Prolog

"Selamat pagi, anak-anak!"

"SE-LA-MAT-PA-GI-MISS-NA-DI-AAAAA!"

"Kita ketemu lagi. Hari Minggu kemarin pada ngapain? Ada yang mau cerita nggak?"

"MISS! Aku, Miss!" Seorang gadis cilik melonjak-lonjak sambil mengangkat tangan tinggi-tinggi. "Kemalin aku sama Mama, Papa, sama Eyang ke Taman Safali!"

"Wah, asyik banget ya Tessa. Di Taman Safari, Tessa ketemu apa aja?"

"Ada jelapah, halimau, sama itu Miss... kuda yang belang-belang..."

"Itu namanya kuda zebra, Tessa. ZE-BRA."

"ZE-BLA," ulang Tessa, sepenuhnya gagal meniru gurunya. "Kalau Miss Nadia hali Minggu kemalin ngapain? Pacalan, yaaaa?"

Wah, aku jadi geli sendiri. Anak-anak ini lucu sekali! Tingkah mereka amat menggemaskan. Usia mereka sekitar lima dan enam tahun, kelas TK B. Dari balik kaca, kulihat mereka sibuk berinteraksi dengan Nadia, guru mereka.

"Kemarin Miss bantuin Mama Miss bikin cupcake, Tessa," jawab Nadia ramah. Dia sudah berjongkok di tengah-tengah kerumunan bocah-bocah menggemaskan itu. "Ayo, selain Tessa, siapa lagi yang mau cerita? Bobby, krayon-nya dipakai buat mewarnai gambar di kertas, ya. Bukan buat coret-coret seragam Amel."

Setengah mati kutahan diriku untuk nggak mendobrak pintu ini dan menerobos masuk untuk menyapa mereka. Setiap kali melihat anak-anak seperti ini, hatiku langsung tergugah.

Yes. I know. Anak-anak.

Banyak orang menganggap anak-anak wajib digolongkan sebagai salah satu cobaan tak terperikan dalam hidup. "Children are nightmares!" kata sepupu-sepupuku yang udah punya anak. "Pas lo punya anak, kelar hidup lo!"

Entah orang-orang yang bilang begitu memang nggak niat punya anak atau punya anak karena "kecelakaan", komentar-komentar mereka toh nggak mengubah pendirianku. Ketertarikanku pada anak-anak itu murni, berasal dari lubuk hati yang paling dalam. Serius, aku nggak lebay. Sejak kelas 6 SD, aku udah terbiasa mengurusi anggota keluarga yang lebih muda karena rumah Mama dan kakak adiknya saling berdekatan. Mereka selalu takjub sama kesabaran dan keramahanku dalam menghadapi anak-anak. Kepolosan, imajinasi dan ketulusan anak-anak kecil bikin aku tergugah. 

Makanya begitu lulus SMA, aku langsung mendaftar kuliah di jurusan pendidikan guru untuk Pendidikan Anak Usia Dini alias PAUD. Aku udah yakin banget bahwa menjadi guru TK adalah panggilanku. Gayung bersambut, aku dapat beasiswa lima puluh persen dari sebuah universitas di Jakarta. Aku pun pindah dari kampung halamanku di Manado ke Jakarta.

Setelah empat tahun perjuangan yang betul-betul menguras tenaga, akhirnya tahun lalu aku berhasil lulus dan mendapat gelar Sarjana Pendidikan Guru PAUD, plus cum laude pula. Rasanya bangga banget! Pastinya dong, secara IPK 3.89 gitu lho! Apalagi jurusan pendidikan guru PAUD di kampus almamaterku itu terkenal. Banyak alumni jurusannya yang berhasil jadi kepala di sekolah-sekolah internasional sampai staf khusus di Kemendikbud.

Aku kepingin jadi seperti para alumni yang ngetop itu.

Makanya hari ini, aku bertekad supaya nggak gagal lagi.

Mudah-mudahan nggak gagal.

Uh-oh. Negative thinking. Nggak boleh berpikir gagal. Harus berpikiran positif. Positive mindset! Come-on, girl! You can do this! Put your game face on!

"Nah, hari ini Miss punya kejutan nih untuk kalian semua..." kata Nadia dari dalam kelas.

Yuhuu! This is it! Saat yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga.

