15


"Maafkan aku.."

"Kau pasti kaget mendengar kabar itu. Aku tidak tau kalau orangtuanya akan menjodohkan aku dengan Taeyong. Ini sungguh di luar dugaan.."

Sehari setelah pertemuan perdananya dengan Jaehyun secara terang-terangan, kini mereka berbicara. Kim Sohyun pergi begitu tugasnya menemani Taeyong sampai kampus selesai. Toh, pria itu tak akan membutuhkannya lagi. Dan ingat, mereka punya urusan masing-masing yang tidak bisa dicampuri satu sama lain.

Sohyun menemui Jaehyun di sebuah taman. Cukup sepi, sehingga ia mendengar begitu jelas permintaan maaf dari gadisnya.

Jaehyun membuang nafas. Matanya tampak sayu namun kehangatannya tak pernah berkurang. Dengan lembut, ia meraih kedua tangan Sohyun. Seperti biasa, ia mengusap punggung tangan Sohyun agar Sohyunnya lebih tenang.

"Jangan merasa bersalah. Aku tau keputusanmu berat saat itu dan kau tak punya pilihan lain."

"Aku memakluminya."

"Aku memercayaimu sepenuhnya, hanya saja.."

Sohyun memberanikan diri menatap Jaehyun. Sedangkan pria itu masih tak bergerak. Fokusnya masih tertuju pada Sohyun, namun bibirnya bungkam.

"Aku tak suka dia menghinamu."

Lanjut Jaehyun kemudian.

Mengapa pria itu terlalu baik? Andai dia tau, kebaikannya ini justru menusuk hati Kim Sohyun. Apa yang Sohyun lakukan tentu saja salah. Namun Jaehyun sekali lagi menampar dirinya, hingga membuatnya lebih merasa bersalah lagi.

Sekarang, Sohyun tak tau apa yang bisa ia perbuat untuk Jaehyun. Otaknya tidak lagi dapat berpikir normal. Dan ancaman Taeyong waktu itu masih terngiang di kepalanya.

Sohyun dan Jaehyun. Bagaimana kalau Taeyong sampai tau hubungan keduanya? Dan lagi, Sohyun ingin meluruskan bahwa keluarga Jaehyun adalah keluarga yang baik-baik. Ia yakin, orangtua Jaehyun tak punya akal sepicik itu untuk menghancurkan bisnis keluarga Taeyong.

"Hey.."

Jaehyun menangkap pipi Sohyun. Gadis itu melamun. Belakangan ini pikirannya terbang tak tentu arah. Ia bahkan sampai lupa kalau saat ini pria hangatnya tengah berdiri di hadapannya.

"Kita sudah lama tak bertemu dan kau masih tetap sama.."

Garis lengkung di bibir Jaehyun membuat Sohyun tak tahan tiap kali pria itu bersikap manis. Ya, bisa dikatakan perjodohan politik antara Jaehyun dengannya membuahkan cinta yang tak semu.

Mereka benar-benar saling jatuh hati. Jaehyun pun selalu mendukung apa yang menjadi pilihan Sohyun. Pria itu tak membatasi segala gerak-gerik Sohyun hingga gadis tersebut kerap merasa nyaman berada di dekatnya.

"Aku merindukanmu."

Seakan ingin meluapkan segala kekakuan yang ada, Jaehyun mendekap tubuh Sohyun dan membawanya ke pelukannya.

Sohyun merasa sedikit gugup. Meskipun keduanya dekat, Jaehyun dan Sohyun jarang sekali melakukan skinship.

Tiba-tiba.. melintaslah di pikiran Sohyun saat ia secara tak sengaja mencium Taeyong.

Bukankah hal semacam itu termasuk bentuk penghianatan?

Ia tak pernah melakukannya dengan Jaehyun, tetapi Sohyun malah melakukannya dengan pria lain yang bahkan belum ia kenal secara dekat.

"E.. Jae..?"

Sohyun berusaha melepaskan diri dari pelukan Jaehyun. Alasannya?? Tentu karena ia merasa dirinya tak pantas mendapatkan pelukan itu.

