ma.ni.pu.la.si: 17
⭐Now playing: Inspirasi Dunia - Nasyid Gontor (sangat direkomendasikan)⭐
Aliansi Bisu
ZAFIhumaiRA added you
Baru pulang dari halaqah setoran hafalan bersama Ustazah Tia, Nazifa sudah mendapatkan kehadiran grup baru di WhatsApp-nya. Ia tak lagi heran. Zafira memang sudah mengajaknya diskusi dengan berbisik-bisik di tengah kegiatan menghafal Al-Qur'an.
Mengenai setoran, malam ini, mereka memang halaqah bersama Ustazah Tia. Dengar-dengar, sih, Ustazah Qonita sedang mengambil cuti. Orang tuanya sakit keras. Karena itu, untuk sementara waktu, tugasnya akan digantikan oleh guru lain.
Tak perlu waktu lama, bisa Zifa dapati grup chat tersebut mulai bertambah penduduknya. Rosi, Maudy, Hilwa, Haula, bahkan Alzam dan Fatih. Semua anak kelas sebelas Rohis Ruwada sudah Zafira masukkan ke dalam grup tersebut, selain ketua mereka, tentunya. Kalau jari Zafi malah terpeleset mengundang Haitsam ke dalam grup, maka bunuh diri namanya.
Ocicicici Calwa: Haaah grup apa ni? Akhwat Rohis?
AlzaMaasya Allah Ganteng Banget: Saya masih ikhwan, Kakak🙏
Ocicicici Calwa: LHOO? Impostor!😭 Ini apa, deh? @ZAFIhumaiRA, klarifikasi, cepat!
Zifaazif: Kamu, kan, lagi sebelahan sama Zafi, kenapa masih nanya di grup?:'(
Ocicicici Calwa: Oh, iya! Wkwkw ... eh, Zifa juga! Kan kita lagi hadap-hadapan di kobong, kenapa negurnya di grup😭
Selepas membaca pesan tersebut, lekas-lekas Nazifa menepuk dahinya pelan. Benar juga. "Ociii! Ya Allah. Kamu, sih. Aku jadi ikut-ikutan."
Rosi tertawa renyah. Dengan rempong, anak perempuan itu memantau layar ponsel selagi tangan kanannya menarik sepotong cakwe dari plastik, makanan yang ia beli sejak sore, tetapi sudah disita Zafi lebih dahulu karena terpotong waktu pengajian asar, mandi, dan halaqah di gazebo. Baru saat ini ia bisa sedikit bersantai dan menyantap cakwe yang sudah dingin itu.
Selagi menciptakan bunyi berisik hah-huh-hah-huh karena kepedasan oleh bumbu di cakwe-nya, Rosi sudah kembali berkomentar, "Zafi ngetik apaan, sih? Lama amat!"
Benar saja. Sejak manusia-manusia tidak ada kerjaan yang ricuh di grup bertajuk Aliansi Bisu itu, terutama Rosi, yang memang selalu memanfaatkan jam-jam begini untuk bermain ponsel sebelum dikumpulkan ke Ukhti pada pukul sepuluh nanti, keterangan di grupnya masih saja tertera ZAFIhumaiRA is typing ....
Rosi berdecak malas ketika Zafira tak menanggapi sama sekali. "Kalau gini ceritanya, bisa-bisa keburu disita Ukhti HP-nyaaa."
Zafira menulikan telinga. Mana peduli ia dengan celetukan anak berisik itu. Siapa yang penasaran, siapa yang memaksa-maksa. Kalau memang mau tahu, ya, tunggu. Kalau enggak mau menunggu, ya, enggak usah mau tahu. Repot banget, sih? Rosi sampai berakting menguap lebar, mendramatisasi keadaan.
"Yasnaaa, bagi kuacinya!" Selain Rosi, Zafi, dan Zifa yang sedang duduk di lantai secara melingkar, ada juga Yasna yang hanya asyik dengan ponsel dan kuacinya sejak tadi. Dia memang bukan anak Rohis, tidak dimasukkan ke grup apalah itu, dan tidak penasaran juga. Untuk apa mencari tahu? Inilah yang dinamakan kebebasan anak STO, siswa tanpa organisasi!
Ketika Rosi menggigiti kuaci dari hadapan Yasna tanpa merasa perlu meminta izin pada pemiliknya, atensi anak perempuan itu serta-merta teralihkan pada notifikasi yang muncul dari grup buatan Zafira. Keheningan kembali mengisi selagi Rosi akhirnya terdiam karena fokus membaca pesan terpanjang yang pernah dikirim Zafira.
ZAFIhumaiRA: Aku pakai pesan berwaktu. 24 jam dari sekarang, pesan ini akan hilang. Jadi, ini grup khusus untuk menginvestigasi kasus korupsi uang infak yang dilakukan Pak Adnan (sebagai tersangka utama saat ini). Haitsam tidak aku masukkan ke sini karena telah menjadi tersangka utama sebagai tangan kanan Pak Adnan. Aku jelaskan lebih lanjut kalau kita mengadakan pertemuan. Kalian dimasukkan ke sini karena aku percaya. Tolong jangan sia-siakan kepercayaan ini. Mulai sekarang, kita pakai nama AKSI untuk menyebut aliansi ini, AKSI, Aliansi Anti-Korupsi. Ada yang ditanyakan?