"Apa Miss?" tuntut Bobby si badung. Tangannya menggenggam seraup krayon yang sudah patah-patah. "Jalan-jalan ke akuarium, ya?"

"Miss Nadia nggak mau ngajal lagi, yaaa?" Mata Tessa si cadel mendadak berkaca-kaca. "Soalnya Miss seling bilang kita nakal. Atau Miss Nadia mau melit, ya? Kata Mama, pelempuan yang udah melit belhenti kelja buat ngulusin lumah, suami, anak, sama meltua yang galak..."

See? Children are cute, not nightmares!

"Bukan Tessa. Miss nggak mau married." Nadia tersipu. "Miss tetap akan jadi guru kalian, kok. Kejutannya adalah, ada satu lagi guru yang akan mengajar kelas kita, lho!"

"HOREEEEE!"

Anak-anak itu bersorak. Mereka mengerubungi Nadia dan berebut menanyainya tentang siapa si guru baru itu. Adu-du-du-duh! Melihat semangat anak-anak ini, aku jadi makin nggak sabar (padahal seperti yang tadi kubilang, aku ini sangat penyabar!)

"Siapa Miss?" desak Amel yang kemeja putihnya sudah jadi korban vandalisme Bobby. "Amel nggak sabar pengin ketemu! Miss barunya tahu lagu BTS, nggak?"

Nadia tersenyum. "Gimana kalau kita panggil gurunya sama-sama?"

Anak-anak itu berteriak setuju. Uuuh, aku yakin sekali mereka menyukaiku!

"Ayo kita panggil! Ikutin Miss Nadia, ya: Miss Manis, masuk yuuuk!"

"MISS MAAAANIIIIISSSS! MASUUUUK YUUUUUUUK!"

Aaaah! Anak-anakku! Aku datang!

Dengan level ke-pede-an seratus satu persen, kuayunkan pintu ganda ruang kelas TK itu lebar-lebar dan melangkah masuk. Tak lupa kupasang senyumku yang paling lebar.

"Nah, ini dia guru barunya!" Nadia berdiri dan menarikku ke tengah-tengah. "Namanya Miss Manis. Ayo, kasih salam dulu yuk ke Miss Manis."

Suasana yang tadinya ramai mendadak berubah jadi sesunyi kuburan. Anak-anak itu membeku. Kepala-kepala kecil mereka mendongak padaku.

"Wah, kok semuanya jadi diam?" Nadia terkekeh gugup. "Ayo, kasih salam! Amel, tadi kamu bilang udah nggak sabar pengin ketemu Miss baru?"

Amel melotot. Cuping hidungnya kembang-kempis. Lalu tiba-tiba alisnya mengernyit dan dia membuka mulutnya lebar-lebar. "HUAAAA!"

"Kok nangis?" Kulebarkan senyumku dan kudekati anak itu. "Amel kenapa?"

"HUAAAAAAAAA!"

Nadia melirikku dan menelan ludah. "Umm... Tessa, gimana kalau kamu ceritain soal jalan-jalan ke kebun binatang itu ke Miss Manis?"

Tessa menggeleng kuat-kuat sampai aku khawatir kepalanya bakal copot. Gadis cilik itu mundur ke sudut kelas, mata merah dan berkaca-kaca. Anak-anak yang lain juga mundur satu demi satu.

"Bobby?" Nadia menjulurkan tangan untuk menyentuh Bobby. "Miss Manis juga suka menggambar lho, kayak kamu. Ayo sini kenalan sama Miss Manis."

"SETAAAN!" Bobby meringkuk di kolong mejanya. "MISS SETAAAN!"

"HUAAA!" Tangis anak-anak lain pecah berbarengan, seperti paduan suara yang aneh. "TAKUUUUUT!"

"MAMAAA!" Satu anak laki-laki gemuk memeluk tasnya. "MAU PULAAANG!"

"Aduh, anak-anak!" Nadia mondar-mandir, kelimpungan berusaha menenangkan anak-anak yang menangis kompak seperti paduan suara ini. "Kok semua pada nangis? Kita nyanyi 'You Are My Sunshine' bareng Miss Manis, yuk!"

"NGGAK MAUUU!" Pekikan histeris Tessa mewakili teman-temannya yang semua sudah meringkuk ketakutan. "MISS BALUNYA SELAAAAM!" 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top