Bagian Sepuluh

Saka mengusap wajahnya lalu membingkai kedua sisi kepalanya dengan telapak tangan. Mencuci muka tak membuat wajah serta pikirannya segar. Naima di dalam sana sedang ditangani dokter. Apa yang membuat perempuan itu histeris dan berteriak. Siapa yang perempuan itu bunuh. Naima adalah perempuan berhati lembut, tak mungkin menyakiti siapa pun. Naima jelas trauma melihat darah. Seingatnya selama Saka mengenalnya, Naima bukan tipe orang yang phobia darah. Dulu Naima melihat kecelakaan beruntun bersamanya pun Cuma syok tapi tak menjerit. Sebenarnya apa yang terjadi selama kurun waktu enam tahun ini. Apa yang Naima alami selama mereka tidak pernah bertemu. Sibuk mencari jawaban ia tak menyadari derap langkah cepat seseorang yang datang.

"auw!!"

Saka terkejut ketika ada seseorang yang melayangkan tas kulit besar tepat di atas kepalanya dengan amat keras. Tak Cuma sekali tapi tas itu memukulinya berkali-kali.

"Kenapa lo di sini. Apa yang lo lakuin sama kakak gue!!" Saka sadar siapa yang memukulinya dengan amat brutal. Itu suara El, adik Naima. Perempuan bar-bar yang sempat mengamuk di kantornya dan hampir mencelakakan Laura saat Saka membatalkan pernikahan. El datang, El bukan perempuan lemah lembut. Dia tak segan-segan menganiaya siapa pun yang dianggapnya bersalah. "Lo brengsek!! Benaniya lo datangin kakak gue setelah hidupnya tenang. Lo sepantasnya digantung, dibunuh kalau perlu dimutilasi!!"

Saka jelas merasakan sakit, tapi tak mampu membalas karena pantang baginya memukul perempuan. Ia pantas mendapatkannya, kesalahannya terhadap Naima tak termaafkan. Mungkin kalau Narendra masih hidup pria itu tak segan-segan menembak kepalanya.

"Lo nyesel, lo merasa bersalah karena buat kakak gue menderita. Tapi semua itu basi...basi!!!" Pukulan itu baru berhenti ketika tangis kencang seorang balita dan anak kecil terdengar. Saka pelan-pelan membuka mata. El yang memakai gaun hijau bermotif bunga daisy kuning tengah menggendong seorang balita, sedang Andra yang juga menangis tengah di tenangkan oleh seorang wanita.

"Bu Naima sudah sadar," ucap seorang suster sembari membuka mulutnya lebar-lebar karena terkejut mengetahui kekacauan di luar ruangan. Rambut seorang pria terlihat kacau seperti di terpa angin puting beliyung, agak jauh darinya ada dua orang wanita menenangkan anaknya masing-masing. Apa pria ini diamuk, karena ketahuan selingkuh dan wanita yang dirawat juga termasuk wanita selingkuhannya. Sang suster Cuma menggelengkan kepala ketika melihat Saka pelan-pelan menata rambut. Si suster memilih pergi, karena tidak mau terlibat kekacauan selanjutnya.

"Kita belum selesai!!" ancam El sebelum masuk ke ruangan.

Saka masih terpaku di tempat. Pikirannya terlalu kalut hingga nyeri di wajahnya dan kepalanya yang berdenyut tak dihiraukannya. El pantas memukulnya, Tapi Saka masih tak menemukan jawaban. Sebenarnya apa yang terjadi dengan Naima.

"Mamah Andra takut." Dahi Saka mengernyit ketika anak Naima yang berada di pelukan seorang wanita memanggil wanita asing dengan sebutan mamah. Saka terlalu memikirkan Naima hingga lupa jika Andra semenjak tadi duduk di sampingnya.

"Sudah, Bunda Naima pasti baik-baik saja." Clara pun sadar ada sepasang mata yang menatapnya heran. Saka yang duduk tak jauh darinya, seperti ingin membuka mulut tapi mungkin diurungkan karena mereka tak saling kenal. Keduanya memang tidak pernah bertemu, tapi Clara kerap mendengar kisah kebrengsekan Saka dari mulut El atau suaminya sendiri.

"Anda siapa?"

"Saya Clara mamahnya Andra sekaligus Ibu tiri Naima."

