28. Persuade Her (2)

No edit ya, kalau ada typo tolong di mention 😊
.
.
.

Sooji baru saja selesai makan malam ketika mendengar suara bel rumahnya, dengan segenap tenaga ia langsung berlari ke pintu dan berharap malam ini adalah Myungsoo yang datang. Seperti kebiasaannya beberapa hari kemarin, setiap ada yang datang bertamu, dia dengan senang hati membuka pintu namun, ketika tidak menemukan pria yang diharapkannya maka wajahnya berubah cemberut. Kebanyakan tamu yang datang ke rumah, hanya rekan kerja ayahnya, atau pekerja instalasi yang memperbaiki saluran pipa rumah mereka yang tersumbat.

Tapi rekan kerja ayahnya tidak mungkin datang malam hari kan? Apalagi petugas pipa ataupin petugas lainnya. Jadi sangat besar kemungkinan jika itu adalah Myungsoo.

Dengan pikiran tersebut, Sooji menjadi semakin semangat. Ia memasang senyuman selebar mungkin sebelum membuka pintu, dan pekikan riang terdengar darinya saat melihat siapa yang bertamu.

"Myungsoo!" Serunya lalu memeluk pria itu dengan erat, "kenapa baru datang sekarang?" Keluhnya dengan wajah cemberut.

Myungsoo hanya tersenyum kecil, membalas pelukan gadis itu lalu melepasnya, "aku perlu bertemu dengan ayahmu," ucapnya dengan wajah serius membuat Sooji mengernyitkan keningnya.

"Kenapa dengan ayahku?"

"Ada yang perlu kubicarakan, ayahmu di rumah kan?"

Sooji mengangguk, tapi merasa tidak puas karena kedatangan pria itu bukan untuk menemuinya.

"Setelah aku bicara pada ayahmu, giliran kita yang bicara. Oke?" Myungsoo kembali bersuara seperti tau apa yang ada dibenak Sooji, membuat gadis itu mendengus.

"Memangnya ada urusan apa sih?"

"Nanti akan kuberitahu, jadi bisa tolong panggilkan ayahmu?"

Sooji menghentakkan kakinya kesal, tapi tetap meminta Myungsoo masuk ke dalam rumahnya. Membiarkan pria itu duduk di ruang tamu untuk menunggu sementara dia mendekati ruang kerja ayahnya.

"Siapa?"

Mendengar suara ayahnya dari dalam membuat Sooji membuka pintu ruangan tersebut, "apa ayah sibuk?" Tanyanya saat melihat sang ayah sedang membaca sesuatu. Pria itu mendongak untuk menatapnya.

"Lumayan, apa ada sesuatu yang penting?"

"Entahlah...tapi di depan ada Myungsoo, katanya dia ingin bertemu denganmu."

Raut wajah Youngjun langsung berubah saat mendengar perkataan putrinya, ia menghela napas panjang, "suruh masuk ke sini, ayah akan bicara padanya di sini."

Meskipun berbagai pertanyaan sudah tersemat di kepalanya, tapi Sooji tetap bungkam. Setelah Myungsoo berbicara pada ayahnya, dia harus bisa membuat pria itu bicara padanya.

"Jadi, ayahmu mau menemuiku?" Myungsoo bertanya ragu saat Sooji kembali ke ruang tamu sendirian.

"Ayah menunggu di ruang kerjanya," jawabnya, dan gadis itu bisa menangkap raut lega di wajah Myungsoo, "apa aku sudah bisa tau apa yang sedang ingin kau bicaraman dengan ayahku?"

Myungsoo tersenyum padanya, lalu mencium pipinya, "sesuatu yang baik. Jangan khawatir, sekarang tunjukan aku di mana ruang kerja ayahmu."

Sooji mengerucutkan bibirnya kesal, "awas saja kalau sehabis ini kau kabur lagi! Aku akan menggantungmu di atas pohon," omel Sooji membawa Myungsoo ke ruang kerja ayahnya.

Pria itu tertawa pelan, "aku mencintaimu,"ucapnya sebelum masuk ke dalam ruangan dan meninggalkan Sooji yang hanya menatap dongkol pintu tertutup di depannya.

