16
Sohyun pov
"Handphoneku tertinggal pagi itu. Lalu aku kembali ke mobil. Kau tidak ada disana, kupikir itu aneh karena belum sampai satu menit aku meninggalkan mobil dan kau sudah tak ada. Aku melihat ke sekitar, lalu menemukanmu berjalan terburu-buru. Karena penasaran, aku mengikutimu. Dan ternyata.. benar. Kau punya hubungan dengan Jaehyun!"
Tidak. Kenapa aku harus seceroboh ini? Sekarang, Taeyong tahu satu fakta tentangku. Jika dia mengembangkan keingintahuannya dan menemukan latar belakangku yang sebenarnya, dia dan keluarganya pasti akan sangat membenciku.
Bodohnya aku! Bahkan, kakak tiriku yang serakah pun tau keberadaanku.
Terlambat sudah. Lagipula, aku sudah hancur. Tak ada lagi yang bisa aku tutupi. Sekarang yang harus aku pikirkan adalah bagaimana mensolusi permasalahan baru yang aku ciptakan ini.
Padahal.. sudah setahun aku bersembunyi seperti seekor tikus. Dan aku mulai lelah..
Aku bertahan hanya karena papa..
.
.
"Pergilah Sohyun! Kau harus mencari kelemahan mereka, jika kau tetap disini mereka akan berusaha menyingkirkanmu. Kau tau satu hal?"
"Papa mewariskan segalanya atas namamu. Semua sudah sah!"
"Tidak! Tidak mungkin Sohyun ninggalin Papa dalam keadaan seperti ini. Bagaimana kalau mereka menyakiti Papa? Bagaimana kalau Papa sampai terluka? Bagaimana kalau bukan aku yang mereka singkirkan, tapi Papa??"
"Percayalah Sohyun, mereka tak akan menyakiti Papa. Mereka punya hanya punya dua pilihan, pertama menginginkan Papa agar menandatangani dan mengesahkan surat warisan yang baru. Kedua, mereka menyingkirkanmu sehingga mau tidak mau Papa menuliskan pewaris Papa atas nama Chan."
"Kalau begitu, biarkan saja mereka berkuasa. Aku tak mau jauh dari Papa."
"Sohyun.. melihatmu memimpin perusahaan adalah impian Papa. Apa kau tega menghancurkan apa yang selama ini Papa impi-impikan? Mereka sama sekali tidak berhak mendapat semua yang menjadi hakmu!"
Setahun yang lalu, papa memintaku kabur dari rumah. Semua terkesan mendadak karena pada waktu itu aku baru saja menyelesaikan kuliahku di Canada. Bersama dengan Lucas.
Lucas adalah sahabatku, dan dia sepupu dari Jaehyun.
Aku bahkan tak sempat meletakkan koperku di kamar, rumah tampak sepi. Aku hanya melihat Papa disana. Dan tiba-tiba beliau menyuruhku pergi??
Butuh waktu bagiku untuk mencerna kalimatnya. Namun, mau tidak mau pilihanku hanya satu.
Pergi demi keselamatan Papa!
Hari itu adalah terakhir kalinya aku menatap wajahnya. Papa dan aku tak pernah lagi bertemu, dan Jaehyun adalah satu-satunya media dimana aku bisa mengetahui kabar Papa.
Semua orang tidak tau keberadaanku, kecuali Jaehyun dan Papa.
Aku bertahan di lingkungan yang liar, dimana tak seorang pun peduli terhadapku. Aku beradaptasi dengan kerasnya hidup, aku menyamar menjadi seorang gadis tomboy dengan pakaian yang compang-camping. Sejauh itu, usahaku berhasil. Tak ada orang rumah yang mengenaliku, termasuk Chan.
Mereka hanya mengingat pakaian terakhir yang aku kenakan saat malam itu aku berlari dan memanjat dinding, mencoba kabur dan menghindari kejaran anak buah mama dan kakak tiriku.
Dan sejak malam itu pula, papa terserang stroke dan hanya bisa tebaring di atas kasur.
Kalian pikir ini sulit?