"Ada apa? Kita jarang melakukannya. Dan aku bahagia, akhirnya kita bisa bertemu. Setidaknya untuk hari ini.., aku bisa memelukmu selama yang aku mau.."

Sohyun membisu. Jaehyun berhasil memiliki hatinya saat itu juga.


'Maaf, Jae.. aku sudah menghianatimu. Tetapi aku janji, aku tak akan melakukannya lagi karena aku hanya menyukaimu..'


..................................

Malam semakin gelap. Sohyun yang kedinginan mulai mengeluh karena menunggu Taeyong terlalu lama.

"Dia sudah janji, pukul 07.30 akan segera sampai sini. Tapi mana??"

Tak berapa lama kemudian, sebuah mobil datang dan berhenti di depan Sohyun. Mobil yang sangat familiar. Siapa lagi kalau bukan milik Lee Taeyong?

Jendela yang menghadap ke sisi Sohyun mulai terbuka. Sohyun bersiap menyembur Taeyong dengan kata-kata kasarnya. Namun--

"Ke--"


"Apa??"

Sela Taeyong dari dalam mobil.


"Kenapa kau telat? Jam berapa ini?"

"Dan.. apa maksudnya kau membawa dia??"

Benar. Seakan tak terkejut, Sohyun tau bahwa ada seorang gadis di dalam mobil Taeyong. Ia duduk di tempat yang biasa Sohyun pakai. Kursi depan.

"Kita harus pulang!"

Kata Sohyun kemudian.

"Pulang??"

"Tidak!"

Taeyong turun dan membanting pintu mobilnya. Gadis itu masih berada di sana, menatapnya begitu sinis.

"Apa yang akan kau lakukan?"

Sohyun agak terkejut. Taeyong bergerak cepat dan menggeret tangannya agar ia masuk ke dalam mobil. Dan bodohnya Taeyong lupa kalau gadis itu punya perlawanan yang lebih hebat.

"Sialan! Kau mau apa hah?"

Sohyun menghempaskan tangan Taeyong. Bahkan, ia tampak lebih kuat dari biasanya.

"Aku tidak mau tau, pokoknya kita harus pulang sekarang!! Usir gadis itu!"


"Hey, cewek tomboy! Dengar, kau hanya menumpang di rumahku. Jadi turuti saja permintaanku, mengerti??"

"Katakan dulu, apa maumu?! Jangan asal menyeretku begini dong!"

"Mauku? Kurasa jiwa cewekmu juga mulai menghilang. Harusnya kau peka tentang kemauanku setelah kau melihat seorang gadis di dalam mobilku.."

"Seolhyun."

Gadis itu keluar. Gadis yang tadinya dibawa Taeyong keluar dari mobil dan membawa sebuah dasi.

"Cepat ikat tangannya!"

Sohyun kalah tangkas terhadap Taeyong. Pria itu berhasil mengelabuinya dan membuat dirinya terikat.

Seolhyun membuat ikatan simpul pada pergelangan tangan Sohyun menggunakan dasi tersebut. Tepat di belakang tubuhnya.

"Hei! Lepas! Apa yang kalian lakukan??"

"Wah.. tak kusangka dasi Papamu yang tertinggal di dalam mobil berguna juga."


"Kalian?!!"

Geram Sohyun.

"Apa?? Mau protes? Proteslah sebelum aku membungkam mulutmu."

"Pokoknya, malam ini aku mau bersenang-senang dulu. Kau cukup diam di dalam mobil dan kita tetap pulang bersama. Mengerti?? Jika Papa nanti tanya, maka kau harus menjawab kita habis makan malam bersama."

"Masukkan dia ke dalam mobil."

Suruh Taeyong pada wanitanya.

"Siap.."


"Awas ya kalian! Aku akan---"

Sebuah plester hitam mendarat di bibir Sohyun, membuat gadis itu diam.

"Bagus. Fyuh.. terkadang aku tak paham terhadapmu. Mengapa kau mengoleksi barang-barang yang ekstrim seperti ini di dalam tasmu? Plester? Untuk apa coba?"

