Three
Seminggu setelah interview yang gue lakukan di SM Entertainment. Akhirnya, penantian gue selesai dan berbuah manis. Gue diterima menjadi manager di perusahaan raksasa tersebut dan berhasil mengalahkan sembilan peserta lainnya yang juga ikut interview bersamanya seminggu lalu. Bahkan, teman gue, Henna tidak lulus. Padahal Henna lah yang mengajak gue untuk melamar pekerjaan disana. Memang, yang namanya rezeki itu ga kemana. Walaupun awalnya gue sudah pasrah dengan hasil yang akan gue terima perihal interview kemaren. Tetapi, ternyata memang sudah menjadi jalan hidup gue untuk mulai mengabdikan diri di salah satu perusahaan entertainment paling besar di korea itu yang perlahan juga turut serta mengubah jalan hidup gue yang semula datar dan biasa-biasa saja, berubah menjadi roller coaster yang mengalami banyak up and down dan cobaan yang belum pernah gue alami dalam hidup.
Usai menerima panggilan dari seorang staff dari perusahaan yang sebentar lagi menjadi tempat gue mengabdikan diri. Gue kembali merebahkan tubuh di atas kasur yang belakangan menjadi tempat favorit gue menghabiskan waktu selagi tidak ada hal yang dikerjakan. Senyum singkat tersimpul di wajah gue memikirkan bahwa akhirnya gue telah mendapatkan pekerjaan baru lagi setelah menganggur lebih dari tiga bulan.
Sudah tiga bulan sejak gue berhenti bekerja dari sebuah perusahaan periklanan. Alasannya klise, perusahaan tempat gue bekerja tidak memperpanjang kontrak kerja nya. Ya, apa mau dikata kalau sudah begitu. Toh, memang sekarang semua perusahaan sistem nya begitu kan, sistem kontrak yang membuat nasib pekerja baru yang mau tidak mau nasib nya bergantung dari kontrak kerja yang bisa kapan saja diputuskan oleh pihak perusahaan. Walaupun sempat terlintas dipikiran bagaimana nasib gue jika nanti nya gue juga hanya akan menjadi pekerja kontrak lagi dan hanya bisa mempertahankan pekerjaan baru ini selama beberapa bulan saja. Tetapi, untuk sekarang gue tidak mau ambil pusing dan memikirkan banyak hal yang hanya akan menambah beban. Yang penting, untuk sekarang gue sudah memiliki pekerjaan baru dan akan mendapat pendapatan lagi setiap bulan nya. Sehingga gue tidak perlu bergantung lagi pada Jiyun.
Ya, selama tiga bulan gue menganggur, semua biaya hidup dan keperluan gue dan Jiyun ditanggung oleh Jiyun. Walaupun gue masih memiliki uang simpanan hasil dari tabungan yang selalu gue sisihkan sewaktu masih bekerja dulu. Tetapi, Jiyun menolak untuk menggunakan uang tersebut dan memilih menggunakan uang nya sendiri untuk membiayai semua kebutuhan kami. Jiyun memang belum bekerja, tetapi ia memiliki uang saku yang ia dapatkan dari beasiswa yang ia terima dari universitas tempat ia menimba ilmu sekarang. Disamping itu, Jiyun juga kerap menjadi asdos di kampus karena nilai nya yang selalu bagus serta kinerja nya yang dinilai sangat memuaskan para dosen. Sehingga, banyak dosen yang menggunakan jasa nya sebagai asdos. Oleh karena itu, Jiyun bersikeras menolak tawaran gue untuk berbagi menggunakan uang nya, karena ia merasa masih mampu untuk membiayai kehidupan kami berdua dengan uang saku dan gaji yang ia terima sebagai asdos.
Juga, ia merasa sudah tiba bagi nya untuk mulai berbagi beban dengan gue. Karena selama ini gue sudah banyak menanggung beban secara finansial ketika Jiyun baru saja pindah ke Seoul. Jadi, sekarang gantian, giliran Jiyun yang memikul beban tersebut dan meringankan punggung gue sejenak. Walaupun sebenarnya gue sama sekali ga pernah menganggapnya sebagai beban selama ini. Tapi, gue juga ga mau buat dia kecewa karena ga merasa dibutuhkan akan usaha nya untuk berbagi peran sama gue. Jadi, gue menghormati keputusan nya.
