12
"Nyari aku, Yong?"
Suara langkah sepatu diiringi sambutan para mahasiswi perempuan membuat perhatian Taeyong dan Johnny teralihkan. Seorang cowok berbadan tegap, tinggi dan kekar, serta rambut kecokelatannya yang sedikit berantakan memang selalu menjadi ciri khas. Ditambah lagi kedua manik bulat besarnya yang berwarna kehitaman, mereka tampak bersinar ketika cowok itu melayangkan setiap pandangan.
"Kenapa udara Seoul tiba-tiba panas? Apa karena kedatanganku kembali di kota ini?"
"Aku tau.. aku selalu HOT di mata semua orang. Hehe.."
Plak.
Taeyong memukul kepala orang itu tanpa permisi. Siapa yang tak tahu kalau mereka bertiga --- Taeyong, Johnny, dan Lucas--- adalah sahabat masa kecil yang tak terpisahkan?
"Hey, Lucas! Kapan kau balik? Kenapa hanya mengabari Johnny dan tidak mengabariku? Dasar bocah tengik!"
"Yong.. jangan memukulnya begitu. Kasihan.."
"Tenang saja, Jo.. aku kuat kok. Bagiku, pukulan Taeyong ini tidak seberapa. Rasanya hanya seperti dihinggapi lalat."
"Sombong! Kau bawa oleh-oleh apa, huh? Sudah tiga tahun semenjak kita berpisah!"
Taeyong pun memeluk Lucas. Rasanya, tiga tahun sudah mirip dengan tiga abad. Karena perbedaan lokasi yang cukup jauh, yakni Amerika-Korea Selatan, komunikasi mereka menjadi cukup terhambat. Syukurlah Lucas selalu ada waktu di akhir pekan yang membuat Taeyong dan Johnny bisa mengetahui kabarnya selama ini.
Namanya Lucas Wong. Dia lahir dari seorang ayah berkebangsaan Hongkong dan ibunya yang berasal dari Amerika. Kemudian, sang ayah yang merupakan seorang pengusaha real estate, melebarkan bisnisnya sampai ke Seoul. Lucas sendiri hidup di Seoul bersama dengan paman dan bibinya, sebab kedua orangtuanya cukup sibuk mengurus masalah pekerjaan. Ia mengenal baik Taeyong maupun Johnny ketika berada di sekolah menengah pertama.
Dan perpisahan tiga tahun itu terjadi dikarenakan Lucas harus pergi ke Amerika bersama orangtuanya. Mereka mengajari Lucas bagaimana menjadi seorang bussinessman. Setelah kuliah beberapa tahun disana, kini Lucas kembali lagi ke tanah Korea dan menemui sahabat-sahabat kesayangannya.
"Aku sangat merindukanmu, brother. Apa kau lapar? Kau mau aku pesankan dimsum kesukaanmu?"
"Tenanglah, John.. dia barusaja datang. Biarkan dia duduk, pasti lelah seharian berada di dalam pesawat. Iya kan, Lucas?"
Lucas tersenyum dan menampilkan deretan gigi-giginya. Betapa leganya bisa bertemu dengan sahabat yang selama ini jarang ia hubungi.
"Ya sudah. Aku mau pesan makanan."
"Kau iku aku!"
Johnny menarik lengan Taeyong bahkan sebelum Taeyong sempat melemparkan pertanyaannya kepada Lucas.
Kini Lucas sendirian.
Tidak juga..
Sebab Sohyun masih ada dan duduk manis disana.
"Hai.. kau siapa?"
Sapa Lucas. Namun Sohyun tak berucap sedikitpun untuk membahas kehangatan yang Lucas berikan.
"Tunggu.."
Lucas mendekat dan perlahan mengambil snapback yang Sohyun kenakan. Terurailah rambut panjang Sohyun yang tersembunyi dibalik topinya. Sohyun pun mengangkat wajah.. mendadak angin sepoi datang dan menghamburkan rambut bergelombangnya ke segala arah. Termasuk ke wajah Lucas yang posisinya tak begitu jauh dari kursi duduk Sohyun.
Lucas terdiam. Matanya memandang lekat Sohyun seolah memang ada yang sedang meracuni pikirannya.
"Anna.."
Sebuah nama keluar dari mulut Lucas. Nama yang begitu asing dan mungkin tak pernah ia bayangkan akan ia temui di Seoul sekarang ini. Iya, lelaki itu terkejut ketika melihat betul-betul sosok Sohyun, full size mulai dari wajahnya.
"Anna Kim, apa ini kau?"
"Sst..."
Sohyun meletakkan telunjuk tepat pada bibirnya.
"Johnny!! Tega sekali kau menyuruhku membawa semua ini! Apa maksudmu hah?"
Keributan datang dan membuyarkan acara ingat-mengingat Lucas. Taeyong membawa beberapa piring penuh makanan sementara Johnny memimpin jalan di depannya.