"Sooji, apa yang kau lakukan di sana?"

Sooji menoleh saat suara ibunya terdengar, dia mendekati wanita itu dengan wajah tertekuk, "Myungsoo sedang bicaea dengan ayah. Aku tidak tau apa yang mereka bicarakan."

Daehee mengangguk mengerti, "ya sudah, kalau begitu kita tunggu saja. Ini adalah pertanda bagus."

"Yah semoga saja..." Sooji bergumam tidak yakin, sekali lagi menatap pintu ruangan ayahnya kemudian mengikuti Daehee ke ruang tengah. Dia akan menunggh Myungsoo di sana.

〰️〰️〰️

Youngjun merapikan berkas di atas mejanya saat melihat Myungsoo masuk ke dalam ruangannya, "duduklah," ujarnya pada pemuda itu.

Myungsoo hanya tersenyum sungkan saat duduk di hadapan Youngjun, dia menumpu kedua tangannya di atas paha dengan gugup.

"Jadi?" Youngjun melemparkan tatapan tajam pada Myungsoo, ia sudah menebak apa tujuan pemuda itu datang untuk menemuinya malam ini. Tapi yang tidak disangkanya bahwa, butuh waktu secepat ini untuk Myungsoo datang. Dia berpikir pria itu membutuhkan waktu yang lebih lama.

"Hmm, saya ke sini untuk meminta izin pada paman," ucap Myungsoo hati-hati, "besok saya ingin mengajak Sooji ke rumah saya."

Youngjun menaikkan salah satu alisnya mendengar permintaan Myungsoo, "kalau aku tidak salah ingat, kita sudah sepakat..."

"Ya, tentu. Saya telah meyakinkan ibu saya. Semua kesalahpahamannya telah selesai dan beliau ingin bertemu dan mengenal Sooji."

Myungsoo menyela dengan semangat, membuat Youngjun mendesah panjang.

"Jadi ibumu sudah mau menerima Sooji," Myungsoo hanya mengangguk, "dan kau ingin membawa putriku ke rumahmu untuk berkenalan dengan orangtuamu?" Sekali lagi Myungsoo mengangguk.

"Ku rasa itu tidak bisa..."

"Kenapa?" Myungsoo bersumpah dia hampir saja berteriak jika tidak bisa mengendalikan dirinya, bagaimana bisa Youngjun menolak dengan semudah ini ketika mereka telah memiliki kesepakatan.

Dia meyakinkan ibunya dan Youngjun akan mengizinkannya bersama Sooji.

Menatap wajah putus asa Myungsoo membuat pria itu mau tak mau menggelengkan kepalanya, "aku belum selesai bicara, tapi kau sudah memotongnya. Itu kebiasaan buruk, anak muda," tegurnya dengan suara lantang.

Myungsoo menunduk, merasa bersalah, "maafkan saya."

"Maksudku, kau tidak bisa membawanya besok. Mungkin dua atau tiga hari lagi," ujar Youngjun.

Myungsoo merasa bahunya semakin melemas saat mendengar kalimat itu, tapi ia mencoba kembali mengulang dan mencerna kalimat Youngjun.

Dua atau tiga hari lagi?

"Paman," pria itu langsung mendongak dan mendapatkan raut wajah geli pria paruh baya di hadapannya, sangat berbeda dengan pertemuan sebelumnya atau tadi yang terkesan dingin dan keras, seketika harapan kembali hadir di dalam hatinya.

"Apa--apa itu artinya paman mengizinkanku?"

"Apa kau tidak mengerti bahasaku?" Youngjun menjawab dengan melemparkan pertanyaan lain, Myungsoo mengerjapkan matanya bingung membuat pria tua itu terkekeh pelan, "iya Myungsoo. Kau boleh membawa putriku ke rumahmu."

"Astaga...oh serius?" Pria itu tidak dapat menyembunyikan raut terkejut sekaligus bahagianya, ia tidak menyangka jika Youngjun bisa langsung mengizinkannya, melihat tindakan pria itu tadi seperti tidak menerima kehadirannya.