Gue beranjak dari atas kasur ketika gue melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 3 sore. Berpikir sejenak, bingung apa yang harus gue lakukan di sore hari itu. Akhirnya, gue memutuskan untuk membereskan apartment, mumpung Jiyun belum pulang. Walaupun keadaan apartment tidak terlalu berantakan dan kotor, tapi karena tidak ada hal lain yang bisa gue kerjakan, gue hanya membereskan beberapa barang saja sambil merapikan tatanan piring yang tadi siang gue cuci usai makan siang.
Istirahat sejenak usai beres-beres. Gue mendudukkan diri di atas sofa sambil minum segelas air. Tidak berlangsung lama, lima menit kemudian gue sudah beranjak lagi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Selesai mandi dan berpakaian, gue kembali mendudukkan diri di atas sofa sambil meraih ponsel nya dan membuka aplikasi berkirim pesan Line untuk menanyakan keberadaan Jiyun.
Line
Jihwa
Jiyun-ah, lo balik jam berapa?
Jiyun
Hm, masih belum tau
lagi gantiin dosen masuk kelas
kenapa?
Jihwa
Lo makan malam di rumah ato di luar?
kalo di rumah biar gue masak
Jiyun
Kayaknya di rumah, karna jam 5 ntar
kelas nya juga udah kelar
kalo udah gada urusan lain
gue langsung balik
Jihwa
Oh yaudah, kalo gitu gue stand by aja
ntar kalo lo udah mau balik
kabari lagi, biar langsung masak gue
Jiyun
Okay
Read
Usai bertukar pesan dengan Jiyun, gue meletakkan ponsel di meja yang terletak tepat di depan sofa yang sedang gue duduki. Tangan gue kini beralih mengambil remote TV dan menekan tombol power. Setelah TV menyala, gue menukar-nukar saluran TV sambil melihat tayangan apa yang seru untuk ditonton. Pilihan gue jatuh pada acara Hello Counselor. Sebuah acara TV dimana kita, orang biasa bisa membagikan keluh kesah kita kepada orang lain dan meminta bantuan mereka untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan diskusi secara langsung dengan yang memiliki masalah. Acara ini merupakan salah satu acara favorit gue yang selalu gue tonton setiap kali memiliki waktu luang. Menurut gue, melalui acara ini gue bisa belajar banyak hal tentang kehidupan.
Tak jarang masalah yang sedang dibahas dalam acara tersebut sedikit banyak juga pernah gue rasakan. Bahkan, gue suka kesal dan greget sendiri ketika ada suatu masalah yang dimana si pembuat masalah merasa tidak melakukan kesalahan dan bersikeras bahwa dia benar dan tidak mau mengakui kesalahannya. Ingin saja rasa nya gue masuk menyelinap ke dalam TV dan merepeti orang itu dan melawan segala jenis ocehan yang terus orang tersebut katakan sampai membuatnya menyerah dan mengakui kesalahan nya. Ya, gue sungguh tidak bisa menahan emosi jika sudah berhadapan dengan hal-hal yang gue rasa tidak benar. Walaupun gue termasuk tipe orang yang tidak suka menjadi pusat perhatian dan mencari masalah dengan orang. Tetapi, jika gue rasa hal tersebut sudah keterlaluan, gue bisa kehilangan kesabaran dan melakukan hal diluar kendali.
Terlalu menghayati menonton TV, gue sampai tidak dasar waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore. Merasa lampu notifikasi ponsel berkedap-kedip menandakan ada sebuah notifikasi yang belum gue lihat. Segera gue membuka ponsel dan mendapati sebuah pesan singkat dari Jiyun yang mengabari bahwa ia sedang di jalan pulang. Awal nya gue merasa santai saat melihat pesan singkat dari Jiyun, tidak sampai pada detik selanjutnya ketika gue melihat waktu yang tertera di layar ponsel yang menunjukkan bahwa pesan tersebut sudah masuk pada pukul 5.45 sore. Yang itu artinya sudah limabelas menit yang lalu pesan tersebut masuk. Dan itu artinya, Jiyun sudah setengah jalan dari kampus nya menuju apartment.
Dengan gerakan super cepat, gue mematikan TV dan melesat menuju dapur untuk bersiap-siap memasak.