"Kau harus tau, terkadang aku suka bersenang-senang dengan orang lain."

"Kau gadis yang misterius, Seolhyun.. aku suka padamu."

..............................

Hampir dua jam Sohyun terkurung! Badannya lemas. Ia mulai kehabisan oksigen di dalam mobil. Pintar sekali Taeyong menyembunyikan mobilnya.

Disana terlihat sangat gelap, sepi.. dan sepertinya tak ada harapan bagi Sohyun untuk membebaskan diri.

Kebebasan?

Tunggu. Kebebasan apa yang Sohyun dapatkan dari Taeyong? Coba jelaskan.

Apa ini berarti, Taeyong menipu dan memanfaatkan pertunangannya??

Pria itu egois dengan mencari kesenangan pribadinya tanpa memedulikan perasaan Sohyun.  Benar. Sekarang semua terlihat jelas. Ini bukan yang namanya saling menguntungkan. Dan disini, Sohyun menjadi pihak yang paling dirugikan.




"Haha.. kita harus pulang.. ini sudah malam. Apa kau masih tak puas bersamaku?"

"Heung.. dua jam saja tak cukup. Aku mau seumur hidup bersamamu.."

"Astaga.. kau salah makan ya? Berhentilah merayuku.."



Suara bising-bising mulai mendekati mobil. Sohyun melihat dengan sangat jelas. Dua orang manusia sedang berjalan saling memeluk dari kejauhan.

"Kau akan mengantarku sampai apartemen kan??"

"Tentu saja. Aku tidak bisa membiarkan seorang gadis pulang sendirian. Aku bukanlah pria pengecut macam itu."

"Baguslah.."

Pintu mobil terbuka.

"Masih hidup rupanya dia..."

Lirik Seoulhyun sambil tertawa.

"Jangan sampai mati dong.. kalau dia mati, gimana kita bisa berduaan seperti ini terus?"

"Ya sudah. Ayo kita pulang.."

............................

"Terima kasih sudah mengantarku. Andai saja tidak terlalu larut, aku mungkin mengizinkanmu mampir ke apartemenku."

"Tidak. Terima kasih. Lain kali saja.."

Cup.





Gila. Beraninya mereka berciuman di depanku?

Pikir Sohyun.


"Good night sayang.. sampai jumpa besok."

"Hmm.. segeralah beristirahat. Selamat malam.."

Setelah Seolhyun memasuki gedung apartemennya, Taeyong kembali menuju mobil. Ia membuka pintu di kursi penumpang dan melepaskan ikatan Sohyun.

Sohyun menyodok perut Taeyong dan berangsur keluar.

"Sinting! Kenapa kau mengurungku di dalam mobil?! Apa kau tidak tau disana pengap sekali?? Bagaimana kalau aku mati kehabisan napas??"

"Dasar tidak punya etika! Setidaknya, jangan menendang perutku juga!"

"Kau pantas mendapatkannya. Pertama! Karna kau terlambat datang menjemputku! Kedua! Kita sudah telat pulang! Ketiga! Kau mengikat dan mengurungku di dalam mobil! Keempat! Kau berkencan dengan wanita lain dengan memanfaatkan posisiku! Kelima! Pantaskah kau berciuman di hadapanku tadi? Kau yang tidak punya sopan santun!"

"Lalu apa?? Kenapa kau marah? Bukankah kau sudah tau beginilah sifatku?"

"Aku tau. Ya! Aku tau kau player yang handal! Aku tidak masalah, tetapi.. berhentilah memanfaatkan keadaan kita dengan cara merugikanku! Kau membuat darahku naik! Aku bisa saja menghajarmu saat ini, tetapi aku sadar. Aku masih wanita."

"Untung kau sadar diri. Ya sudah, mau pulang nggak nih?"

"Apa maksudmu? Tentu saja kita harus pulang!"

"Kalau begitu, berhentilah mengoceh dan masuk ke mobil!"

............................

"

Astaga.. jadi kalian makan malam bersama? Seharusnya, kabari Mama terlebih dahulu supaya Mama nggak khawatir begini.."

