One

Kriiiiiiing..........

Begitulah kira-kira bunyi alarm ponsel gue pagi ini. Tanpa harus liat pun gue udah tahu kalau sekarang udah pukul 6 pagi. Bukan, gue bukan cenayang yang bisa tahu masa depan. Itu karena emang tadi malam gue pasang alarm jam 6 pagi.

Dengan mata yang masih ngantuk dan berat, gue pun mematikan alarm dan lanjut tidur. As always.

Kebiasaan gue tuh, pasang alarm ia, tapi bangunnya tetap mundur dari yang dijadwalkan. Dan gue yakin, gue ga sendirian. Kalian-kalian pasti juga ada yang gitu, kan?

Selalu ada jeda beberapa menit sebelum akhirnya kalian bangkit dari tempat tidur dan mengawali aktivitas dipagi hari. Sepuluh menit adalah waktu yang gue butuhin untuk mengumpulkan sebagian jiwa gue dari dunia mimpi dan bersiap-siap untuk mandi.

Perlahan gue meregangkan badan guna mengusir rasa kantuk yang masih menempel di badan gue. Gue segara menggulung cepat rambut gue yang tergerai dan mengikat seadanya untuk memperlihatkan wajah gue yang masih belum sepenuhnya siap menyambut pagi.

Tanpa menunggu lama, gue segera meluncur ke kamar mandi untuk membasuh wajah dan badan agar segera sadar. Karena menurut pengalaman pribadi gue, semakin lama gue menunda-nunda mandi dan berleha-leha, maka semakin lama pula gue untuk mampu mengumpulkan niat untuk mandi. Mengingat sekarang bukanlah saat yang tepat gue untuk bisa bersantai ria.

Duapuluh menit berlalu, dan gue sudah selesai membersihkan tubuh dan segara memilih pakaian yang akan gue kenakan. Kemeja putih polos serta rok hitam selutut menjadi pilihan gue. Oh, bukan pilihan mungkin, tapi memang itu yang harus gue kenakan. Yup, hari ini adalah hari gue akan melakukan interview kerja di SM Entertainment. Sesuai peraturan pada umumnya, pakaian yang tadi gue pakai merupakan standard pakaian pada umumnya yang biasa dikenakan ketika hendak melakukan interview kerja, baik di perusahaan besar maupun perusahaan biasa. Tak lupa dengan sepatu heals hitam untuk melengkapi penampilan sebelum berangkat menuju Apgujeong, daerah dimana kantor pusat SM Entertainment tersebut terletak.

Jarak yang harus gue tempuh sebenarnya ngga gitu jauh, mengingat lokasi apartment gue yang terletak di Hongdae. Hanya berjarak lebih kurang sepuluh kilometer dari Apgujeong, gue bisa tiba di tempat tujuan sekitar tigapuluh menit jika menaiki bus yang biasa gue gunakan sehar-hari.

Sebelum berangkat, tak lupa gue mengisi perut terlebih dahulu. Mengambil sepotong roti bantal lalu mengolesinya dengan selai strawberry serta segelas susu menjadi pilihan gue untuk dijadikan menu sarapan pagi ini.

Ya, sesibuk apapun situasi dan kondisinya, gue tidak pernah melewatkan sarapan pagi sebelum memulai aktivitas. Setidaknya itulah pesan ibu dulu sebelum gue memutuskan untuk tinggal sendiri di Seoul demi melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Sejak kecil, gue selalu dibiasakan untuk sarapan pagi sebelum pergi ke sekolah atau kemana pun itu. Pokoknya, sarapan pagi harus selalu masuk ke perut gue jika mau beraktivitas. Karena, bagi ibu, sarapan pagi itu penting untuk membantu diri gue beraktivitas dengan baik dan lancar. Oleh karena itu, karena sudah terbiasa gue selalu menyempatkan diri untuk sarapan, biarpun hanya sepotong roti dan segelas susu.

Pagi ini, gue bisa sedikit bersantai ria menyantap sarapan, karena tadi gue cepat bangun. Jam masih menunjukkan pukul 07.30 pagi, dimana gue masih memiliki sekitar 1 setengah jam lagi sebelum interview nya dimulai.

"Noona, udah mau berangkat?" tanya Jiyun yang baru saja bangun dan langsung mendudukkan dirinya di kursi hadapan gue.

"Belum kok. Masih ada 1 setengah jam lagi sebelum interview nya mulai. Ini gue masih nyantai sarapan. Paling jam 8 gue baru gerak." jawab gue sambil mengunyah roti yang sedang gue pegang.

"Lo ngga ngampus? Tumben jam segini baru bangun, nyantai amat?" tanya gue ketika gue baru sadar ngga biasanya Jiyun bangun santai.

"Hari ini kelasnya diganti. Jadi kosong deh. Lo jam berapa ntar kelarnya, biar gue jemput," tanya Jiyun.

"Hm, gue juga kurang tahu sih jam berapa kelarnya. Tapi biasanya kalo pagi gini sebelum jam makan siang juga udah kelar. Tumben lo mau jemput gue, lagi gabut bener nih sampe nawarin jemput segala?" ledek gue sambil menegak habis susu di gelas.

