• 18 •

APA yang sebenarnya sedang terjadi sekarang?

Beberapa saat lalu, Galih mengintimidasinya, lalu entah kenapa tiba-tiba saja dia menciumnya. Sebuah ciuman yang sanggup membuat Dara syok hingga jatuh pingsan, karena hal seperti itu tak seharusnya mereka lakukan.

Lalu saat Dara membuka mata, Galih yang sebelumnya tampak sibuk di meja kerjanya tiba-tiba saja bangkit dan menghampirinya. Pria itu bertanya dengan nada lembut dipenuhi perhatian yang sanggup membuat Dara nostalgia.

Dara berpikir dia sedang bermimpi. Dia bahkan hampir saja terbuai. Namun ketika pintu ruangan diketuk dari luar, lalu sosok Farhan yang memasuki ruangan, Dara sadar jika semua itu bukanlah ilusi.

Pipinya sontak saja memerah. Terlebih saat Farhan menatapnya dengan tatapan menggoda yang membuat Dara ingin mengubur dirinya jauh di dalam tanah. Dara memalingkan wajah, menyimak dalam diam percakapan Farhan dengan Galih sebelum suara pintu tertangkap oleh indra pendengarannya.

Galih memegang tangannya, kemudian menarik tangan Dara layaknya sedang memaksa untuk diperhatikan dengan saksama. Dara menelan ludah susah payah saat melihat senyuman Galih yang ditujukan untuknya.

"Mau pingsan lagi?" Pertanyaan itu sukses membuat Dara merasa urat malunya putus.

Dia sudah dewasa. Sudah terlalu tua untuk ciuman pertama. Akan tetapi memang begitulah kenyataannya. Dara tidak pernah berciuman sebelumnya. Dia juga tidak pernah pacaran lagi setelah putus dengan pria di depannya ini sembilan tahun lalu.

Dara mencoba menarik kembali tangannya, tapi Galih menggenggam tangannya dengan erat. "Aku mau bicara sama kamu," katanya.

"Apa yang mau Bapak bicarakan dengan saya?" Dara langsung teringat masalah cuti yang belum disetujui Galih sebelumnya. Dia pun langsung menganggukkan kepala. "Baiklah kalau begitu. Kalau Bapak sudah senggang, Bapak bisa memanggil saya lagi," putusnya setelah ingat pembicaraan Farhan dan Galih sebelumnya.

"Ra," panggil Galih pelan.

"Hm?" Dara menatapnya bingung.

"Kamu ... bisa nggak, nggak usah terlalu formal sama aku?" Galih menatapnya memelas. Sungguh dari cara bicara Dara padanya saja sudah seperti menunjukkan garis yang tegas di antara mereka.

Dara langsung merasa dongkol setengah mati. "Enggak, karena Bapak adalah atasan saya. Kalau saya terlalu santai bicara dengan Bapak, nanti Bapak mikirnya saya tidak menghormati Bapak sebagai atasan saya, kan?"

Galih jadi dongkol setengah mati. Dia seperti ditampar oleh kata-katanya sendiri tadi. "Kalau hanya ada kita berdua, kamu nggak perlu terlalu formal seperti itu juga, kan?"

Dara memiringkan kepalanya. "Maksud Bapak sebenarnya apa, ya?"

Galih berdecak kesal. "Lupakan!" Dia mengeluarkan ponselnya, lalu menyerahkannya pada Dara.

"Apa?" Dara menatapnya tidak mengerti.

"Nomor kamu." Galih menunjuk ponselnya menggunakan dagu, isyarat kalau dia meminta nomor Dara untuk diisi di ponselnya.

Dara mengerjapkan kedua matanya. Sungguh, dia tidak bisa mengerti apa maksud pria di depan matanya ini. Tiba-tiba saja dia marah, tiba-tiba saja dia menggoda, menjadi lembut dan penuh perhatian, lalu kesal sendiri dan sekarang malah jadi seperti ini.

Sejak kapan Galih yang dia kenal dingin dan jarang bicara itu menjadi labil seperti anak kecil?

Walaupun begitu, Dara tetap menurut dan menulis nomornya di ponsel Galih, kemudian mengembalikan ponsel itu pada pemiliknya. "Nomor saya buat apa, Pak?"

Galih tersenyum tipis. "Rahasia."

"Aneh," katanya refleks.

Galih tertawa pelan. "Sana balik kerja, jangan makan gaji buta," katanya sembari kembali ke meja kerjanya.

Dara tampak takjub melihat Galih bisa tertawa seperti itu di depannya. Padahal sudah berhari-hari mereka bekerja sama, tapi tak sekali pun Galih pernah tertawa ataupun terlihat ramah pada bawahannya. Bahkan malah kebalikannya.

"Kenapa kamu masih di sana? Mau tidur lagi, ya?"

Pertanyaan itu membuat Dara memelototinya. Dia bangun dan merasa kepalanya bergoyang. Galih sepertinya sadar itu, karena kini pria itu sudah berdiri dan berniat menghampirinya lagi.

Namun, Dara langsung pergi setelah mengatakan permisi. Tentu saja dia harus kembali agar tidak dihina makan gaji buta oleh atasannya sendiri. Dan bagaimanapun juga dia memang masih punya cukup banyak pekerjaan saat ini.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top