Windy tak mau membicarakan segalanya pada sang mantan suami karena mereka memang sudah bukan pasangan, jika ada keputusan yang diambil itu bisa dilakukan masing-masing tanpa ada yang bisa ikut campur.
Sekarang, Windy mengingatkan dirinya sendiri untuk tidak kelewatan cemburu karena memang Raikal berhak menentukan kehidupannya sendiri pasca perceraian mereka. Anak tetap anak. Windy bisa mengurusnya dan Raikal bisa tetap andil jika memang pria itu ingin mau. Tak perlu mempeributkan masalah anak lagi, sebab semakin dipikirkan semakin Windy yang akan merasakan sakit hati sendiri. Apa yang bisa diharapkan dari pria yang menduda? Banyak kasus dimana duda memang lebih cepat menikah karena seorang pria cenderung membutuhkan pasangan untuk menyeimbangkan kehidupan mereka. Jadi, jika Windy saat melihat pemberitaan mengenai Raikal yang dekat lagi dengan mantan kekasihnya, itu adalah hal yang wajar.
Yang harus Windy garis bawahi juga, Raikal adalah seorang pria sukses yang diincar banyak wanita diluaran sana. Banyak wanita yang lebih siap dengan kehidupan Raikal beserta keluarganya. Tidak ada yang perlu Windy sesali karena ini adalah keputusannya sendiri, mentalnya tak mampu menyeimbangi apa yang Raikal dan keluarganya miliki. Mental Windy masih berada dalam tahap orang miskin yang harus berdampingan dengan hutang dan cicilan untuk bertahan hidup. Tidak ada membeli rumah dengan mudahnya dan memilih tanpa mempedulikan harga. Hanya Raikal dan sebangsanya yang bisa melakukan itu. Sedangkan Windy sudah sewajarnya merasakan hidup sederhana dan tak muluk-muluk mencari tempat tinggal.
Maka pagi ini, dia siap menghadapi jam kerja tanpa sibuk menyiapkan menu sarapan. Meski Windy tahu Raikal akan kebingungan, tapi dia sudah membulatkan tekad untuk hidup secara masing-masing meski berada satu rumah. Begitu dia mendapatkan rumah yang tepat dan bisa keluar dari sana, maka kehidupan Windy akan kembali normal dan sepenuhnya tidak bersinggungan dengan Raikal kecuali urusan anak saja.
"Dy?" panggil Raikal dengan wajah bingung.
"Ya?"
Windy sendiri sudah bersiap-siap akan keluar dan mengambil flat shoes yang ingin dipadukan dengan pakaian kantornya hari ini.
"Kamu nggak masak? Nggak ada bekal buat aku bawa hari ini?" tanya pria itu.
Seperti yang Windy duga, Raikal pasti akan mempersalahkan ini.
"Nggak, Cal. Aku buru-buru banget pagi ini."
Ini alasan di hari pertama Windy tidak membuatkan sarapan, untuk besok, Windy akan menyiapkan alasan lainnya yang pasti bisa dianggap normal oleh Raikal. Setelahnya, Windy yakin pria itu akan mulai terbiasa.
"Roti, roti nggak ada?"
"Oh, kalo kamu mau roti coba bikin aja sendiri, ya? Aku beneran nggak sempet, deh."
Raikal berniat untuk membuka mulutnya dan menanyakan hal lain, tapi wajah satpam rumah mereka sudah terlihat dari pintu rumah yang sengaja Windy buka seraya memakai flat shoes miliknya.
"Bu, diluar udah ada temennya nungguin."
"Ah, iya. Saya segera ke depan, makasih infonya Pak Imin."
Satpam itu tersenyum sopan dan menundukkan kepalanya singkat pada Raikal yang terlihat masih menggunakan kaus putih dan celana pendek.
"Siapa temen yang nungguin di depan?" tanya Raikal tak bisa menunggu Windy menyelesaikan kegiatannya.
"Liliana. Yaudah, aku jalan ya, Cal. Have a good day!"
Windy tahu semua kegiatan ini terasa sangat jauh berbeda dari biasanya. Windy sendiri tidak bisa membayangkan ada dalam tahap ini. Ekspresi Raikal yang tak ikhlas tadi membuat Windy terbebani. Namun, ketika berpapasan dengan Liliana, dia mendapatkan kalimat penghibur.
"Jangan dibawa pusing bumil. Santai aja. Nanti juga terbiasa."
Windy berusaha kembali optimis berusaha membuat Raikal terbiasa tanpa dilayani oleh Windy. Hubungan mereka sudah berakhir, tak perlu setidak nyaman itu untuk tidak membuatkan sarapan dan buru-buru berangkat seperti ini.
"Satpam kamu tahu kalo kalian udah pisah?" tanya Liliana yang pandangannya tetap fokus ke depan.
"Tahu, kok. Kenapa?"
"Dia masih panggil kamu Ibu, berarti dia masih anggap kamu tuan rumah, pasangannya Pak Raikal."
Windy menghela napasnya dan menatap ke depan tanpa ingin membalas ucapan Liliana itu.