"Ye, tahu aja lo gue gabut," jawab Jiyun yang dibarengi dengan tawa renyahnya sehingga menampakkan deretan gigi putih ala iklan pasta gigi yang biasanya muncul di TV.

"Ya, secara seorang Kang Jiyun, mahasiwa jurusan Design Interior yang super sibuk tiba-tiba nawarin mau jemput gue di pagi buta gini, eh udah bukan pagi buta ya." ucap gue sambil menggaruk kepala gue yang pastinya tidak gatal karena pemilihan kata yang salah sambil nyengir kikuk.

"Makanya, lo cari pacar kek apa kek biar ada kegiatan kalo lagi kosong gini. Jangan malah ngekorin gue mulu kemana-mana," ucap gue lagi sambil memberikan tatapan mengejek pada Jiyun.

"Wah, kebalik nih, harusnya lo tuh yang cari pacar bukan gue. Lo udah umur 25 juga masih betah aja jomblo dari lahir, ngga bosen apa kemana-mana sendiri mulu," balas Jiyun ga kalah usil pada gue.

"Ah, kampret lo jadi adek," ucap gue sambil melempar serbet makan yang kebetulan sedang gue gunakan untuk mengelap tangan.

Sedangkan Jiyun, yang dilempar malah asik nyengir cengengesan melihat reaksi gue yang berhasil ia ledek.

"Makanya, kalo ditanya baik-baik tuh dijawab baik-baik juga, bukannya malah mancing gelut. Kena batunya sendiri kan, lo," ucap Jiyun sambil mengambil sepotong roti bantal dan memakannya.

"Udah ah, udah mau jam 8 nih. Gue jalan dulu ya takut telat. Ntar gue kabari kalo udah kelar," balas gue sambil bersiap-siap memakai sepatu heals dan bergegas keluar apartment menuju halte bus terdekat.

Sementara Jiyun hanya menjawab dengan anggukan cepat dan melanjutkan acara sarapan paginya sambil bermain ponsel.

Di halte bus, gue langsung menempatkan diri di depan halte ketika gue melihat bus yang akan gue naiki sudah menampakkan wujudnya. Syukurnya, pagi ini belum terlalu banyak orang yang pergi melakukan aktivitas seperti biasanya dikarenakan memang masih dalam masa liburan tahun baru. Hal ini menguntungkan bagi gue, sehingga membuat gue tidak perlu berdesakan di dalam bus.

Di dalam bus, gue membuka ponsel ketika gue merasakan getaran yang dihasilkan ponsel gue. Satu notifikasi dari Line yang gue dapatkan. Sebuah pesan dari orang yang sangat gue kenal muncul di layar utama ponsel gue.



Line

Henna
Oi, udah dimana lu?
Ga lupakan lo kalo interview nya hari ini?

Jihwa
Udah otw nih gue
Ya kali gue lupa
Masa depan gue taruhannya nih

Henna
Ya kali aja lo lupa,
gue kan cuma ngingetin doang
Manatau lo keasyikan molor

Jihwa
Emangnya gue elo
hobinya kalo ga molor, nge-fangirl
Ntar jumpa dimana nih?
Gue kagak tau tempatnya

Henna
Yeeee, malah ngeledek lo
Kalo bukan karna jiwa fangirl gue ini
kita ga bakalan bisa dapat info penting ini
Udah, tenang aja lo
Ntar jumpa di pintu depan aja
gue udah hapal tu tempat luar kepala

Jihwa
Ia, ia deh, 
Makasih banyak nih gue sama lo
Okay, jumpa di depan ya
Eh, udah ya, gue mau searching dulu nih sebelum sampe
Ya kali gue perang ga bawa senjata

Henna
Tenang aja lo,
ntar gue kasih wejangan
Soal beginian mah, a piece of cake sama gue

Jihwa
Ya elo ia gampang
kerjaan lo tiap hari juga nge-fangirl
Nah, gue?
Udah ah, gajadi-jadi nih gue searching

Henna
Wkwk,
Semangat ya searching nya neng
Gud luck !!
Read

Selesai ber-chatting ria dengan Henna, gue segera meluncur membuka aplikasi Naver di ponsel untuk melakukan searching tentang SM Entertainment.

Melakukan searching seperti ini bukanlah hal yang sulit bagi gue, mengingat gue sudah sering melakukan interview kerja sebelumnya. Gue selalu mencari informasi penting atau yang gue rasa perlu setiap kali akan melakukan interview kerja.

Biasanya sih gue searching informasi umum tentang perusahaan yang mau gue lamar. Misalnya, perusahaan itu bergerak di bidang apa, jobdesk dari posisi yang gue lamar apa serta pertanyaan-pertanyaan yang mungkin bakal ditanya pas interview. Setidaknya, itu yang biasanya gue lakukan. Tapi, sekarang beda persoalan.

SM Entertainment.

