03


"Ma?"

"Apa sih?"

"Bantuin Taeyong lah.. Emang Mama mau anak Mama yang ganteng ini terus dibuntutin sama cewek aneh itu?"

"Kalo Papamu sudah bertindak, ya Mama nggak bisa ngelawan."

"Ma?!!"

Pagi Taeyong menjadi sangat buruk sejak kedatangan seorang wanita aneh kemarin lusa. Hidupnya jadi tidak bisa bebas, karena kemanapun Taeyong pergi, selalu ada yang mengawasi. Bilang saja papanya keterlaluan karena begitu protektif terhadap satu-satunya putra yang ia miliki. Namun, apa boleh buat? Semua dilakukan beliau agar anak tunggalnya itu segera berubah. Tidak manja, tidak suka main perempuan, dan fokus menata masa depannya. Kapan Taeyong bisa belajar mandiri kalau tidak dengan cara paksaan seperti ini?

"Kamu jangan coba merayu Mamamu ya, Yong. Papa pokoknya tidak akan melepas mata terhadap setiap gerak-gerikmu.."

Entah darimana kemunculan lelaki tua itu, yang jelas pakaiannya telah rapi. Dengan kemeja biru tua berdasi garis perpaduan putih-merah, beserta jas kerja hitamnya yang tampak serasi. Pria itu terlihat berkarisma, bijak, dan dewasa. Ia baru akan berangkat ke kantor-- tampaknya.

Jauh dari penampilannya papanya yang serba rapi, Taeyong selalu memakai seleranya sendiri. Ia berbuat apapun yang ia suka. Apapun yang ia inginkan. Tak peduli bagaimana pendapat orang lain tentang penampilannya yang serba glamour.

Taeyong membuang muka. Menenteng kembali tas kuliahnya dan hendak menuju mobil kenyamanannya dengan penuh gumpalan kekesalan di dada.

"E-e-eh.. Mau kemana??"

"Berangkat kuliah, Pa.."

Jawab Taeyong ketus.

Dan Papanya tak kalah ketus.

"Naik bus sana!"

"Loh, apaan sih Pa? Jangan bercanda. Haha, nggak lucu!"

"Memangnya wajah Papa kurang serius? Sini!"

Sang Papa secepat kilat merebut kunci mobil yang ada di tangan Taeyong. Taeyong yang kalah cepat hanya menampakkan wajah-wajah kecewa.

"Mulai hari ini, no sport car, no much money. Paham? Papa akan mulai mengontrol pengeluaran ATM-mu."

"Papa serius?"

"Hm."

"Sampai kapan, Pa?"

"Sampai kau berubah, Taeyong.. Mau sampai kapan lagi?? Kalau kau tidak menunjukkan perubahan, Papa tidak akan mengembalikan kunci mobilmu. Mengerti?"

"Pa!!"

Tak menghiraukan Taeyong, Papanya pergi dan memasuki kursi belakang mobil pribadinya. Siap diantar sang supir menuju ke kantor. Sedangkan Mama Taeyong, setelah mengantar keberangkatan suaminya, ia bersikap acuh seakan tak terjadi apapun terhadap putranya tersebut.

'Benar kata, Papamu Yong. Mama nggak boleh terus manjain kamu.'

"Nak Sohyun?"

Sempat berkontak mata dengan mamanya, Taeyong dikejutkan dengan kehadiran wanita yang tidak ia inginkan.

"Pagi, Bibi."

'Sok manis.' Batin Taeyong.

"Tolong jagain anak Bibi, ya? Jangan biarkan dia melakukan sesuatu yang buruk. Apalagi mainin cewek."

"Siap, Bi."

Sohyun tersenyum manis. Tanpa dosa. Taeyong melihatnya geli, di depan mamanya ia tampak baik hati dan lemah lembut. Tetapi, kalau hanya ada dia dan dirinya, keadaan menjadi berubah dalam sekejap mata.

Taeyong melenggang meninggalkan mama dan Sohyun di belakangnya.

"Permisi, Bi. Saya harus menyusul Taeyong."

"Hati-hati."

"Semoga anak itu tidak alergi setelah naik kendaraan umum.."

Gumam Mama Taeyong setelah Sohyun berlalu.

...............................

"Heh!! Kalian itu berisik sekali ya?! Bisa tutup mulut tidak?"

