02


"Hey, what's wrong?"

Johnny mengangkat sebelah alisnya, menyaksikan wajah-wajah murung yang Taeyong tunjukkan. Seperti bukan dia pada biasanya, yang always santai dengan si kacamata hitam. Kali ini, Johnny cukup terkejut oleh sirat kegelapan yang terpancar dari mata sahabatnya. Terutama, otaknya dibuat bertanya-tanya sebab kehadiran seorang wanita yang berdiri tegap di sisi kemudi mobil sport kesayangan Lee Taeyong.

"Siapa dia?"

Johnny membuka mulut karena kepenasarannya sendiri. Seseorang berpakaian serba hitam dengan sebuah topi yang menutup sebagian besar wajahnya. Hanya tersisa cuplikan bibir merah muda yang terlihat menggoda di mata lelaki seperti Johnny. Dan--- mungkin juga Taeyong.

"Oh wow.. coba lihat. Siapa yang kau bawa itu? Apa kau tidak berniat memberitahuku?"

"Sepertinya mangsa barumu.."

"Mangsa? Kau pikir dia wanita?"

Sahut Taeyong kemudian. Ketus dan terdengar sensitif.

"Hey, Boy! Lihatlah bibirnya! Bukankah sangat menggoda? Kenyal.. fan metah muda. Jelas-jelas dia wanita. Memangnya aku buta?"

"Kau memang buta. Andai kau tau aslinya seperti apa.."

Taeyong bersikap sinis dan acuh. Memangnya apa yang membuat lelaki itu berubah drastis hanya dalam semalam? Johnny sampai tak mengenali sikapnya yang saat ini. Namun, dari segi pandang Taeyong terhadap wanita itu, Johnny dapat menyimpulkan. Ketidak-mood-an Taeyong berkaitan dengan wanita tersebut.

"Apa kau seperti ini karena dia?"

"Bayangkan saja! Seorang gadis tak dikenal tinggal di rumahmu dan belagak seperti seorang bos, lusuh, jelek, mirip gembel. Pakaian compang-camping, terlebih lagi... Perilakunya itu... Agghh!!! Dia bukanlah gadis! Dia iblis! Iblis berkedok kejantanan seorang pria!"

"Apa yang kau bicarakan ini?"

Tanya Johnny sekali lagi. Oh.. hari ini memang berjalan tak sesuai alur pada umumnya. Johnny yang terlalu banyak tanya dan Taeyong yang terlalu lama mengeluh.

"Gadis itu!! Papa memintanya untuk terus mengawasiku di kampus! Tolong lepaskan aku dari neraka ini, Jo!"

"Bagus dong!"

"Bagus? Bagaimana aku bisa bebas dan berkencan dengan gadisku ke club??"

"Sekali-kali.. bersihkan otakmu yang kotor itu. Kau sudah saatnya berhenti bermaksiat. Dan kerjakan skripsimu. Kau mau jadi mahasiswa seumur hidup?"

Taeyong berdecak kesal. Selalu saja Johnny membahas skripsinya. Kalau dikatakan mau jadi mahasiswa seumur hidup di kampus, tentu saja Taeyong tidak mau. Namun, Taeyong sudah terlanjur berprinsip. Dia ingin menjalani masa mudanya dengan santai. Santai. Dan santai. Buat apa cepat-cepat lulus, toh pada akhirnya ia dipastikan dapat pekerjaan sebagai calon pengganti posisi papanya di kantor.

"Terima kasih, Pak Johnny atas konseling Anda yang berharga. Saya pergi. Permisi."

Entah kemana pria malang itu berjejak meninggalkan Johnny. Yang jelas, Johnny tersenyum usil menyaksikan si wanita serba hitam yang berjalan mengekori Taeyong.

"Kau pasti akan dapat pencerahan, Yong. Hh.. nikmati hari-harimu."

................................

Taeyong keluar dari sebuah ruangan. Mulutnya menguap dahsyat. Betapa ngantuknya seorang primadona setelah berhasil mengikuti acara kuliah khas mahasiswa tua dan melaluinya dengan bermimpi indah. Kacau. Untung dia tampan, karena semalas apapun seorang Taeyong, ia akan dicap mengesankan oleh para gadis. Cinta sungguh buta.

"Kau tidur-tiduran di dalam kelas??"

"Astagaaa!! Kau masih disini?"

Mata Taeyong langsung terbuka setelah disambut oleh si suara lantang macam pria. Tangannya bersilang dada, wajahnya datar seperti papan triplek. Tatapannya tajam, setajam elang. Taeyong pun kalah mempesona dari tatapan orang tersebut.