Ada banyak hal yang muncul ketika gue melakukan pencarian dengan keyword itu. Seketika gue dirubung pusing tujuh keliling. Gimana mungkin, ada begitu banyak hal yang muncul hanya dengan dua kata doang.

Dimulai dengan sejarah panjang terbentuknya SM Enterainment, pendiri pertama SM Entertainment, hingga deretan nama-nama artis yang berada di bawah naungan perusahaan itu. Gimana bisa gue membaca semua informasi sebanyak itu dalam waktu singkat yang gue punya sekarang. Keburu ganti tahun bisa-bisa. Harus dimulai darimana kalau udah gini?

Huft....

Cuma helaan nafas yang keluar dari mulut gue sambil menatap bingung layar ponsel gue.

Setelah berpikir dan menjernihkan pikiran. Akhirnya, gue memutuskan untuk mengganti pencarian dengan keyword yang berbeda. Kali ini gue mencari "Tugas umum seorang manager artis". Gue memantapkan diri untuk fokus mengumpulkan informasi tentang posisi yang akan gue lamar. Karena berdasarkan pengalaman yang gue punya sebelumnya, jobdesk merupakan hal wajib yang harus diketahui ketika hendak melamar suatu pekerjaan. Pekerjaan apapun itu, penting bagi seorang pelamar untuk mengetahui pekerjaan apa yang akan kalian lamar dan tugas apa saja yang nanti nya akan kalian kerjakan ketika kalian diterima bekerja di perusahaan itu.

Setelah berselancar cukup lama. Tanpa terasa gue sudah sampai di depan kantor pusat SM Entertainment.

Melihat keadaan di sekitar gedung yang terletak di tengah kota Seoul tersebut, gue takjub dengan apa yang ada di hadapan gue.

Perlahan, gue mendekati gedung yang berada tepat di hadapan gue. Semakin dekat gue dengan gedung itu, semakin takjub pula gue dengan ukuran dan tampilan yang disuguhkan oleh gedung yang akan gue masuki.

Dilihat dari angle manapun, design nya yang mencolok dan terkesan bling-bling tersebut dapat langsung menarik mata dan perhatian setiap orang yang melewatinya. Gue baru sadar, bahwa ada gedung kayak gini ternyata. Kemana saja gue selama ini sampai ngga tahu kalau tempat super keren kek benar-benar ada?

Tanpa gue sadari, gue sudah berada tepat di depan pintu masuk gedung yang sedari tadi gue lihat dan kagumi. Sampai gue ngga sadar kalau Henna, sudah memanggil-manggil nama gue berkali-kali.

"Oi, lo dari tadi gue panggilin kok ngga nyaut-nyaut sih? Kesambet lo, masih pagi juga," tanya Henna sambil menepuk pundak gue.

"Eh, udah sampe lo, Hen. Udah lama?" ucap gue ketika tersadar dari lamunan gue setelah merasakan pundak gue di tepuk oleh Henna.

"Yeee, udah daritadi kali neng, elo nya aja nih yang dari tadi gue panggil-panggil malah bengong kayak orang kesambet. Mikirin apaan sih?" tanya Henna lagi karena merasa pertanyaannya belum mendapat jawaban dari gue.

"Ngga, gue kaget aja nih liat design gedungnya, eye catching banget. Baru pertama kali nih gue liat gedung modelan kek gini. Gue kira gedung beginian cuma ada di luar negeri sana. Eh, ternyata ada juga di negara sendiri," jawab gue panjang lebar menanggapi pertanyaan Henna.

"Makanya neng, kalo gue ajak jalan tuh jangan ditolak mulu, sekali-sekali ikut kenapa biar ngga kudet," ucap Henna sambil merangkul gue.

"Ya elo juga ngajaknya suka tiba-tiba, kayak menang lotre aja, di kira-kira dong. At least kasih kabar dulu sehari sebelumnya, jadi gue bisa ngecek schedule kerja gue. Elo mah enak, kerja nya kagak kayak gue yang suka tiba-tiba muncul kayak jelangkung, datang-perginya suka-sukanya aja," balas gue.

"Lah, serem amat kerjaan lo datang-perginya kayak jelangkung. Itu kerjaan apa film horror," ucap Henna sambil tertawa.

"Udah ah, mending kita langsung masuk aja yuk. Udah setengah 9 nih. Ntar telat lagi kita interview nya," ucap gue ketika melihat waktu di jam yang melingkar di tangan kanan gue sudah menunjukkan pukul setengah 9.

Sesampainya di dalam, gue dan Henna segera menuju meja resepsionis untuk menanyakan lokasi interview yang akan kami lakukan.

Berdasarkan informasi yang gue dan Henna dapat lokasi interview nya terletak di lantai dua. Gue dan Henna pun langsung menuju lantai dua.

Berbeda dari kebanyakan interview kerja yang biasa gue datangi, pemandangan yang menyambut gue dan Henna di lantai dua terlihat sangat sepi kayak ngga ada kejadian. Disana cuma ada beberapa orang yang tengah duduk berbaris menunggu. Tanpa menunda, gue dan Henna juga ikut bergabung duduk.