"Betul kata Mamamu. Kalau kalian izin, kami akan dengan senang hati membiarkan kalian pergi berdua."

Taeyong dan Sohyun sudah sampai rumah. Seperti dugaannya, Taeyong lega sebab mama dan papanya percaya akan cerita karangannya sendiri. Kedua orangtuanya yang sangat memercayai Sohyun, mereka sama sekali tidak curiga bahwa sebenarnya Taeyong tidak pernah makan malam dengan Sohyun hari itu. Semua hanyalah akal-akalan Taeyong. Scenario yang sengaja ia buat.

"Ya udah, Ma. Aku sama Sohyun mau istirahat dulu. Pasti Sohyun capek."

"Iya kan Sohyun??"

Dasar pembohong.

"I-iya Ma.. Sohyun mau segera istirahat."

"Baiklah. Kalian sebaiknya memang segera tidur. Ini sudah malam dan kalian pasti merasa lelah."

.

.

.

.






"Agh.. tanganku.."

"Kenapa jadi memerah begini?"

"Taeyong sialan itu.. awas saja!"


Sebelum tidur, Sohyun mengobati memar di tangannya. Di saat suasana sekitar dapur sepi, gadis itu menyelinap dan mengambil sebuah salep dari kotak obat dekat kulkas.

"Wow, jadi ini yang kau lakukan di belakangku? Tak kusangka kalau seorang Sohyun pandai mengumpat."

"Sumpal mulut kotormu itu, bodoh. Setelah apa yang kau lakukan hari ini, aku tidak akan membiarkanmu bebas lagi."

Tak kaget dengan kedatangan Taeyong yang tiba-tiba, Sohyun begitu luwes mengutarakan kekesalannya.

"Terserah.. lakukan saja sebisamu. Aku pastikan, usahamu mencegahku akan selalu gagal."

"Berhentilah omong kosong! Aku tidak main-main dengan ucapanku."

Taeyong memerhatikan Sohyun yang mengoles pergelangan tangannya dengan salep.

"Apa itu sakit??"

"Kupikir hal ini tak perlu dijelaskan kalau kau punya otak."

Sahut Sohyun dingin dan kesal.

"Kalau kau tak memberontak, aku tak akan melakukannya tadi. Salahkan dirimu sendiri."

"Darimana kau tau aku memberontak atau tidak? Cewek itu justru buru-buru mengikatku sebelum akuenyampaikan pendapatku."

"Jangan menyalahkan Seolhyun. Dia hanya menuruti perintahku saja.. aku pikir kau akan menendangku seperti tadi kalau aku menolak pulang lebih awal."

"Pikiranmu terlalu negatif. Padahal.. aku bisa saja mempertimbangkan kencanmu itu.. Tapi memang benar, aku mungkin sudah menendangmu tadi kalau kau tidak mengikatku. Lain kali, akan kupastikan mengambil tindakan lebih cepat.."

Taeyong tergelitik.

"Sini."

"Eh??"

"Terima kasih, karena sudah cukup sabar denganku hari ini."

"Maaf melukaimu.."



Ada yang salah dengan otak anak ini?


"

Aku tak akan melakukannya lagi. Aku tak akan membuat tanganmu memerah lagi."

Sohyun masih diam mendengarkan, sementara tangannya diolesi salep oleh Lee  Taeyong.

"Aku tak akan melukaimu kalau kau menurutiku."


"Hah?? Maksudmu aku harus patuh padamu seperti seekor anjing, begitu? Kau mau jadi majikanku?"

"Kubunuh juga kau!"



"Dengarkan dulu!"

Taeyong menghentikan olesan salepnya di tangan Sohyun.




"Aku mengerti semua tentangmu."

"Aku mengerti hal yang sudah kau sembunyikan dariku dengan apik sejauh ini."

"Hal yang kusembunyikan? Apa yang kau bicarakan ini? Kau mabuk?"











"Kau ada hubungan spesial dengan Jaehyun kan?"

































"Aku tau."

































To be Continued...

Hai. How are you? Haha.. I'm feelin so bad today. But.. finally, aku menemukan lagi kesenanganku :)

Next (?)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top