Padahal niat awal, gue tadi nya mau memasakkan sesuatu yang spesial untuk Jiyun sekalian merayakan gue yang baru saja mendapatkan pekerjaan baru. Tetapi, dikarenakan keterlambatan gue dalam membaca pesan Jiyun, gue tidak memiliki cukup waktu dan bingung yang membuat gue tiba-tiba blank, tidak tahu harus masak apa.
Akhirnya, setelah menenangkan diri dan mengecek bahan makanan apa yang bisa gue olah untuk menu makan malam gue dan Jiyun. Gue memutuskan untuk memasak nasi goreng kimchi dengan telur mata sapi kesukaan Jiyun. Ya, jika di ingat-ingat sudah lama kami tidak makan makanan tersebut dikarenakan Jiyun yang selalu makan malam di luar karena harus lembur mengerjakan tugas kuliah yang memang sedang banyak-banyak nya. Beruntung kimchi yang ibu kirimkan beberapa waktu lalu masih tersisa banyak.
Gue segera memulai proses masak-memasak ketika sudah mencuci tangan dan menggunakan celemek bermotif doraemon kesukaan gue.
Selama duapuluh menit gue berkutat di dapur minimalis apartment. Beruntung, ketika Jiyun tiba di apartment, gue sudah selesai memasak dan hanya tinggal membereskan meja makan sambil menata makanan yang gue masak. Mencium aroma sedap yang menyerbak ketika memasuki pintu depan apartment, Jiyun langsung menuju dapur dan mendapati gue sedang sibuk menata meja sampai tidak menyadari diri nya sudah sampai.
"Wah, wangi bener nih, bikin gue makin laper," ucap Jiyun sambil mengendus aroma lezat makanan begitu melihat keadaan meja makan yang kini sudah tertata rapi.
"Lah, kapan sampe nya lo. Kok tiba-tiba udah di dalem aja," tanya gue sedikit kaget mendapati Jiyun sudah berdiri santai di hadapan gue.
"Barusan. Lo nya serius amat beresin meja sampe ga sadar gue pulang," jawab Jiyun singkat.
"Abis nya gue tadi buru-buru. Chat lo telat gue baca, jadi nya gue kelabakan kudu cepet-cepet masak nya, takut lo keburu sampe dan belum siap," ucap gue sambil melepas celemek bermotif doraemon yang tadi menemani gue berperang singkat.
"Ya ela, santai aja kali. Emang gue nya gigit apa kalo makanan nya belum masak," ujar Jiyun sambil meletakkan tas nya di sofa.
"Lo mau langsung makan nih? Ga ganti baju dulu?" tanya gue ketika melihat Jiyun yang langsung mendudukkan dirinya di kursi makan.
"Kelamaan kalo ganti baju dulu. Gue udah lapar banget nih, tadi siang ga sempet makan karna ada urusan," jawab Jiyun sekena nya sambil mulai makan.
"Kan kan, kebiasaan. Lo ga inget apa pesen ibu? Jangan telat makan, lo ada sakit maag. Ntar kalo kumat gue aduin ke ibu baru tau rasa lo," omel gue ketika mengetahui Jiyun melewatkan makan siang nya. Padahal ia ada riwayat penyakit maag, tapi tetap saja bandel dan suka melewatkan makan siang nya dengan alasan sibuk dan ga sempat. Sudah berulang kali gue mengingatkan nya untuk tidak pernah nge-skip jadwal makan nya karena penyakit maag nya sudah terbilang akut. Kalau sudah kumat ia sendiri juga yang merasakan sakit nya.
"Ia, ia. Ga lagi-lagi deh gue skip makan. Sekarang lanjut makan aja ya, ntar keburu dingin," ucap Jiyun mengalah pada gue. Ia tahu bahwa ia yang salah dan gue berkata begitu karena gue peduli pada nya. Oleh karena itu, ia tidak membantah ucapan gue.
Selagi menikmati makan malam, gue dan Jiyun tidak mengeluarkan suara. Kami fokus menyantap makanan yang ada dihadapan kami. Sesuai dengan pesan ibu, kami tidak boleh mengobrol ketika makan. Kalau makan sambil mengobrol nanti makan nya ga berkah, ntar ada setan yang ikutan makan. Kira-kira begitulah pesan yang sering ibu katakan kepada kami, sewaktu kecil. Walaupun belum ada peneltian yang mengatakan bahwa teori lawas tersebut benar adanya, tapi mengobrol saat makan memang terlihat tidak sopan dan kurang baik. Selain tidak sopan, mengobrol saat makan bisa membuat makanan yang berada dalam mulut kita berserakan kemana-mana. Dan hal itu jorok. Bagaimana jika makanan nya masuk ke dalam makanan lain, atau bahkan menyembur ke orang lain? Bukankah itu sebuah mimpi buruk? Lagian, ngga ada salah nya kok mendengarkan apa kata orang tua. Toh semua itu demi kebaikan kita. Tidak ada orang tua yang akan menyesatkan anak nya dengan mengatakan sesuatu yang tidak baik.