"Eh, jangan mentang-mentang mahasiswa, lo berani marahin anak SMA!! Punya muka nggak?"

Taeyong tak menyangka. Tata krama anak muda zaman sekarang memang di luar batas kesopanan. Ia hanya merasa bising karena kegaduhan yang anak-anak sekolah menengah atas itu lakukan. Ia berniat memperingati, namun inilah apa yang dikatakan seorang pemuda SMA yang duduk berdampingan dengannya hari itu.

"Tolong yang sopan ya, aku lebih tua darimu!"

"Udah gue bilang, jangan mentang-mentang lo mahasiswa, lo bisa nasehatin kita seenaknya!! Ngerti nggak lo??!"

"Biasa saja dong, tidak perlu membentak seperti itu!!"

Bugh!!

Satu pukulan berhasil mendarat di wajah Taeyong. Karena tidak kuasa lagi menahan tempramennya, Taeyong balas memukul anak yang umurnya jauh di bawahnya itu. Sampai keduanya pun akhirnya babak belur.

Brak!

"Kalau kalian mau tawuran, jangan di bus saya juga! Pergi sana!!"

Baru beberapa menit yang lalu mereka berbuat gaduh, sekarang, Taeyong bersama ketiga anak SMA itu diusir dari dalam bus.


"Sialan lo!! Gara-gara lo kita diusir!"

"Apaan sih?! Kalian tuh yang cari gara-gara!"

"Nyolot ya?!!"

Taeyong memasang kuda-kuda setelah memperhatikan tingkah laku para remaja itu yang seperti hendak menyerangnya. Jujur saja, ia masih tidak mengira kalau anak sekolah menengah bisa bertingkah seganas singa.  Cenderung liar tanpa bisa dikendalikan.

"Mau bertengkar kalian?"

Kehadiran Sohyun memecah suasana tegang antara Taeyong dan ketiga remaja itu. Entah bagaimana, Sohyun sebegitu beraninya menjewer telinga si anak yang berlagak seperti ketua genk tersebut.

"Heh siapa lo?"

"Anak kecil sudah mau jadi preman ya?"

"Heh!! Lepasin tangan lo, atau kalau nggak--?"

Sohyun mengeluarkan ponselnya.

"Halo? Kepala bagian kesiswaan Chungju High School--"

"Eh, ampuun Kak!! Tolong jangan laporin kita.. tolong.."

Pinta anak itu tiba-tiba. Sohyun pun menurunkan kembali ponselnya. Menutupnya dan memasukkannya ke dalam saku jaket.

"Lain kali, bersikap sopanlah pada yang lebih tua. Jaga bicaramu, sekolah yang benar. Jangan jadi berandal. Mengerti?"

Nasehatnya sambil membenarkan kancing bagian atas baju anak itu yang tidak terkaitkan. Ditepuk ringan bagian lengan, dimana terdapat logo sekolah anak itu berasal.

"I-iya Kak. Maafkan kami.."

"Minta maaf ke dia juga."

Ketiga remaja itu menghadap Taeyong yang terlalu takjub. Bagaimana tidak takjub? Sohyun benar-benar licik.

"Maafkan kami, Kak."

Ucap mereka bersamaan.

"Sudah?? Sana pergi. Sebentar lagi pintu gerbang sekolah kalian pasti akan ditutup."

"B-baik, Kak. Kami permisi."

Mereka bertiga berlari seperti orang kesetanan.

"Lihat? Begitulah cara menghadapi anak sekolah. Bukan dengan kekerasan, tapi dengan ini, OTAK."

"Aku juga bisa menakuti mereka. Ak-aku.."

"Jangan banyak omong. Kita harus segera sampai di kampus."

'Sampai kapan gadis sok pengatur ini menghantui kehidupanku?'

'Kuakui dia memang cerdas!'

"Ngomong-ngomong, ponsel baruku siap mengetik atau bahkan menelpon ke Papamu, lo."

"Iya!! Iya!! Cerewet!! Ini juga baru mau jalan!"

.................................

Sohyun pov

Kalau saja tidak karena terpepet, aku tidak akan menjadi seperti ini. Harus mengawasi pria kekanakan itu, dan memata-matainya setiap waktu. Aku bosan.

"Kakak?"