Beberapa detik selanjutnya, Rosi dan Alzam sudah berebutan menghiasi keterangan typing di layar ponsel.
Ocicicici Calwa: Waaah, kita jadi detektif?😳 Dan ... Haitsam?
AlzaMaasya Allah Ganteng Banget: Investigasi? Hooo kau telah memilih orang yang tepat😎 tapi, kok ... kok ini kedengeran serius banget, ya?
ZAFIhumaiRA: Emang serius. Kita adakan pertemuan besok, habis ekstrakurikuler, di ruangan Rohis. Selain Haitsam, Fatih juga pegang kuncinya, 'kan?
Butuh beberapa menit lamanya hingga Fatih online dan muncul di grup tersebut. Stok makanan Rosi dan Yasna bahkan sudah habis duluan.
fatihdanindra: Iya. Kuncinya aman.
ZAFIhumaiRA: Sip. Yang berhalangan hadir besok, tolong hubungi aku, Zifa, atau siapa pun di antara kita. Selain itu, @AlzaMaasya Allah Ganteng Banget, bisa IT, 'kan? Bisa tolong hack WhatsApp Pak Adnan? Aku harap, pas pertemuan besok sudah ada datanya, setiap chat yang keluar-masuk, terutama dari yang mencurigakan seperti Haitsam. Aku tunggu.
AlzaMaasya Allah Ganteng Banget: Itu, sih, kecil😎 Santai.
ZAFIhumaiRA: Aku harap enggak ada kekecewaan setelah menaruh kepercayaan pada kalian. Kita enggak bisa diam gitu aja melihat kebatilan, 'kan? Kalau ada yang keberatan dan memilih untuk tidak mengikuti aliansi berisiko ini, silakan keluar dari grup dan berikan konfirmasi ke aku. Satu lagi, jangan biarkan orang lain seenaknya buka chat di grup ini. Jaga privasi kalian baik-baik.
"Typing Zafi ngeri banget, enggak, sih?" celetuk Rosi, seraya mengelapkan tangannya yang dipenuhi bubuk pedas cakwe ke pinggir alas kasur Zafira yang terdekat dari jangkauannya.
Sayang sekali, mata Zafira cukup teliti untuk hal semacam itu. Dengan cepat, Zafira menghalau punggung tangan nakal Rosi dari kasurnya. Zafira melotot. "Cuci tangan! Atau pakai tisu basah. Jangan lap sana-sini, nanti banyak semut. Kotor! Sarangnya setan!"
Rosi meringis tak berdaya, lantas ogah-ogahan membersihkan tangannya pada tisu basah milik Zifa di atas lemari. Zafira memang definisi dari ibu tiri.
"Udah mau jam setengah sepuluh. Cepat kumpul HP-nya ke aku, sikat gigi, cuci kaki, terus baca doa, zikir, Surah Al-Mulk, dan tidur." Zafira kembali mengomel, menginstruksikan anak-anak Kobong Madinah yang sengaja betul mulai kembali ke kasurnya masing-masing untuk menghindari Zafira yang selalu saja ketat untuk pengumpulan ponsel di setiap malamnya.
"Oke siap, Kanjeng Nyai Maharatu Muliasari! Lima belas menit lagi, ya! Belum jam sepuluh, kok."
"Lima menit lagi!"
"Sepuluh menit!"
"Lima!"
"Iyaaa!"
Di saat Zafira masih memasang tampang garang dan melipat kedua tangannya di depan dada, kalimat Nazifa berhasil menyedot keseluruhan atensi anak perempuan itu. "Zaf ... kamu beneran enggak curiga sama salah satu di antara kita, di AKSI?"
Lama, Zafira tertegun memandangi pintu kayu Kobong Madinah yang tertutup. Pikirannya melayang jauh. Kecurigaan, ya ... benar. Sejak kejadian Ustazah Qonita yang tak sadarkan diri karena dicekoki kloroform oleh Haitsam, Zafira tak lagi memahami makna sesungguhnya dari kepercayaan.
Zafi ketahui dengan pasti, kelabu itu memang sulit diidentifikasikan warna putih dan hitamnya. Tidak ada yang bisa menjamin bahwa orang-orang yang ia masukkan ke dalam grup Aliansi Anti-Korupsi itu seratus persen tidak akan berkhianat. Lagipula ... Zafira memiliki firasat bahwa masih ada afiliasi lainnya di luar sana, sembunyi di balik bayang-bayang.
Meski begitu, setelah kepercayaannya yang dihancurkan Haitsam begitu saja, Zafira seolah tak lagi memedulikan pengkhianatan yang mungkin kembali hadir nantinya. Zafira sudah siap dengan konsekuensi tersebut. Ia telah mengambil risiko yang begitu besar ketika memutuskan untuk membuat grup Aliansi Bisu dan memasukkan seluruh anggota Rohis kelas sebelas selain Haitsam.
Setelah menghela napas panjang, Zafira akhirnya angkat suara. "Untuk saat ini enggak apa-apa. Kalau ada pengkhianat, ya, tinggal berkhianat aja. Aku sudah memutuskan untuk percaya."
Mantap sekali Zafira menjawabnya. Iya. Zafira tidak menyimpan keraguan sedikit pun dalam kalimatnya yang tegas. Zafira telah membulatkan keyakinan, setidaknya untuk saat ini.
[ma.ni.pu.la.si]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top