Selesai makan, gue dan Jiyun masih belum beranjak dari meja makan. Kami masih menenangkan perut kami yang kenyang dan penuh.
"Oh, ya. Gue ada kabar baik nih," ucap gue sambil menatap Jiyun yang duduk dihadapan gue dengan penuh semangat.
"Kabar apaan? Lo udah punya pacar?" ujar Jiyun asal sambil meneguk habis air putih yang tinggal setengah gelas.
"Ye, bukan. Ini tuh lebih luar biasa dari itu. Lagian ia kali gue bisa punya pacar dalam waktu sehari, ngaco lo," cibir gue menanggapi ucapan Jiyun.
"Ya kali aja tiba-tiba ada cowok jatuh dari langit gitu terus nembak elo," lagi Jiyun menjawab asal.
"Wah, makin ngaco nih anak. Kebanyakan nonton drama sih lo, jadi nya ngayal mulu. Mana ada orang tiba-tiba jatuh dari langit. Lo kira meteor apa," ucap gue tidak percaya denga ucapan Jiyun.
"Yaudah, jadi apa nih kabar baik nya?" tanya Jiyun
"Hm, kasih tau ngga ya? Lo mau tau banget ato mau tau aja nih?" kali ini malah giliran gue yang tidak serius dengan ucapan nya. Kelihatan nya gue mulai ketularan alay karena kebanyakan makan micin.
"Ah ela, kok jadi alay gitu sih lo. Ngomong ngaco sekali lagi gue tinggal mandi nih," ancam Jiyun sambil pura-pura akan bangkit dari duduk nya tapi tidak jadi karena gue buru-buru menyela nya.
"Ya jangan atuh, kan gue cuma becanda. Jadi, kabar baik nya tuh," gue memberi jeda pada ucapan gue, sambil memperhatikan wajah Jiyun yang mendengarkan nya dengan raut penasaran. "Gue diterima di SM. Akhirnya, gue udah ga nganggur lagi," ucap gue penuh semangat sambil menyunggingkan senyum terlebar gue setelah beberapa lama tidak pernah gue munculkan.
Bukan langsung memberi selamat dan ikut bahagia. Jiyun justru terlihat sedikit berpikir dan ragu sebelum akhirnya membuka mulut nya.
"Bukan nya gue ga seneng lo akhirnya dapat kerja. Tapi, lo yakin bakalan cocok dan betah dengan kerjaan itu? Karena setahu gue, jadi manager artis tuh bukan kerjaan yang gampang. Lo bakalan diforsir ga tanggung-tanggung, baik fisik dan mental lo. Gue Cuma gamau lo merasa terbebani sama kerjaan itu nanti nya," ucap Jiyun panjang lebar mengkhawatirkan gue akan pekerjaan baru itu.
"Gue ngerti lo khawatir sama gue. Tapi, lo tenang aja. Sebelum gue memutuskan untuk ngelamar jadi manager, gue udah pikirin matang-matang semua konsekuensi dan kemungkinan-kemungkinan yang bakal gue hadapi jika seandainya gue diterima. Walaupun ga terlalu yakin sih. Tapi, gue tau kok kapasitas dan kondisi diri gue. Lagian, dari jaman gue kuliah udah banyak jenis pekerjaan yang udah gue lakuin dan rata-rata semua nya tuh masih dalam jangkauan kapasitas gue. Lagi pula ini tuh sesuatu yang belum pernah gue coba sebelum nya. Dan gue merasa tertantang untuk mencoba. Lo tau sendiri kan gue orang nya paling ga bisa berdiam diri di apartment ga ngapa-ngapain. Ini aja gue udah mulai uring-uringan nganggur tiga bulan. Kalo ga ada project sampingan yang lagi gue kerjain sama Henna gatau deh, bisa stress gue diem mulu di apartment. Jadi, lo tenang aja. Kalo pun ntar gue ngerasa ga kuat dan ga sanggup untuk lanjut, lo pasti jadi orang pertama yang tau," jelas gue panjang lebar pada Jiyun untuk tidak mengkhawatirkan gue dan berusaha meyakinkan nya bahwa gue bisa mengatasi pekerjaan baru itu.