Setelah menunggu selama 15 menit, keluar seorang staff perempuan berpakaian rapi sambil memanggil peserta satu per-satu untuk masuk ke sebuah ruangan yang gue yakini ruangan interview.

Masing-masing peserta dipanggil secara bergiliran dengan urutan duduk dari yang paling depan. Dua orang dipanggil secara bersamaan untuk masuk keruangan.

Setelah diperhatikan, ternyata jumlah peserta yang ada cuma 10 orang, dengan gue dan Henna sebagai penutup.

Ngga terasa, satu per-satu peserta sudah selesai dan keluar dari ruangan yang tadi mereka masuki. Kini tiba gilirannya gue dan Henna memasuki ruangan yang sedari tadi dimasuki peserta interview terdahulu.

Merasa sedikit nervous dan deg-degan, gue menghela nafas kecil yang hanya dapat didengar oleh diri gue sendiri sebagai tanda untuk merilekskan diri sebelum memasuki ruangan interview. Meskipun ini bukan pertama kalinya gue melakukan interview kerja, tetap aja gue selalu merasa gugup setiap kali hendak memasuki ruangan yang gue sebut sebagai penentu masa depan gue kelak.

Di dalam ruangan yang terlihat cukup besar itu terdapat sebuah meja persegi panjang yang di depannya diisi oleh tiga orang yang gue yakini sebagai pewawancara yang akan menanyai gue. Dua orang pria dan seorang wanita. Di hadapan tiga orang tersebut ada dua buah kursi yang sudah diposisikan saling menghadap kearah tiga orang pewawacara itu.

Tanpa menunggu lama, gue dan Henna segera menuju kursi tersebut dan duduk.

"Okay, kita mulai saja langsung interview nya. Kang Jihwa?" ucap salah satu pewawancara sambil memberikan tatapan bertanya kepada gue dan Henna menanyakan si pemilik nama.

"Ya, saya," jawab gue sambil mengangkat salah satu tangan ke atas ketika mendengar nama gue dipanggil.

"Hm, pengalaman kerja kamu sudah lumayan banyak mengingat usia kamu yang terbilang masih muda. Kamu juga sudah pernah menjadi intern di sebuah perusahaan penerbitan. Kenapa tidak di teruskan, bukannya pekerjaan tersebut cocok dengan gelar sarjana yang kamu miliki?" tanya sang pewawancara wanita secara beruntun sambil membalik-balikkan CV milik gue dan melempar tatapan menyelidik sesekali kearah gue.

"Ya, benar. Saya memang sudah banyak melakukan banyak jenis pekerjaan, karena saya senang mencoba berbagai jenis hal baru yang belum pernah saya lakukan untuk menambah pengalaman serta mengasah kemampuan saya dibidang tertentu. Saya senang men-challenge diri saya dengan hal baru. Soal pekerjaan di perusahaan penerbitan, alasan saya tidak melanjutkan kontrak disana dikarenakan jam kerja yang mereka limpahkan kepada saya tidak sebanding dengan upah yang mereka berikan kepada saya. Walaupun saya masih karyawan baru dan kontrak, tetapi bukan berarti mereka bisa semena-mena dengan saya. Tentu saja saya memiliki hak untuk memilih melanjutkan kontrak saya atau tidak," jawab gue panjang lebar menjelaskan pertanyaan yang gue dapatkan dari si pewawancara wanita tadi.

Tidak terlihat ingin menanggapi jawaban yang gue berikan atas pertanyaan beruntun yang ia berikan. Sang pewawancara wanita tersebut sibuk mencatat sesuatu di sebuah kertas yang sedang ia pegang. Diyakini kertas tersebut merupakan CV milik gue yang memang sedari tadi hanya hal itu yang sibuk ia pegang dan bolak-balik.

Lanjut ke pertanyaan selanjutnya. Kali ini giliran pewawancara pria yang melontarkan pertanyaan kepada gue.

"Langsung saja. Apa motivasi kamu melamar pekerjaan di perusahaan ini? Apakah kamu tahu apa-apa saja jobdesk seorang manager?," tanya si pewawancara pria sambil membetulkan letak kacamatanya dan menatap serius ke gue.

"Seperti yang saya katakan tadi. Saya suka mencoba hal-hal baru yang belum pernah saya lakukan. Dan saya merasa tertarik untuk mencoba menjadi seorang manager karena hal ini merupakan hal baru dalam hidup saya. Mengenai jobdesk, sepengetahuan saya tugas umum dari seorang manager adalah mengatur jadwal para artis yang menjadi tanggung jawab mereka, serta bernegosiasi terhadap segala hal yang berkaitan dengan segala jenis pekerjaan yang kelak akan diterima dan dilakukan oleh sang artis. Tentu, tugas paling utama yang paling penting dari seorang manager menjaga kondisi sang artis, baik secara fisik dan mental. Dan harus selalu cepat tanggap dan sedia setiap waktu untuk selalu ada bersama sang artis dimana dan kapanpun mereka berada," jawab gue dengan percaya diri tetapi tetap sopan menanggapi pertanyaan pewawancara pria yang sedari memperhatikan gue secara seksama.