Kudengar suara seseorang di sekitarku. Aku sedang menunggu pria itu pulang. Di tempat duduk yang tak berada jauh dari kelasnya. Sendirian.

Bukankah ini suara orang yang sejak dua tahun ini tak pernah menghampiriku? Wajahnya yang cantik dan imut. Aku sungguh merindukannya. Ocehannya di sela-sela kesibukanku, aku sangat ingin mendengarnya kembali..

"Kakak disini?"


Dan dia datang, merangkul leherku dari belakang.

"Kau mengenalku?"

"Ayolah! Ini bukan april mop!  Apa kau tidak merindukanku?"

Aku tersenyum. Tentu saja aku sangat merindukannya! Sungguh.

"Tentu saja aku merindukanmu, bodoh!"

"Kakak selaku memanggilku begitu. Aku ini punya nama, Kak. Y-u-q-i!! Tolong ingat itu. Apa aku harus mengganti namaku dengan Kim Bodoh?"

"Iya.. maafkan aku. Yuqi."

Dia memelukku. Pelukannya terasa lucu, sama seperti lima tahun lalu dia pertama kalinya berkenalan denganku, hingga akhirnya kami menjadi saudara.

"Kapan kau kembali dari Beijing?"

"Dua hari lalu. Kakak dimana? Kenapa aku tidak menemui Kakak di rumah saat aku pulang?"

"Tolong jangan katakan pada siapapun ya. Kakak--"

"Heh! Nona gembel, kemana saja kau?!"

Sialnya, laki-laki tak kenal tata krama itu mengacaukan pembicaraanku.

"Siapa Kak?"

"Permisi, kau yang siapa? Dia ini pembantuku."

Yuqi terkejut bukan main. Pembantu? Pem-ban-tu. Tiga suku kata yang melejit dalam seketika jika aku setenar dulu.

"Ada apa ini, Kak? Apa yang kau sembunyikan dariku?"

"Tenang, Yuqi. Ini permasalahanku. Yang terpenting, sekarang, kau jangan beritahu ke siapapun tentang keberadaanku. Termasuk pada kakak laki-lakimu yang menyebakan itu."

"Tapi Kak-?"

"Ayo pergi! Jangan lama-lama!!"


"Yuqi. Aku mohon padamu. Rahasiakan keberadaanku."

"Baiklah, Kak."

"Aku pergi du--"

"Aduh!! Kelamaan!!"

Taeyong sialan. Beraninya dia menyeretku seperti anjingnya!

................................

"Aku punya kaki! Aku punya akal. Tidak usah menyeretku seperti ini!"

"Kau kelamaan, apa kau tidak tau, kakiku bisa lebam-lebam karena menunggumu berjam-jam untuk mengobrol dengan gadis itu tadi."

"Kenapa kau menungguku?"

"Karena kita akan pulang!"

"Kenapa kau menungguku pulang?"

"Karena--"

"Kenapa kau tidak meninggalkanku saja sendirian? Bukannya kau membenci keberadaanku?"

"Jangan basa-basi! Jangan terlalu percaya diri! Memangnya apa yang aku lakukan ini karena aku menyukaimu? Aku hanya tidak mau pulang dengan kecurigaan Papa padaku. Kau yang licik, pasti akan melaporkan kalau aku, Lee Taeyong, hilang dari pengawasan. Dan Papa pasti mengira aku sedang clubbing lagi. Setelah itu, bukan hanya seluruh uangku, mungkin Papa juga akan mencabut status anak tunggal dan pewaris satu-satunya yang telah disiapkannya untukku. Puas?"

Sohyun menggelengkan kepala. Dimana-mana, manusia hanya mementingkan uang dan kedudukan. Seperti sosok ibunya.

"Jangan terbutakan oleh uang, Lee Taeyong. Aku pastikan kehidupanmu tidak akan berakhir bahagia jika kau masih berpersepsi semacam itu."

"Apa pedulimu, Nona Gembel?"

"Aku hanya memperingati."

"Ter-se-rah."


















'Seperti apa yang wanita itu lakukan padaku, jika kau tidak berubah, aku pun akan memberimu pelajaran yang pantas kau dapatkan, Lee Taeyong.'

Lirih Sohyun.





























To be Continued.

~~hayy kawand.. :)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top