"Kalo lo emang yakin dan ngerasa bahagia, gue ga akan ngelarang lo untuk terima pekerjaan itu. Pokoknya lo harus janji sama gue, kalo ada apa-apa harus cerita sama gue. Apapun itu, jangan ada yang disembunyiin. Gue ga suka kalo lo bohong dan mendem semua nya sendiri. Lo ga sendiri, ada gue yang selalu ada di samping lo. Okay?" ucap Jiyun menegaskan pada gue.
"Ia, ia. Gue janji. Dongsaeng siapa sih ini kok perhatian bener sama Noona nya. Jadi gemes kan," ucap gue dengan nada menggoda sambil memainkan dagu Jiyun.
Tidak menggubris godaan gue, Jiyun bangkit dari duduk nya dan mendekati gue sambil mengulurkan tangan memberi selamat. Lalu setelah itu ia memberi gue pelukan singkat.
---
Keesokan hari nya, gue sudah terlihat rapi. Gue sudah bersiap-siap untuk memulai hari baru sebagai seorang pekerja dan mengakhiri masa pengangguran. Waktu menunjukkan pukul 8 pagi ketika gue dan Jiyun sedang menyantap sarapan.
Pagi ini gue akan diantar Jiyun menuju tempat kerja yang baru sekalian Jiyun berangkat ke kampus. Kebetulan arah nya sama.
Sesampainya di kantor baru nya, SM Entertainment, gue langsung menuju meja resepsionis menanyakan dimana letak ruang HRD.
Setelah mendapatkan informasi mengenai letak ruang HRD. Gue pun langsung melesat menuju tempat yang dimaksud.
Ketika gue sudah tiba di depan pintu ruangan HRD, gue sedikit gugup dan deg-degan. Gue menarik nafas sejenak sebelum akhirnya mengetuk pintu berwarna putih polos tersebut dan membukanya.
Di dalam, gue menemukan seorang wanita sedang sibuk menatap serius ke layar komputer dihadapannya. Merasa seperti ada yang sedang menatap nya, wanita tersebut memalingkan wajah nya dari layar komputer yang sedari tadi menjadi fokus nya dan berpindah menatap sosok gue yang sudah berdiri tegak di depan meja nya.
"Saya orang baru yang akan bekerja disini," ucap gue singkat ketika gue menangkap ekspresi bingung wanita tersebut yang dapat gue tebak menanyakan alasan keberadaan gue disitu.
"Ah, kamu manager baru nya NCT 127?" tanya wanita itu sambil menaikkan telunjuk nya mendengar ucapan.
Bingung dengan pertanyaan wanita itu, gue hanya mengangguk pelan. Padahal gue sendiri tidak tahu dengan nama yang baru pertama kali gue dengar itu. Tetapi, karena ada embel-embel manager, maka gue pun mengangguk saja, karena memang itu adalah posisi yang gue lamar ketika melamar di perusahaan tersebut.
"Tunggu sebentar ya, saya telpon dulu Yoojin. Dia orang yang akan memberi penjelasan selanjutnya," ucap wanita itu sambil berniat mengambil telepon yang terletak di atas meja nya. Belum sempat ia menekan tombol pada telepon itu, seseorang masuk ke dalam ruangan. Sontak gue memundurkan dan memindahkan posisi badan gue agar tidak menghalangi jalan.
"Oh, Yoojin-ssi. Kebetulan sekali, baru juga aku mau nelpon kamu. Ini, manager baru NCT sudah datang," ucap wanita itu ketika melihat pria berkaos putih dilapisi cardigan hitam itu masuk.
Manager nya NCT nih yang ga kalah ganteng nan tampan nih. Emang ya, SM itu taman bunga banget, gudang nya visual. Semua yang ada di sono tuh visual nya ga main-main, sampe manager pun ganteng nya ga kira-kira. Tapi, sayangnya denger-denger kabar nih si bapak manager ini udah nikah karena ada cincin yang melingkar di jari manis tangan kanannya. Padahal baru mau aja mau bilang, ga dapat artis nya, manager nya aja pun. Eh, udah kudu mundur duluan. Udah ada yang punya ternyata. Mundur teratur deh :D
C
redit : Photo from Pinterest
"Kang Jihwa-ssi?" tanya pria bernama Yoojin itu sambil membaca sesuatu di kertas yang ia bawa, yang gue yakini merupakan CV punya gue.