Lagi, terlihat seperti tidak akan menanggapi jawaban panjang lebar yang telah gue kemukakan. Sosok yang memberikan pertanyaan tersebut hanya terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya seolah paham dengan jawaban yang gue berikan. Tidak lupa, ia juga seperti menuliskan beberapa catatan dikertas yang sedari tadi ia pegang.

Terakhir, berpindah ke pewawancara pria lainnya yang kelihatannya sudah tidak sabar dan semangat untuk memberikan pertanyaan nya kepada gue.

"Saya lihat disini kamu pernah menjadi freelance tutor bahasa korea disini sebelumnya. Apakah benar?" tanya si pewawancara pria yang terlihat santai tapi serius sambil merapatkan kedua tangannya di depan dadanya.

"Ya, benar. Saya pernah menjadi freelance tutor bahasa korea disini ketika saya masih menempuh pendidikan saya di universitas. Saat itu saya mendapatkan rekomendasi dari senior saya di kampus dan diberi kesempatan untuk bisa mengajarkan bahasa korea kepada para trainee yang berasal dari luar korea," jawab gue menjelaskan skenario bagaimana gue bisa menjadi freelance disini waktu itu.

"Kalau begitu, kamu sudah kenal baik dengan beberapa trainee yang dulu pernah kamu ajar?" tanya lagi si pewawancara pria tersebut yang sekarang terlihat lebih tegas dan penasaran karena dia memajukan dirinya dan menjauhkan punggungnya dari sandaran kursi yang sedari tadi ia sandarkan dengan santai.

"Seingat saya, dulu saya sempat mengajar beberapa trainee yang berasal dari luar korea seperti dari Amerika, Kanada dan Thailand. Kalau saya tidak salah ingat, dulu saya pernah mengajar tiga orang dari tiga negara tersebut. Tetapi, untuk dibilang kenal baik dengan ketiga orang tersebut, saya juga tidak begitu yakin, karena fokus saya waktu itu adalah sebagai tutor bahasa korea dimana tugas utama saya adalah mengajarkan bahasa korea kepada mereka. Walaupun diluar jam mengajar saya sempat ngobrol santai dan berkenalan singkat dengan mereka," jawab gue jelas, singkat dan padat menanggapi pertanyaan tersebut.

"Hm, kalau begitu, bagaimana dengan artis yang berada disini? Apakah ada yang kamu tahu dan kenal dengan baik? Maksudnya, tahu wajah serta nama mereka?" kali ini pertanyaannya bukan dari si pewawancara pria yang bertanya sebelumnya, melainkan dari si pewawancara wanita yang ternyata entah sejak kapan mulai tertarik dan penasaran dengan jawaban apa yang kira-kira akan keluar dari mulut gue.

Mampus, gaswat.

Itu adalah dua hal pertama yang muncul di kepala gue ketika mendapati diri gue ditanya mengenai hal yang sama sekali tidak terpikirkan sama gue.

Gimana bisa gue lupa untuk cari tahu tentang nama-nama artis yang ada di bawah naungan perusahaan ini. Mengingat posisi pekerjaan yang gue lamar merupakan seorang manager, dimana hal tersebut pastilah menjadi pertanyaan wajib yang akan ditanyakan kepada peserta interview.

Setelah menjernihkan pikiran sejenak karena kaget dan bingung harus menjawab apa terhadap pertanyaan yang barusan gue dapatkan. Akhirnya, gue mulai membenarkan cara duduk gue menjadi lebih rileks dan tegak dari sebelumnya. Sempat terlintas dalam pikiran gue untuk menjadi sok tahu dan mengatakan bahwa gue mengetahui banyak artis yang berada di bawah naungan perusahaan tersebut. Tapi, pada akhirnya, gue mengurungkan niat tersebut. Lebih baik gue berkata jujur apa adanya, daripada menjadi sok tahu dan malah berakhir menyebutkan nama yang salah dan membuat gue malah mempermalukan diri gue sendiri.

"Jujur, sebenarnya saya tidak begitu tahu dan mengenal baik artis-artis yang berada disini. Karena saya memang tidak terlalu pintar dalam menghafal dan mengingat banyak nama dan wajah dalam waktu yang singkat. Kalau pun ada artis yang saya tahu nama dan wajahnya dengan baik, itu hanyalah Super Junior, yang kebetulan dulu sempat saya ikuti beberapa tahun lalu sewaktu saya masih duduk dibangku SMA," ucap gue dengan nada suara yang gue usahakan terdengar tenang dan santai.

Mendengar jawaban singkat apa ada nya yang gue lontarkan atas pertanyaan yang ditanyakan. Ketiga pewawancara tersebut terlihat memasang ekspresi ambigu yang sulit untuk diartikan. Apakah jawaban tersebut memuaskan hal yang ingin mereka dengar atau tidak. Gue ngga bisa mengartikannya.