Iya, ini sangatlah sulit. Aku tak terbiasa makan sehari sekali. Mandi sehari sekali. Aku bahkan sama sekali tak melakukan perawatan rambut dan kulit yang biasa aku lakukan rutin di akhir minggu. Keadaanku benar-benar buruk. Namun tekadku jauh lebih kuat sehingga mampu memimpin ketangguhanku, aku ingin melihat papaku selamat. Itu saja, karena hanya beliau yang aku miliki.
Metropoliz adalah aset paling berharga kami. Papa mengembangkannya sudah lama sejak aku masih bayi. Papa selalu berharap, jika suatu hari nanti aku dapat menggantikan posisinya dan menjabat sebagai pimpinan baru disana. Namun, sungguh mengerikan. Ketika mama dan kakak tiriku hadir, papa harus berjuang mati-matian mempertahankan agar Metropoliz tak jatuh ke tangan mereka.
Sebenarnya aku benci bisnis dan politik! Tetapi apa dayaku, jika sudah menyangkut soal papa, maka aku tidak punya pilihan yang lain lagi. Lebih baik aku kehilangan jati diriku daripada harus kehilangan papaku.
Sekarang, semua sudah diujung tanduk. Mungkin tak lama lagi, Taeyong akan membongkar identitasku. Dan aku sungguh menantikan rencana apa yang akan dilakukan Chan untuk menangkapku. Sejauh ini, pergerakannya tak terdeteksi olehku. Namun, aku yakin.. ini bukanlah akhir dari usahanya. Chan pasti sedang mematangkan rencana X-nya untuk mendapatkanku kembali.
Sebenci apapun mama tiriku padaku, dia tetap menyayangi putranya Chan, sehingga.. tidak hanya harta papa yang berusaha Chan dapatkan, tetapi aku, harga paling berharga papa juga yang ingin ia kuasai.
Sejak itu aku menyebutnya serakah. Ia memang serakah bukan?
.............................
"Hari ini, kau tidak boleh pergi kemanapun!"
Pagi selanjutnya, Sohyun dan Taeyong berangkat bersama menuju kampus. Keheningan masih tetap sama, tetapi kondisinya lain hari ini semenjak Taeyong memergoki Sohyun dan Jaehyun berpelukan kemarin.
"Kenapa? Bukannya aku bebas pergi kemana pun? Itu sesuai kesepakatan kita sebelum bertunangan. Kebebasan! Tak boleh mencampuri urusan satu sama lain!"
"Siapa yang tau kalau ternyata hari ini kau pergi menemui laki-laki itu dan kau mencoba menyusun ide jahat untuk menjatuhkan keluargaku?"
"Kau ini kenapa sih? Jaehyun itu orang baik-baik! Kau salah paham padanya!"
"Aku tidak percaya! Sebenarnya, sejauh apa hubunganmu dengannya? Aku khawatir, kau mendekati keluargaku sejak awal karena memang sudah direncanakan! Iya kan?"
"Berhenti membual! Sudah kubilang, aku tak punya rencana jahat apapun padamu!"
Sohyun cukup emosi atas kekeras-kepalaan Taeyong. Apa butuh ratusan hingga ribuan kali Sohyun mengucapkan kalimat pembelaannya agar Taeyong percaya? Tidak. Bahkan sampai jutaan kali pun, Taeyong pasti menutup mata dan telinganya.
"Apa itu??"
"Apa yang mau kau lakukan??"
"Jangan bertindak konyol, Taeyong!!"
Taeyong mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Sebuah borgol!
"Dengan ini, kau tidak akan bisa kabur dariku."
Klik.
"Dasar psikopat gila! Serahkan kuncinya padaku!"
"Uhuh.. tidak akan!"
Taeyong melemparkan kuncinya sembarangan dan jatuh entah disisi mobilnya yang bagian mana.
Sohyun menyerah. Taeyong sudah kelewatan. Kecurigaannya tidak bisa ditoleransi.
"Sekarang, bagaimana kita keluar?"
Sohyun mengamati sisi kanan kirinya. Memperhatikan posisi pintu yang berlainan arah.
She was so done with Taeyong.
Taeyong pun menarik Sohyun kesisinya. Mengajaknya keluar melalui pintu di sebelah kiri Taeyong.
"Aku sungguh lelah menghadapimu.."
Lirih Sohyun.
"Pelan-pelan!"
Taeyong yang sudah keluar, menarik tangannya sehingga membuat Sohyun secara paksa keluar dari mobil.