Usai memperkenalkan diri secara singkat, gue dan Yoojin segera meninggalkan ruangan HRD dan bergegas menuju tempat dimana gue akhirnya akan bertemu dengan artis yang nanti nya akan gue urus.
Tibalah gue di depan sebuah pintu berwarna keemasan yang terletak di basement gedung itu. Sedikit menarik nafas karena tadi gue harus berjalan sedikit cepat mengikuti langkah Yoojin yang agak terburu-buru. Gue pun mengatur nafas agar kembali normal. Bukan tanpa alasan kami terkesan buru-buru menuju ke basement gedung itu. Pasalnya, waktu yang kami punya mepet. NCT sekarang sedang sibuk berlatih untuk mempersiapkan persiapan Concert World Tour pertama mereka. Oleh karena itu, mereka membutuhkan manager baru tambahan untuk mengurusi keperluan yang akan diperlukan di masa-masa sibuk ini, mengingat NCT merupakan grup yang memiliki banyak anggota.
Setibanya di dalam ruangan yang ternyata merupakan tempat artis-artis biasa melakukan latihan dance dan koreo. Terlihat para anggota NCT sedang fokus mengatur posisi dan mendengarkan arahan dari seseorang dihadapan mereka yang terlihat seperti seorang koreografer.
Menunggu anggota NCT selesai latihan. Yoojin menjelaskan beberapa hal yang kelak akan menjadi tugas dan tanggung jawab gue selama menjabat sebagai manager. Mulai dari mengumpulkan anggota untuk berkumpul, memberikan informasi mengenai jadwal dan kegiatan yang akan mereka lakukan, menyiapkan segala hal yang mereka butuhkan hingga mengecek keadaan tiap-tiap member setiap habis melakukan jadwal. Semua nya Yoojin jelaskan secara rinci pada gue. Sesekali gue bertanya pada Yoojin soal hal yang belum gue pahami atau sekedar memastikan informasi yang gue denger. Takut-takut gue salah denger dan salah paham, bisa berabe kalau malah menjadi masalah di kemudian hari.
Tigapuluh menit sudah berlalu sejak gue tiba di ruangan persegi yang di penuhi cermin pada bagian dinding nya itu. Yoojin sudah selesai memberi wejangan singkat perihal tugas dan tanggung jawab gue untuk sementara.
Sekarang gue hanya duduk sendiri menyender pada dinding ruangan itu sambil memperhatikan para anggota NCT yang masih fokus melakukan latihan koreo yang sesekali terlihat bercanda dan tertawa. Sementara Yoojin sudah sibuk berdikusi dengan seorang staff lainnya di sudut ruangan.
Tidak lama kemudian, sesi latian di hentikan sejenak untuk beristirahat. Beberapa para anggota NCT langsung membaringkan diri mereka di lantai berlatar kayu itu untuk melepaskan rasa lelah setelah berlatih cukup lama. Sebagian ada yang memilih untuk duduk sambil meminum air dan mengipas-ngipas diri nya, mengusir rasa panas dan keringat yang berjujuran di tubuh mereka.
Melihat sesi latihan yang sedang jeda. Yoojin langsung datang menghampiri Jihwa untuk memperkenalkan diri nya pada anggota NCT.
"Okay, mohon perhatian nya sebentar. Gue ada sedikit pengumuman dan informasi untuk kalian. Seperti yang udah kalian tahu, bahwa akan ada manager baru yang akan membantu dan mengurus keperluan kalian selama persiapan world tour nanti. Jadi, gue harap kalian bisa saling membantu dan bekerja sama untuk ke depan nya. Ayo, Jihwa-ssi, silahkan perkenalkan diri kamu," ucap Yoojin sedikit menjelaskan sebelum akhirnya mempersilahkan gue untuk memperkenalkan diri gue secara resmi.