Sementara gue yang habis menjawab pertanyaan tak disangka itu, sudah merasa pasrah dan sedikit lesu melihat ekspresi ketiga pewawancara yang berada di hadapan gue. Dalam hati dan kepala gue udah pasrah kalau nantinya gue tidak lolos ke tahap selanjutnya dan kehilangan kesempatan untuk bisa mendapatkan pekerjaan baru yang sudah gue nanti-nantikan.

Selanjutnya, yang dilakukan ketiga pewawancara tersebut adalah melanjutkan sesi tanya-jawab interview nya. Tetapi, kali ini yang ditanya sudah berpindah objek. Bukan gue lagi yang akan mereka tanyai, melainkan Henna yang sedari tadi menunggu gilirannya untuk diwawancarai.

Lebih kurang duapuluh menit gue dan Henna berada di dalam ruangan yang terdapat tiga orang pewawancara tadi.

Setelah sesi interview nya kelar. Gue dan Henna segera keluar dari ruangan tersebut dan turun ke lantai satu.

"Lo mau kemana nih abis dari sini, langsung balik atau gimana?" tanya Henna ketika kami sudah sampai di lobi utama.

"Hm, langsung balik lah, mau kemana lagi coba. Lo sendiri, langsung balik juga?" ucap gue menjawab Henna yang sedari tadi terlihat fokus memandangi layar ponselnya.

"Gue mau jalan dulu nih sama pacar gue. Udah janjian dari kemaren, katanya mau ngajak nonton. Lo mau ikut sekalian gak?" tanya nya lagi sambil mengetik sesuatu pada ponsel tanpa melihat lawan bicara nya, gue.

"Ogah ah, masa gue jadi obat nyamuk lo berdua ntar. Mending juga gue rebahan di rumah daripada ikutan lo pacaran," cibir gue ketika mendengar tawaran menggelikan Henna.

"Ya kali aja lo gabut pengen ikutan, kan gue cuma nawarin elo. Makanya, cari pacar neng, biar kalo mau kemana-mana tuh ada yang antar-jemput kayak gue nih. Jadi ga kayak anak hilang, sendirian mulu," balas Henna mencibir balik gue yang terlihat kesal mendengar tawaran darinya.

"Ah, lo sama aja kayak si Jiyun, ngeledek mulu hobinya. Lagian itu pacar apa ojek online neng, masa cari pacar cuma buat antar-jemput doang," balas gue lagi menanggapi Henna yang terlihat puas dengan apa yang baru saja ia katakan.

"Wkwk, ya lagian elo sih, dari dulu demen banget kemana-mana tuh sendiri, kayak gabisa cari pacar. Padahal stock cowok di korea ini ada banyak loh, tinggal pilih aja satu kok ribet,"ucap Henna lagi setelah menekan tombol lock pada ponselnya dan memandang balik lawan bicaranya, gue.

"Lo kira nyari pacar itu kayak beli permen apa, tinggal pilih. Lagian ngapain juga gue cari pacar kalo cuma untuk antar-jemput. Tanpa perlu cari pacar juga gue udah punya ojek pribadi yang siap antar-jemput gue kemana-mana," ucap gue sambil melipat tangannya di dada.

"Hah, ojek pribadi? Sejak kapan lo punya ojek pribadi? Setahu gue lo kalo kemana-mana kalo ga naik bus ya kereta bawah tanah, kapan lo cari ojek pribadinya?" tanya Henna kebingungan mendengar kata ojek pribadi yang gue katakan.

Tanpa perlu membuka mulut untuk menjawab rasa penasaran Henna. Gue pun menunjukkan layar ponsel gue kepada Henna ketika sebuah panggilan telepon masuk. Nama Jiyun terpampang di layar ponsel gue yang dapat dilihat jelas oleh Henna.

"Ya ela, gue kira lo beneran udah punya ojek pribadi beneran. Taunya si Jiyun," ucap Henna sambil memutar bola matanya setelah tau maksud dari ojek pribadi tadi.

Tidak menghiraukan reaksi Henna yang kesal terhadap jawaban gue. Gue mengangkat telepon dari Jiyun dan berbincang singkat dengannya lalu kembali memasukkan ponsel gue ke dalam tas setelah selesai.

"Jadi gimana? Lo langsung balik nih?" tanya Henna lagi ketika gue sudah selesai menelpon.

"Ia, gue ntar balik sama Jiyun. Barusan dia nelpon nanya mau dijemput kapan. Itu dia udah mau otw katanya," jawab gue singkat.

Belum sempat Henna menanggapi ucapan gue, sang pacar yang dari tadi ia tunggu sudah tiba di depan kami sambil membunyikan klakson mobilnya memanggil sang pujaan hati.

"Eh, si Danny udah sampe tuh. Udah gih sana samperin," ujar gue pada Henna ketika mendengar suara klakson mobil yang bunyi dan mendapati pacar Henna yang sudah menunggu santai di dalam mobil sambil menurunkan jendela.

"Lo gimana dong ini. Itu si Jiyun kan baru berangkat, pasti masih lama sampenya. Apa lo mau gue temeni dulu sambil nunggu si Jiyun sampe," tanya Henna ketika sadar bahwa sang pacar sudah tiba.