"Maafin aku kirimin kamu halaman IG itu, Dy. Aku cuma nggak mau kamu nanti malah makin nggak bisa lepas dari Raikal. Padahal mantan suami kamu sendiri udah ada usaha buat move on."
Windy mengangguk. "Nggak apa-apa. Aku jadi sadar diri juga setelah kamu kirimin tautan itu."
Liliana hanya bisa tersenyum singkat dan berharap dia bisa membantu temannya itu menjalani kehidupannya yang baru. Liliana tahu Windy adalah perempuan mandiri sebelum bersama Raikal, jadi tidak akan sulit bagi Windy untuk bisa bertahan bersama anaknya saja.
***
Raikal merasakan hal yang berbeda. Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi sebenarnya, tapi sikap Windy berubah dalam semalam. Raikal tadinya tak mau berpikiran macam-macam, dia yakin bahwa mungkin Windy memang sedang sibuk dan buru-buru di tempatnya bekerja. Namun, otaknya bekerja lebih keras mencoba mengingat kesalahan apa yang dilakukannya semalam hingga Windy berubah menghindarinya begini.
"Kayaknya semalem gue cuma minta bukain pintu, habis itu udah. Apa gue ganggu tidurnya?"
Raikal benar-benar tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada diri Windy. Namun, Raikal tak suka dengan keadaan seperti ini. Dia tidak nyaman berangkat ke kantor dengan semua hal yang tidak seperti biasanya. Bekal tak ada di dalam tas kerjanya, makan siang berantakan karena biasanya tak disuguhkan oleh Dion--asistennya. Semua hal menjadi kacau dan suasana hati Raikal tidak berada pada kondisi yang biasanya.
T-rex [Omongan bini gue bener, nih.]
Di dalam grup yang terdiri dari empat orang pria dewasa yang seringnya sepi itu, Derek mengirimkan tautan yang langsung membuat Raikal cemas.
Gutama [ @T-rex si anjing, dibilangin gausah bacot!]
Gutama [ Apus, Rex. Ntar keburu diliat.]
Bantara [ Ini nanti mantan berkonflik ama mantan ceritanya? @Rai]
Gutama [Ah anjing lu juga Ban! Malah di tag.]
Raikal tidak peduli dengan kerusuhan yang terjadi di dalam grup. Sekarang satu-satunya yang membuat Raikal kelimpungan adalah fotonya dan Tiara yang dijadikan konsumsi publik. Namanya yang semula biasa-biasa saja langsung dicari oleh banyak orang. Akun Instagram miliknya yang sudah lama sepi dan jarang memposting foto pribadi mendadak mendapatkan banyak love dan follower yang tidak dia mengerti kenapa bisa datang.
"Kenapa jadi pada kepo akun IG gue begini, sih?"
Raikal yakin Tiara bukanlah artis, tapi kenapa anak Wacana Ilham itu mendapatkan banyak atensi masyarakat? Tiara seolah selebritas yang tidak akan lengkap hidupnya tanpa pemberitaan sana sini. Ada apa, sih dengan hidup Raikal?
Raikal yakin bahwa ini semua memang akal-akalan Tiara. Nama Raikal menjadi terkenal dan kini dia akan terus disorot dengan semua kedekatannya dengan Tiara yang dipaksakan oleh perempuan itu. Padahal, saat dulu mereka masih menjadi pasangan kekasih, tidak ada pihak yang repot-repot menyorot kehidupan pribadi mereka. Lalu, sekarang kenapa begini? Apa karena eksistensi ayah Tiara yang semakin besar pula?
"Sialan! Ini pasti ada yang sengaja nangkep gambar begini!"
Mau tak mau Raikal segera memberikan tanggapan di grup.
Rai [Ini gimana cara supaya gak makin jauh beritanya? @ T-rex]
T-rex [Ikutin aja alurnya. Lu berhenti deketin Tiara, atau kalo mau keluarin duit banyak buat satu berita itu.]
T-rex [Inget ya, itu cuma satu postingan. Lu bakalan keluar duit lagi kalo ada pemberitaan empuk lainnya. Kalo lu keluarin duit, berarti target marketing tuh akun berhasil.]
Raikal mengusap wajahnya dengan frustrasi. Dia mendapatkan masalah dengan satu tindakan ceroboh. Dia seharusnya tidak bersikap baik pada Tiara. Lebih baik bersikap jahat pada perempuan itu dan Raikal tidak akan masuk dalam pemberitaan yang aneh-aneh begini.
T-rex [Kalo kehidupan artis, beginian udah biasa bro. Semakin lu tutupin semakin media kreatif, ini emang lahan mereka cari makan. Saran gue, diem aja. Yg perlu lu urusin adalah orang terdekat supaya gak salah paham.]
Sudah jelas, Windy sudah tahu mengenai foto ini. Raikal yakin perubahan yang terjadi pagi ini juga karena postingan tersebut. Kini, Raikal benar-benar mengutuk Tiara yang menempel padanya seperti parasit dan menyebabkan masalah.
[Hai! Bab 28 udah up di Karyakarsa juga. Momen emak-emak ketemu sengit banget daaaaannn ada yang dianter sama pak bos. Hahaha.]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top