"Nah.. sini. Baru aku bantu meletakkan piring-piringnya.."
"Sialan. Sama saja kau tak membantuku, monyet!"
"Hehehe.. lenganmu kan kuat dan berotot. Apa salahnya menggunakannya untuk membantu orang lain.. iya kan, Sohyun?"
"Hm?"
Semua mata tertuju ke arah Sohyun yang kebingungan. Ah.. kenapa keadaannnya jadi canggung begini? Apa maksud Johnny menyampaikan kalimat tersebut padanya dengan tatapan aneh?
"Kenapa kalian kaku sekali sih? Padahal bentar lagi juga jadi pasangan. Dan kau Yong, kapan kau selesaikan skripsimu? Apa kau tidak mau segera lulus dan menikahinya?"
Johnny menyondongkan kepalanya ke Sohyun. Ngomong-ngomong soal pernikahan, Sohyun tidak akan sampai terjebak bersama Taeyong untuk selamanya kan??
"Diam kau! Cepat ambil piring-piringnya! Tanganku sudah pegal ini!"
Tanpa keduanya sadari, Lucas semenjak tadi melirik Sohyun. Dari sana Sohyun sudah tahu, Lucas pasti kaget dan merasa kecewa. Sekarang Sohyun jadi berpikir tentang bagaimana menjelaskan semua kejadian yang menimpanya selama setahun pada Lucas.
..........................
"Kau bisa belanja dan pulang sendiri kan?"
"Iya."
"Baiklah. Sana turun!"
Mobil Taeyong dan Sohyun berhenti di depan sebuah minimarket. Sohyun ingat bahwa bibi berpesan agar Sohyun membawakannya sejumlah buah-buahan segar ketika pulang dari menemani Taeyong kuliah. Dan berakhirlah Sohyun disana sendirian. Sementara Taeyong, entah melejitkan mobilnya kemana yang jelas seorang gadis sudah mendekam di dalam mobilnya saat itu.
Keterlaluan..
Batin Sohyun.
"Melelahkan sekali menjadi diriku yang sekarang. Aku ingin segera pulang dan menengok Papa.."
Sohyun melangkahkan kakinya dengan menggerutu. Ia sampai tidak menyadari ada seseorang yang mengendap-endap di belakangnya, mengintainya dengan penuh ketajaman indera.
"Berapa semuanya, Nona?"
"29000 won"
"Terima kasih.."
Sohyun menenteng kantong plastik berisi buah-buahannya keluar minimarket. Hari menjelang sore dan ia harus segera menemukan taksi untuk pulang.
"Kemana perginya semua taksi? Kenapa sepi sekali?"
"Kim Sohyun!"
Sohyun menolehkan kepalanya.
"Kau?!!"
"Mau pergi kemana lagi kau? Ketemu ya sekarang! Jangan coba-coba main petak umpet denganku! Ayo ikut!"
Pria itu menarik lengan Sohyun secara paksa dan menuntunnya agar masuk ke dalam sebuah mobil. Sohyun meronta.
"Lepas!! Lepaskan! Aku tidak mau pulang!!"
"Pulang? Kau pikir aku akan membawamu pulang dan membiarkanmu dikuasai si tua bangka itu?"
"Tidak Sohyun! Aku tidak rela! Dan beraninya kau mengkhianatiku?? Kau bertunangan dengan calon penerus Canopus?? Apa kurangku??"
"Cukup Chan! Kau sudah gila!"
"Jangan berharap lebih! Kita ini saudara!"
"Saudara?"
"Haha.."
"Saudara tiri, Sayang.. kenapa kau selalu melupakan sematan itu? Kita tak pernah sedarah. Jadi.. sah-sah saja dong kalau aku ingin memilikimu?"
"Sinting!"
Teriak Sohyun.
"Ayo cepat masuk ke mobil!!"
"Tidak?!! Lepaskan aku, Chan!"
"Diam atau aku melucuti semua pakaianmu sekarang juga! Aku muak melihat penampilanmu ini asal kau tau! Bagaimana mungkin kau menutupi tubuh indahmu dan menyembunyikannya dibalik pakaian lusuh?"
"Bukan urusanmu! Sebaiknya kau biarkan aku pergi atau aku akan berteriak?!"
"Coba saja berteri--"
"Itu dia orangnya! Dia sudah bertindak kasar terhadap wanita itu, Tuan-Tuan!! Saya melihatnya sendiri!"
Suara ramai dan provokasi datang. Segerombolan warga sekitar yang datang menunjukkan ekspresi marah. Mereka dengan menggebu-gebu menuju tempat Sohyun dan Chan berada.
"Brengsek! Anak itu!!"
Chan mengumpat, sementara Sohyun menggunakan kesempatan itu untuk kabur.
Sohyun berhasil lari dan bersembunyi dibalik tubuh seorang pria.
"Tolong bantu aku,"
Sohyun menarik ujung pakaian yang pria itu kenakan.
"Lucas.."
To be Continued...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top