"Udah gapapa, lo duluan aja. Lagian deket juga kok dari apartment gue kesini. Kan si Jiyun naik motor, bentaran lagi juga nyampe. Lo duluan aja, kasian tuh pacar lo udah nungguin dari tadi. Ntar di godain cewek lain baru tau rasa lo," jawab gue meyakinkan Henna untuk segera menyamperin sang pacar.

"Eh, beneran gapapa nih lo gue tinggal sendirian. Gue bisa kok nemenin lo disini, ntar gue bisa bilang sama Danny," ucap Henna merasa tidak enak meninggalkan gue sendirian.

"Ya elah neng, lo kirain gue bocah apa. Tenang aja, gue udah gede juga, ga bakalan hilang deh. Gue bisa nunggu di lobi kok. Santuy aja kali neng," ucap gue meyakinkan Henna lagi bahwa gue gapapa.

"Beneran nih? Yaudah, ntar kabari gue kalo Jiyun udah datang ya," ucap Henna.

"Ia ia, gapapa loh. Ntar gue kabari kalo tu anak udah datang. Udah lo buruan sana, Danny udah kelamaan nunggu lo," ucap gue lagi.

"Beneran loh ya, kabari. Jangan lupa," ucap Henna lagi.

"Ia bawel. Udah sana," ucap gue sambil mendorong tubuh Henna menuju mobil sang pacar.

Setelah mobil Henna dan pacarnya meluncur pergi dari hadapan gue, gue pun langsung kembali masuk menuju lobi utama gedung yang tadi baru saja gue masuki. Di dalam gue mendudukkan diri di salah sofa single yang terdapat di depan meja resepsionis.

Sempat bingung ngga tahu harus apa. Akhirnya, gue mengeluarkan ponsel dari dalam tas dan memilih memainkan ponsel selagi menunggu Jiyun datang.

---

Wah, akhirnya setelah sekian lama memendam keinginan untuk bisa nulis cerita yang genre fanfiction. Hari ini, detik ini dan saat ini juga aku resmi menulis dan mempublikasikan hasil karya tulis pertama aku. Ga nyangka bisa juga kesampaian ^_^. Dari dulu sebenarnya aku emang suka nulis sih, walaupun cuma sekedar hobi sampingan. Awalnya suka nulis cerpen dan puisi ala kadarnya gitu sih, karena emang ga pernah belajar khusus untuk menulis. Paling belajar sendiri di sekolah, baca-baca buku, komik dan novel yang ada aja. Itu juga dibacanya kadang-kadang doang. Maklum, dulu tuh minat baca aku tergolong rendah dan jarang banget baca buku. Paling yang suka aku baca cuma sekitaran komik, cerpen dan dongeng gitu. Beneran bacaan bocah wkwk. Tapi di dalam hati tuh pengen banget bisa nulis cerita yang keren dan dibaca banyak orang. Apalagi waktu aku memutuskan untuk masuk jurusan Sastra Inggris sebagai pilihan pendidikan di perguruan tinggi. Tapi ya gitu, minat baca aku masih belum ada kemajuan. Jadinya cuma mentok di cerpen dan puisi ala kadarnya doang. Itu juga waktu SMA doang aku buat. Waktu kuliah malah sama sekali ga ada menghasilkan karya apapun. Tingkat magernya makin nambah. Payah emang aku ini -_-.

Tapi gatau kenapa nih, jiwa menulis aku tiba-tiba muncul dan tinggi banget nih. Awalnya sih gara-gara aku ga sengaja nemu beberapa judul cerita fanfiction wattpad di twitter yang casts nya member NCT. Karena gabut, aku save deh tweet nya. Dan pas gabut aku mulai bacain satu-satu. Dan ternyata jiwa membaca meningkat secara drastis. Dan dari situ, aku jadi mikir, seru juga kali ya kalo aku mulai nulis juga. Daripada asik baca cerita dan tulisan orang, kenapa ga mulai untuk nulis cerita sendiri? Sekalian melanjutkan hobi ku yang tertunda dulu. Toh ga ada kata terlambat kan untuk memulai sesuatu.

Walaupun di awal-awal aku masih merasa kesulitan untuk mencari ide dan bingung mau menulis cerita apaan, karena jujur, aku sama sekali belum pernah nulis cerita modelan fanfiction gitu. Apalagi yang romance-romance gitu. Yang modelan begitu aku biasanya lebih prefer baca sih daripada nulis sendiri, karena takut jatuhnya awkward dan aneh gitu. Tapi, gatau kenapa nih, tiba-tiba aja kepala aku kemasukan ide yang beneran random banget. Gatau gimana ceritanya, ide jadi manager NCT tuh bisa tiba-tiba muncul di kepala aku dan menuntun aku untuk akhirnya memulai nulis cerita ini. Alhamdulillah, perlahan tapi pasti ide-ide lain mulai bermunculan secara berkala sejak saat itu. Dan, tarraaa. Sekarang aku udah menyelesaikan satu bagian dari awal cerita yang beneran ga pernah aku sangka-sangka bakalan aku tulis.