"Hallo semuanya. Nama saya Kang Jihwa. Saya adalah manager baru yang akan menjadi manager kalian. Saya harap kerja sama nya untuk ke depan nya. Serta mohon bantuan dan bimbingan nya. Terima kasih," ucap gue memperkenalkan diri secara singkat, padat dan jelas. Agak sedikit gugup sih waktu gue perkenalan tadi, karena mereka semua menatap dan memperhatikan gue dengan sangat tekun, layaknya mendengarkan penjelasan seorang guru di kelas.
Gue sempat memperhatikan wajah para anggota NCT itu satu per-satu setelah selesai memperkenal diri. Walau terlihat kikuk karena tidak tahu harus ngomong apalagi setelah usai memperkenalkan diri. Gue sempat menatap seseorang yang wajah nya terlihat tidak asing. Seperti pernah gue lihat sebelum nya, tapi tidak ingat dimana. Tanpa gue sadar, tatapan mata kami bertemu. Hal itu sontak membuat kami saling beradu pandang. Bukannya kaget, kami justru memasang tatapan berpikir sambil memiringkan kepala. Seakan bukan cuma gue yang seperti nya juga merasa tidak asing dengan wajah satu sama lain.
"Untuk sekarang, cukup perkenalan singkat saja dulu. Nanti setelah selesai latihan, kalian bisa lanjut berkenalan dan berbincang lebih dalam," ucapan Yoojin barusan menyadarkan gue dari lamunan yang tadi sempat singgah sejenak.
Selanjutnya, para anggota NCT kembali melanjutkan sesi latihan mereka. Sesekali, ketika mereka sedang latihan gue sempat beradu tatapan lagi dengan orang yang wajah nya terasa familiar di otak gue. Dan seperti nya dia juga masih berusaha keras untuk mengembalikan memori nya mengingat wajah gue.
Sampai pada pukul 12 siang, akhirnya sesi latihan pun telah selesai. Koreografer yang tadi memberikan arahan pun terlihat pamit dan undur diri, lalu meninggalkan ruangan latihan bersama beberapa staff. Menyisakan para anggota NCT, gue, Yoojin dan seorang staff yang sedari tadi masih lanjut berdiskusi dengan Yoojin.
Gue masih duduk menyender di dinding ruangan itu. Sampai akhirnya gue mendengar suara tepuk tangan salah satu anggota NCT yang terdengar cukup kuat yang membuat beberapa orang di ruangan itu kaget, termasuk gue.
Sambil berdiri dengan penuh semangat dan senyuman terpampang di wajahnya. Sosok yang tadi bertepuk tangan itu datang menghampiri gue.
"You are Kang Jihwa who used to teach Korean here, right?" ucap nya begitu tiba dihadapan gue.
---
Hai hai, akhirnya sampai juga dibagian dimana Jihwa ketemu dengan anggota NCT 127. Hihihi, agak lumayan panjang ya perjalanan awal yang harus Jihwa tempuh sebelum akhirnya ketemu dengan para cowok-cowok tampan yang kadar ketampanannya ga mikir. Bikin kita yang liat halu mode on wkwk.
Kira-kira Jihwa bakalan mikir apaan ya setelah ketemu dan ngeliat anggota NCT yang super duper tampan?
Dan, kira-kira siapa tuh yang datang nyamperin Jihwa sambil ngomong ke Jihwa? Hm, kalo kalian inget dari sesi wawancara yang Jihwa lakuin di bagian pertama kalian pasti udah tau deh, karena clue nya tuh jelas banget disitu aku tulis. Gampang banget kok, bahkan tanpa ngeliat bagian pertama mu udah bisa kalian tebak hihi.
Nah, sekarang gimana nih tanggapan Jihwa mendengar pernyataan salah satu anggota NCT itu?
Mari ditunggu kelanjutannya di bagian selanjutnya
Dan jangan lupa untuk vote dan tinggalin jejak di kolom komentar ya ^_^
Oh iya, sebagai informasi tambahan, setting waktu yang aku pake disini tuh mulai dari awal tahun 2019 ya, sebelum NCT memulai konsernya. Jadi nanti jalan cerita nya akan mengikuti kesibukan NCT selama tahun 2019 dan seterusnya :)
Nah ini nih, penampakan anak2 NCT 127 yang lagi latihan. Walaupun ini lokasi nya bukan di ruangan practice yang biasa mereka pake, tapi anggap aja gitu ya. Aku lagi mager nyari foto mereka yang lain hehe.
Selamat malam minggu semua nya 😊
Selamat berakhir pekan 🤗
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top