Mata Saka jelas melebar, seakan tak percaya dengan kenyataan yang ada. Sekian lama ia selalu percaya jika Andra putranya tapi ini bukanlah jebakan Naima selanjutnya kan. Dia tak pernah mendengar jika Narendra Hutomo menikah lagi.

"Saya Saka.."

"Ya saya tahu siapa Anda."

Clara harus memberanikan diri untuk menjelaskan semuanya. Hubungan Saka dan Naima mulai meruncing dan menjadi benang kusut lalu menyeret Andra. Saka juga mesti tahu apa yang terjadi pada Naima enam tahun lalu, ketika pernikahan mereka batal. Clara seorang ibu, apa pun akan ia lakukan demi keselamatan Andra dan ketentraman keluarganya adalah yang utama. Naima pingsan pasti bukannya tanpa sebab.

"Andra bukan anak Naima?"

"Bukan, Andra adiknya Naima. Sedikit orang yang tahu kalau Narendra Hutomo menikah lagi."

Saka mengangguk pelan tanda paham. Pernikahan kedua Narendra disembunyikan karena istrinya masih begitu muda dan kalau Andra sudah sebesar ini berarti sebelum istri pertama Narendra meninggal. Lelaki itu sudah menikah duluan. Hatinya memang sakit karena terkaannya selama ini meleset. Naima tidak punya anak. Saka merasa tertipu tapi oleh siapa? Naima tak pernah mengatakan jika Andra anaknya. Saka terobsesi dengan asumsinya sendiri.

"Saya kira kalau ...."

" Kalau Andra anak Naima dan kalian ke sini tadi karena ingin melakukan tes DNA. Andra bukan anak Anda dan saya minta maaf kalau selama ini Naima mempermainkan Anda."

Saka menggeleng gusar, Ia tak suka kenyataan ini. Ia sudah membayangkan jika punya anak kandung dan tak tertipu lagi. Hatinya berharap terlalu tinggi, berharap jika Naima dan dirinya punya ikatan kuat yang bisa membuat perempuan itu kembali padanya. Kenyataannya kesempatannya hangus, sebenarnya Saka terobsesi pada apa? Mendapatkan Andra atau mendapatkan Naima. Tapi sudahlah kalaupun Naima berniat menipunya, ia pantas mendapatkan itu. Yang Saka masih bingung, kenapa Naima histeris? Ingin masuk ke ruangan rawat tapi di dalam masih ada El yang siap mencakarnya.

"Saya terlalu yakin dengan asumsi saya sendiri." Saka tersenyum getir, lalu menyandarkan punggungnya ke kursi. Semua terjadi dengan begitu cepat, hari ini betul-betul melelahkan. "Naima tadi sempat histeris dan menangis karena melihat ibu hamil menjadi korban kecelakaan."

Clara diam sejenak, sang putra meletakkan kepalanya di pangkuannya. Clara mengelus surau putranya yang mulai terlelap tidur sembari berpikir keras. "Apa Anda tahu kalau Naima pernah keguguran?"

"Naima pernah hamil?"

"Saya kira Anda tahu. Saya kira Anda meninggalkan Naima dalam keadaan hamil?"

Tubuh Saka kaku seperti semen yang mengeras. Otot punggungnya menjadi tegang, Jantungnya berpacu cepat seperti hendak melompat ke perut. Tiba-tiba wajahnya memucat. Kenyataan yang terungkap ini laksana sebuah martil besar yang langsung meninju kepalanya. Naima pernah mengandung dan janin itu milik Saka.

"Saya tidak pernah tahu itu." Saka lemas seketika dan berusaha berpegangan pada otaknya yang separuh waras. Ia bisa gila mendapatkan pukulan telak bertubi-tubi.

"Tapi Anda tahu percobaan bunuh diri Naima?"

"Naima pernah melakukan itu?" Apalagi ini. Saka ingin meremas rambutnya keras atau membenturkan kepalanya ke dinding.

Dahi Clara berkerut, mendekatkan posisi dua alisnya yang lebat. Bukannya saat Naima di rumah sakit, Dasa Baratha sempat datang. "Saya kira Anda, orang yang tak punya hati."