"Kenapa kau tidak pulang saja sih?"

"Tidak bisa."

"Aku akan memberimu uang. Kau pergilah kemana saja.. asal jangan ganggu aktivitasku."

"Aku tidak butuh uang."

'Bagaimana menyingkirkan cewek ini? Kalau dia terus mengikutiku, aku tidak bisa mengencani Jisoo.'

"Kalau begitu, katakan. Apa maumu?"

Gadis itu diam saja.

"Apa maumu?"

Dia tetap bungkam. Bahkan sampai Taeyong mengulangi pertanyaannya yang ke sepuluh kali. Teman-teman sekelasnya yang baru saja keluar, menyaksikan kebodohan seorang Taeyong. Terlihat casanova itu seperti berbicara pada patung. Menunggu jawaban si patung seolah-olah bagaikan buah karma atas sikap sering telatnya yang sampai membuat Johnny menunggu sampai  karatan. Johnny mungkin akan senang di alam sana kalau menyaksikan Taeyong menderita begini. Kapan lagi?

Taeyong melirik sekitarnya. Sungguh memalukan!

Dengan buru-buru, ia membenarkan posisi tas ranselnya yang menggantung di lengan kiri. Bergegas penuh dendam dengan terus diikuti oleh si penguntit, Kim Sohyun.

.......................

"Siapa dia?"

"Suruhan Papa."

"Maksudku siapa dia sampai kau harus membawanya di kencan kita?"

Gadis cantik dengan rambut hitam mengkilatnya cemberut. Mukanya terlihat tidak suka melihat Sohyun yang sedari tadi duduk tenang menelisik pembicaraan keduanya dari sudut meja yang berbeda.

"Sayang..  sudahlah. Abaikan dia. Kita fokus pada kencan kita."

"Bagaimana kita bisa kencan? Bermesraan? Bahkan kita harus membatalkan acara clubbing kita hanya gara-gara dia."

Suasana cafe yang begitu ramai meredam perdebatan sepasang kekasih 'tanpa cinta' tersebut. Memang sudah tepat keputusan Papa Taeyong menghadirkan Sohyun di sekitar putranya. Jika Taeyong dibiarkan bebas, dia bisa menjadi semakin liar. Bak seekor anak kucing lucu yang dilepas begitu saja di jalanan. Pasti semakin ia berkembang, pola hidupnya juga semakin tidak teratur.

"Hey.. dengarkan aku. Aku tidak peduli.. siapapun dia. Yang jelas, kita masih tetap bisa berkencan kan disini?"

"Lupakan keberadaannya. Kita masih bisa mesra-mesraan kok. Mungkin.. apa yang akan kita lakukan bisa membuatnya kabur."

Taeyong terkekeh. Kedua telapak tangannya menyentuh pipi Kim Jisoo dengan hangat.

Seperti obat bius, kalimat Taeyong berhasil mengusir kejengkelan di hati Jisoo. Tanpa memedulikan Sohyun, keduanya asyik berduaan bahkan sampai berciuman di depannya.

Sementara, Sohyun sendiri tetap teguh membungkam mulut. Bertindak bagai patung tanpa melakukan pergerakan apapun. Kecuali... Kamera sakunya yang sibuk menjepret gambar disana-sini.

...............................

"Apa ini?!!!"

Tiada hari tanpa ketegangan di dalam mansion mewah milik keluarga Lee. Selalu saja ada masalah yang terjadi. Secara tak sengaja, ataupun memang diungkit.

Taeyong berdiri kaku. Benar dia pembangkang. Tetapi, kalau Papanya sudah merah padam, sampai darahnya mendidih ke ubun-ubun, nyali Taeyong mulai menciut. Kekurang-ajarannya berada pada titik terlemah.

Diliriknya foto-foto dirinya sendiri dengan Jisoo yang berduaan di sebuah cafe.

'Shit! Dasar rubah licik!'

Taeyong menyambar penampakan penguntitnya yang berdiri dengan santai di belakang sang papa.

'Ini pasti ulahnya!'

"Papa nyuruh kamu kuliah yang benar! Sudah jadi mahasiswa tua tapi kelakuan masih kayak anak TK! Punya otak kamu??"

"Mana ada sih Pa, anak TK yang mainnya clubbing?"

"DIAM."

"Kamu ini anak orang terhormat. Tidak sepantasnya tidur di dalam kelas sampai dosenmu sendiri lapor pada Papa. Tidak pantas berbuat tidak senonoh dengan banyak gadis di luar sana. Apa kamu tidak berpikir??"

