Relationshit!!!

"Halooo?"

"Halooo!"

Itu adalah pembukaan malam panjang nan absurd dalam sistem perpacaran kami. Obrolan gak penting, pembicaraan absurd, hal-hal aneh dan hal-hal gak guna yang kami bahas selama 3 jam lebih itu akan terus berputar dan terasa menyenangkan.

"Kamu tau gak sih, itu dosen beneran mirip Jojon!"

"Seriusan?!"

"He-eh! Kumisnya lah, cara pake bajunya lah! Jangan-jangan abis ini materi kuliahnya bakal diselingin Srimulat!"

Jessica ngakak abis-abisan. "Emangnya Jojon itu Srimulat ya?"

"Yeee... dia tuh Srimulat, tau! Kamu masa lupa?"

"Lupa!"

"Dasar pikun!"

Dan kami ketawa abis-abisan.

Kami beda sama orang-orang pacaran lainnya. Kami bener-bener kayak sahabatan, kami bisa dibilang aneh banget dan absurd. Kami gak kayak Romeo-Juliet yang romantis-romantisan... tapi kami tahu kalau kami sama-sama sayang satu sama lain.

And sometimes, pria harus melakukan apa yang harus mereka lakukan.

"Nah iya gitu deh! Pokoknya tuh anak keselek bakso bulet-bulet terus teriak-teriak di kantin kayak orang sarap! Hahaha! Terus abis itu, pas minumannya dianterin-"

"I love you."

"Apa?"

Gue mengulang, "I love you." Gue tersenyum.

Dan Jessica diam cukup lama. Kemudian dia berkata. "Iyaa, aku tahu, kok. Aku juga sayang sama kamu."

Dan cukup. Secuil itu juga udah cukup banget buat gue dan Jessica untuk sama-sama tahu kalau kami sama-sama sayang. Setelah itu, obrolan dosen-mirip-Jojon, obrolan anak-Hubungan-Internasional-keselek-bakso, atau anak-Jojon-keselek-bakso, semuanya berlanjut.

Semuanya terasa sangat indah bagi kami berdua. Gue seperti menemukan seseorang untuk melengkapiku. Gue menemukan seseorang yang gue percaya kalau dialah orangnya. Gue menemukan orang yang bisa mengerti dan mendengarkan gue.

Sayangnya semua tidak bertahan lama dalam satu tahun.

Kampus berbeda, jarang bertemu karena sibuk dengan hobi baru (hobi baru gue adalah futsal)...

Jessica yang kukenal pun berubah.

"Halo, Neng? Ada yang bisa dibantu?"

Hening.

"Haloo? Jessica Aureliaaa?"

Hening.

"Jess? Jess, sinyal kamu lagi jelek ya?"

"Kenapa aku SMS gak dibales-bales?" Jessica berkata ketus.

Jedang. Mampus. "Tadi aku baca, cuman sibuk main futsal. Sori banget, Jess. Beneran, jangan marah dulu!" gue coba ngejelasin semua sama Jessica.

Setelah ngejelasin panjang lebar berjam-jam, Jessica akhirnya ngalah dan mendengus. "Ya udah. Jangan diulang."

Gue menghela napas lega, dan rutinitas ngobrolin hal absurd itu pun berlanjut lagi. Dimulai dari obrolan tentang Rerey yang lagi-lagi bertingkah aneh, tentang dosen Jessica yang modusin Mila padahal udah punya istri, sampe temen-temen futsal gue yang otaknya gesrek semua.

Malam demi malam, insiden itu keulang terus. Susahnya komunikasi bikin Jessica gampang marah sama gue. Memang agak fatal sih, tapi kan gue juga harus punya me-time gue sebagai seorang cowok.

Untungnya, abis marah, Jessica selalu gampang dihandle dan kami kembali akur kayak semula. Pokoknya menurut gue, semuanya berjalan lancar.

Tapi lagi-lagi, gue salah.

Kira-kira 10 malam setelah insiden itu...

"Halooo?"

Hening.

"Jess?"

Hening.

"Jess aku gak suka ya, kamu ngambek terus. Udah aku bilang barusan aku ujian dan HP dikumpulin di meja dosen. Kamu harusnya-"

"Aku ngerti."

Gue diam. Setengah gak percaya. "Kamu gak marah?"

"Ya aku ngerti."

Gue menghela napas karena gak perlu berantem panjang-lebar. "Bagus deh kalau-"

"AKU YANG HARUS SELALU NGERTI! YA EMANG AKU NGERTI DAN HARUS NGERTI. IYA KAN? HAH?! IYA KAN?"

Gue diem. Kicep. Hening.

"Eh, Daniel Adiwijaya. Denger, ya! Bukan berarti karena menurut lo gue orangnya asyik dan gaya pacaran kita gak sok romantis kayak orang lain, itu gak akan jadi alasan buat lo untuk nganggep enteng gue! Lo tuh bisa gak sih, meluangkan waktu buat gue, bales SMS gue, hargain gue? Gue ini bukan temen lo! Gue pacar lo! Kita pacar yang bertingkah seperti temen! Terus kalau gitu terus, apa bedanya sama HTS? Lo mau mainin gue, hah? Iya?!"

Sumpah, ini terrifying banget buat gue.

Ini pertama kalinya Jessica meledak selama hampir 1 tahun kami pacaran. Dan dia ngeri banget kalau lagi marah. Peri kecil gue (jiah, emang lu Farel ama Luna, Dan?) yang kalau senyum cantik itu ternyata ngeri kalau lagi marah.

"Jess, jangan marah gitu, dong. Aku juga perlu waktu sendiri. Pacaran itu gak selamanya berarti nempel-nempel kemana-mana bareng, terus-"

"Berisik!"

Trek. Telepon ditutup.

Mati gue.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top