Tepat saat itu juga, banyak mata memandang. Mereka merasa terkejut. Iya, mereka para mahasiswi sudah tau bahwa Taeyong bertunangan dengan Sohyun. Berita menyebar begitu luas dengan perkembangan mulut ke mulut. Ya, banyak yang menatap iri dan benci.
Terlebih, setelah mengetahui borgol yang mengikat tangan keduanya pagi ini. Banyak dari mereka yang berpikir bahwa tindakan 'overpossesive' Taeyong ini sebab guna-guna Sohyun!
"Kau dengar? Mereka pikir aku melakukan guna-guna padamu. Sebaiknya kita cari kuncinya dan melepaskan borgol ini!"
"Cari saja kalau bisa!"
Mengabaikan saran Sohyun, Taeyong justru berjalan tanpa ragu. Semakin lama, semakin banyak mata yang menyaksikan mereka. Menyaksikan kegilaan Taeyong.
Taeyong adalah salah satu pria paling TOP di kampus tersebut, tentu saja memiliki banyak penggemar dan Sohyun tak perlu menunggu lama lagi untuk mendapat cacian dan nyinyiran, sebab saat itu juga telinganya panas mendengarkan omongan para mahasiswa.
"Ada apa ini?? Eh?!"
Johnny yang baru saja datang, justru ikut kaget.
"Kau gila?? Kenapa kau memborgol tangannya?"
"Untunglah kau datang, Johnny! Terima kasih, kau satu-satunya yang percaya bahwa aku tidak mengguna-gunainya sampai membuatnya memborgolku begini!"
"Tunggu! Tapi ini memang aneh! Apa yang kau lakukan sampai Taeyong seposesif ini terhadapmu?"
"Apa?!! Jadi kau menuduhku juga??"
"Sudahlah! Tidak perlu berdebat! Aku melakukannya karena alasan tertentu.."
Taeyong melirik Sohyun dengan matanya yang menusuk.
Sohyun merendahkan snapback-nya. Berharap agar semua orang tidak menatap langsung ke matanya dan membuatnya bertambah malu karena menjadi pusat perhatian.
"Aish.. terserahlah! Aku tidak mau tau urusan diantara pasangan tunangan. Sebaiknya kau segera ke kantor Prof. Ji! Dia sepertinya marah padamu!"
"Ah.. menyebalkan! Dosen itu... Kapan berhenti mendesak skripsiku??"
.............................
Ruangan si Prof. Ji terasa dingin. Bukan karena AC-nya, namun orangnya pun juga dingin. Tetapi tak ada yang perlu dikhawatirkan. Taeyong yang sudah terbiasa menghadapi dosen killernya itu merasa tak ada beban sama sekali.
Taeyong justru duduk dengan santai di hadapan dosennya. Sementara, Sohyun masih berada disampingnya dengan kepalanya yang menunduk malu.
"Apa-apaan ini, Lee Taeyong? Kau membawa pacarmu masuk ke dalam ruangan??"
"Sudahlah, Prof.. sebaiknya to the point saja!"
Prof. Ji menggelengkan kepalanya. Mahasiswa bimbingannya yang satu ini memang yang paling susah diatur.
"Kapan kau selesaikan skripsimu?"
"Kau tau kan?? Waktu adalah uang. Waktu itu paling berharga. Semakin lama kau menunda waktumu, masa depanmu juga akan semakin tertunda jauh."
'Waktu adalah uang. Waktu itu paling berharga. Semakin lama kau menunda waktumu, masa depanmu juga akan semakin tertunda jauh.'
Mendengar ucapan kalimat itu, hati Sohyun bergetar. Kalimat itu adalah satu-satunya motivasi yang membuat Sohyun lulus kuliah lebih cepat.
Sohyun mencoba menaikkan dagunya, melirik papan nama yang tegak berdiri di atas meja yang ada di hadapannya.
'Ha Ji Won'
"Mama?"
Seketika, kedua orang yang saling bersinggungan itu menoleh ke arah Sohyun.
To be Continued...
This is Ha Ji Won aka Prof. Ji
Hayo ngaku, yg selama ini nganggep Prof. Ji itu cowok siapa?? 😏😏 Kalian salah besar.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top