"Mau ditaruh mana muka Papa??"

Taeyong menunduk patuh. Tidak berani mendongak dan memperhatikan intens papanya yang tengah memberi petuah.

"Sebagai hukuman, Papa akan suruh Sohyun untuk terus memantaumu kemanapun. Setelah kuliah, kau akan langsung pulang dan tidak boleh pergi keluar sedetik pun!"

"Pa..."

"Jangan jadi anak manja, Taeyong! Kamu harus dewasa! Titik."

Papa Taeyong pergi. Kembali menuju ruang kerjanya. Hanya tersisa Sohyun disana sebab sang mama sedang tidak ada di rumah. Beliau pergi ke kampung halamannya untuk menjenguk si nenek yang sedang sakit.

Melihat tidak ada lagi yang perlu dibahas, Sohyun ikut meninggalkan posisinya.

"Mau kemana kau?!!"

Taeyong menarik lengan Sohyun. Tangannya dengan sergap melepas topi sialan yang sejak tadi pagi menutupi wajahnya yang kaku.

Sohyun terkejut. Matanya membulat bola. Rambutnya yang panjang, yang sebelumnya tergelung dan tersembunyi di balik topi menjadi berantakan. Tergerai menyapu di udara dan sebagian mengenai wajah Taeyong.

'Gawat!... Kenapa wajahnya jadi cantik begini? Tadi pagi dia sangat dekil..'

Gumam Taeyong turut mengagumi keindahan yang Sohyun pancarkan.

"Apa, Buluk?"

Suara kaset rusak secara imajiner terdengar. Mengiringi ekspresi Lee Taeyong yang sedikit kaget. Buluk?? Cowok setampan dia dikatai Buluk oleh si gadis dekil bak gembel?

"Ap--apa yang kau bilang barusan?"

"B-U-L-U-K"

Taeyong menganga. Kata-kata tidak terima pun tidak berhasil lolos dari mulutnya.

'Sial! Kenapa aku jadi tidak bisa bicara?? Aku tidak buluk!! Gadis menyebalkan!!"

"Sepertinya tidak ada yang ingin kau sampaikan."

Sohyun melepas tangan Taeyong yang mencengkram lemas lengannya dengan mudah.

Taeyong tidak berkutik.

"Baiklah. Aku pergi.. Taeyong-ssi. Nikmatilah hukumanmu."

Dan Sohyun pun pergi dengan menampakkan senyuman termanisnya. Iya, termanis. MANIS. Sampai Taeyong tidak bisa berkedip. Senyuman yang seharusnya mengejek image kehormatannya.

"Dia pergi?? Dia tersenyum??"

PLAK!

Taeyong menampar pipinya sendiri untuk mengembalikan kesadarannya.

'Ayolah Yong! Kau tidak bisa terjebak pada nerakanya!!"

....................................

Sohyun setelah mempermainkan emosi Taeyong, berbaring nyaman di atas kasurnya. Sesaat kemudian, ponselnya berbunyi nyaring. Memaksa mata terpejamnya untuk mengangkat jawaban dari si penelepon.

"Ada apa menelponku malam-malam?"

"Sohyun, aku ingin kita bertemu. Aku khawatir padamu."

"Aku baik-baik saja.."

"Tidak. Bukan itu.. maksudku, ada hal lain yang ingin aku sampaikan. Penting."

"Apa? Sepenting apakah itu?"

"Ini tentang Tuan Hajoon."

"Apa dia baik-baik saja??"

Nada panik mulai terlempar dari pikiran buruk Sohyun. Raut mukanya berubah cemas.

"Aku tidak bisa cerita sekarang. Kita harus bertemu. Paling tidak, untuk tiga hari ke depan."

"Kau masih di Canada?"

"Iya. Tetapi.. tenang saja. Aku akan segera sampai di Seoul."

"Cepatlah datang.. dan.. jaga keselamatanmu, karenaku.. kau mungkin akan banyak menerima bahaya."

"Aku rela menerima bahaya apapun. Kau adalah milikku yang harus aku jaga selalu. Jangan khawatir. Kau yang seharusnya menjaga diri baik-baik. Mungkin 'mereka' tidak akan pernah damai sebelum menemukanmu."



























To be Continued.

Hai.. Rosa aka Sunshinerose30 is back.

Enjoy your saturday night by reading this part two.

Ily,💟💟💟💟

Next (?)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top