"Saya tidak akan meninggalkan Naima kalau tahu dia hamil!!" Dan Saka tak akan bisa hidup kalau Naima mati dengan cara bunuh diri. Ia membatalkan pernikahannya untuk memberi pelajaran pada Narendra Hutomo dan juga Dasa Baratha yang telah mengatur hidupnya. Menikahi Paula awalnya juga untuk membuat ayahnya marah. Paula gadis biasa, anak karyawan Dasa. Saka tak tahu jika pernikahannya membuat Naima begitu hancur hingga ingin mengakhiri hidup. Naima yang ia kenal adalah wanita kuat.

"Tapi Anda mencampakkannya, membuat Naima terpuruk. Karena percobaan bunuh diri itu Naima kehilangan bayinya juga. Setelah mengeluarkan semua cairan beracun dari perutnya, dia mengalami pendarahan hebat. Di mana Anda saat itu? Berada di dalam pelukan wanita lain yang Anda cintai. Kalian hidup bahagia, sedang Naima harus berjuang hidup." Clara menarik nafas sejenak, untuk mengumpulkan fakta yang ada. Saka harus tahu, sebanyak apa dosa yang diperbuatnya. "Naima hidup dalam kesedihan karena merasa telah membunuh bayinya. Dia selalu menghindari wanita hamil, pada saat adiknya melahirkan pun Naima tak berani menemani."

Saka menunduk, merasakan getir sekaligus kesedihan. Hidup apa yang telah dipilihnya. Menikahi perempuan iblis setelah membuang wanita yang begitu berharga hanya karena ego. Saka yang selama ini egois, Kesal karena kehidupannya diatur lalu melampiaskannya pada orang lain yang tidak bersalah.

"Saya tidak tahu..." Jawabnya tercekat. Clara tahu pria yang ada di hadapannya ini sedang menahan air mata. Kesalahan Saka terlalu besar dan sulit termaafkan. Waktu Naima terbuang sia-sia menangisi mantan kekasih dan juga bayi mereka. Kekagetan Saka tak sebanding dengan kegilaan Naima.

"Sudahlah waktu tak bisa diputar. Anda sepertinya juga mendapatkan balasan setimpal. Saya dengar, anak yang Anda besarkan bukan berasal dari benih Anda. Bukankah ini adil? Anda membesarkan anak orang lain dan membunuh anak Anda sendiri?"

Pernyataan Clara seolah anak panah bermata runcing yang di lesatkan tepat ke jantung dan membuatnya meledak hancur. Secara tidak langsung ia juga turut andil atas meninggalnya Janin itu. Keringat dinginnya menetes deras dari dahi, segala pikirannya bertarung memenuhi otak dan siap meletus bak lava didih. Masa lalu Naima yang pahit terbongkar, memberikan Saka pukulan telak.

Clara tahu Saka menundukkan kepala guna menyembunyikan tangisan. Semua menjadi kacau dalam satu hari tapi ini terasa melegakan. Setidaknya pria brengsek ini pantas diberi hukuman meski Clara tidak yakin jika Cuma kehilangan janin akan memberikan Saka penyesalan yang amat dalam.

"Sebaiknya Anda menjauh dari Naima, itu mungkin bisa sedikit membayar kesalahan Anda di masa lalu."

Begitukah? Saka bukan seorang pengecut, walau ia pernah menjadi seperti itu. Sekarang setelah rahasia besar Naima terungkap, Saka enggan beranjak untuk lari. Masa lalu memang tak mungkin diperbaiki, luka Naima tak mungkin menutup kembali tapi setidaknya ketika mereka dipertemukan lagi. Bukannya itu jalan yang ditunjukkan Tuhan supaya Saka bisa menebus dosanya. Saka tak meminta bersama, mengharap cinta Naima serasa keterlaluan. Tapi ia meminta sedikit kebaikan Tuhan agar bisa membuat Naima kembali bahagia.

********************

update cepet karena punya stok, tapi akan lama lagi karena harus ngedit naskah yang gak kelar-kelar. Hahahahahah

Maafkan daku kalau jarang balas komen, kalau pun balas pasti pakai akun satunya. Pakai PC aku masih bingung, mohon di maafkan.

Kemarin sempat baca novel diana palmer dan langsung jatuh cinta sama ceritanya. Soalnya lama-lama baca hisrom bikin mood jungkir balik, ku pilihlah cerita diana palmer sama susan mallery.

Jangan lupa vote dan komentarnya.

Salam sayang dari aku,,,,emuach...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top