Masih terbilang awal banget sih ini ceritanya, dan keliatan amatiran kan cara penulisannya. Ya, harap maklum ya guys, karena ini beneran hasil karya pertama aku setelah sekian lama vakum dari dunia tuli-menulis. Dan lagi, ini tuh karya fanfiction romance perdana aku selama memiliki hobi menulis. Karena aku biasanya lebih suka menulis cerita yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan umum gitu. Selain sekalian curhat juga karena ide yang muncul cuma sekitaran itu doang. Jadi mohon dimaklumi ya kalo ceritanya masih banyak kekurangan dan terbilang slow untuk plotnya, karena aku juga masih belajar dalam hal tulis-menulis cerita ini. Saran dan kritik juga aku terima dengan tangan terbuka, as long as kalian memberikannya dengan cara yang sopan dan tetap menjaga tutur kata bahasanya. Pasti akan aku terima dan kasih feedback yang baik dan sopan pula. Karena aku juga seorang pembaca karya orang lain. Jadi, aku juga suka memberi saran dan kritik sama orang lain tapi tetep menjaga tutur kata agar yang membaca tidak tersinggung.

Dan ini ide nya pure aku temukan dan kembangkan sendiri ya guys. Kalaupun misalnya dikemudian hari ditemukan cerita, nama, karakter, tempat serta hal-hal lainnya yang mungkin terlihat dan terkesan mirip, aku cuma mau bilang ini aku buat cerita dan ide nya beneran dari kepala aku sendiri ya. Dan kalaupun ada yang mirip, mungkin itu terjadi karena unsur ketidaksengajaan. Karena jujur, aku ga suka kalo ada orang mencuri ide orang lain dan mengakui nya sebagai ide dan hasil karya nya. Oleh karena itu, aku ga akan pernah mau mencuri dan mengakui hasil karya orang lain sebagai karya aku. Karena itu hal yang ga bener dan ga baik. Kalo terinspirasi mungkin ia, tapi itu juga ga akan aku tiru dan ikuti mentah-mentah. Mungkin cuma mengambil sedikit idenya aja. Intinya kita disini saling respect satu sama lain ya J

Oh iya, ide ini juga berkembang sejalan dengan identitas aku sebagai fangirl nya NCT hihihi. Sempat terlintas pikiran aku untuk ngelamar kerja di kantor SM Entertainment Indonesia nih kemaren waktu mereka buka lowongan. Dan ya, aku ikutan ngirim lowongan kesana dengan harapan bisa diterima. Ya, namanya juga angan dan mimpinya seorang fangirl, ga ada salahnya kan ngehalu wkwk. Aku ikutannya tuh niat banget sampe bikin video dan bikin cover letter yang lumayan panjang. Tapi kayaknya emang belom rezeki aja ya. Mengingat persyaratan yang mereka minta harus bisa fasih berbahasa korea. Sementara kemampuan bahasa korea aku tuh cuma mentok di Annyeong haseyo, saranghae dan oppa oppa gaje, ya jelas ga keterimalah :P. Tapi ga masalah sih, toh aku ikutannya cuma iseng-iseng doang. Nothing to lose juga.

Dan dari sini, ide nulis cerita aku jadinya berkembang deh. Aku mungkin gabisa kerja di SM Entertainment secara nyata. Tapi, bukan berarti aku ga bisa nulis cerita yang sejalan dengan angan-angan aku itu tadi kan?

Nah, makanya, muncul lah cerita ini jadi karya perdana aku nulis fanfiction romance. Jadi ini tuh isinya beneran kehaluan yang selama ini sering ku pikirin setiap kali nonton konten-kontennya NCT. So, buat kalian yang juga bucin dan fangirl nya NCT. Mari kita kembangkan imajinasi dan kehaluan kita berjamaah dengan membaca cerita ini dengan fokus dan seksama. Karena yang namanya imajinasi itu gratis, dan ga dosa selama masih yang wajar-wajar aja. So, let's start our imagination and halu here ^_^.

Nah loh, kenapa jadi panjang gini ya, padahal niatnya aku cuma mau nulis opening message doang sekalian menyapa kalian yang mungkin abis baca karya aku ini. Ya, walaupun aku gatau ada yang baca cerita ini atau enggak :D. Intinya, aku mau ucapin terima kasih untuk kalian yang udah nyempatin waktu nya untuk baca cerita ini. Dan semoga suka sama ceritanya dan tetap nungguin untuk next ceritanya. Insya Allah, aku pasang target untuk selalu update seminggu sekali. Walaupun gatau aku bakalan bisa memenuhi deadline ini. Tapi lebih baik aku buat deadline sama diri aku sendiri biar ga keenakan mager dan menunda-nunda kerjaan. Jadi akan aku usahain untuk menepati deadline ini dan update setiap minggunya.

Sekali lagi, aku ucapkan terima kasih untuk kalian yang sudah mau mampir dan membaca cerita ini.

Salam santuy dari NCTZen ^_^

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top