"Tentu saja," Youngjun mengangguk, "sebenarnya aku tau kau adalah pria yang baik Myungsoo," ucapan itu membuat Myungsoo menatap ayah Sooji dengan wajah berkerut bingung.

"Ketika pertama kau mengaku kalian tinggal bersama dan kau telah mencium putriku, saat itu aku berpikir kau adalah pria yang tepat untuk gadis keras kepala itu," ujarnya sambil tersenyum tulus, "tapi bagaimanapun juga, Sooji adalah anakku. Tentu aku ingin lebih meyakinkan diri jika kau memang layak untuknya, dan sekarang kau telah menunjukkannya padaku."

"Paman..." Myungsoo seperti kehilangan kata-katanya saat mendengar pengakuan tersebut, dia tidak tau jika selama ini Youngjun hanya ingin mengetesnya apakah dia layak atau tidak, "Sooji jadi membencimu karena semua ini..."

Youngjun tertawa, "aku sudah biasa mendapatkan kebencian anak gadisku, jadi satu lagi rasa bencinya padaku tidak akan berpengaruh."

Myungsoo terdiam, mungkin selama ini yang diketahuinya adalah hubungan Sooji dan ayahnya sangatlah buruk, tapi hari ini dia jadi percaya jika seburuk-buruknya perlakuan orangtua kepada kita, itu sama sekali tidak menutup kenyataan bahwa mereka sangat mencintai kita.

"Maafkan saya."

"Jangan meminta maaf," Youngjun tersenyum, "ini salahku yang terlalu keras padanya."

"Dia akan memaafkan paman, aku yakin itu."

Youngjun hanya tersenyum, "kau sangat berpikiran positif," ungkapnya.

"Besok kami akan mendatangi makam ibu kandung Sooji di Gwangju, itu alasan kenapa kau tidak bisa mengajaknya besok," jelas Youngjun tanpa ditanya membuat Myungsoo menatapnya.

"Kau sudah tau kan kalau ibu Sooji sekarang bukanlah ibu kandungnya?"

Myungsoo terdiam, dia tidak ingin mengiyakan karena dengan begitu sama saja ia mengaku bahwa Sooji telah bertemu dengannya sebelum ini, tapi dia juga tidak mau berbohong.

Prinsipnya, pria sejati tidak pernah berbohong.

"Ckck, dasar anak muda," Youngjun berdecak, "jangan kira aku tidak tau kalau Sooji mengunjungi apartemenmu malam itu."

Mata Myungsoo langsung melotot mendengarnya, "paman tau?"

"Tentu saja. Aku tidak mungkin membiarkan anakku keluyuran malam-malam tanpa pengawasan. Dan beberapa orang yang kutugaskan untuk menjaganya dari jauh mengatakan bahwa dia pergi ke tempatmu," jelas Youngjun yang menatap geli wajah gugup Myungsoo.

"Ma-maaf..."

"Kalian ini memang tidak bisa dilarang ya...sudahlah, setelah ini jaga saja putriku. Awas kalau kau membuatnya menangis, aku punya koleksi senapan antik."

Myungsoo menelan ludahnya gugup, ia mengangguk, "saya tidak bisa berjanji untuk tidak membuatnya menangis, tapi saya berjanji untuk mengusahakan kebahagiaannya selalu."

Youngjun mengangguk puas, "bagus. Sekarang keluarlah, gadis keras kepala itu sudah terlalu tidak sabar untuk menunggumu," ujarnya menunjuk ke pintu ruang kerjanya yang sedikit terbuka. Tau bahwa itu adalah ulah putrinya yang penasaran dengan percakapan mereka.

〰️〰️〰️

Sooji menangis dalam diam, di hadapannya ada sebuah makam yang terlihat sangat terawat. Setelah meletakan bunga dan berdoa, dia hanya duduk di sana sambil memandangi wajah ibu kandungnya.

"Aku merindukanmu," gumamnya dengan suara pelan, lalu setelah itu dia kembali menangis tanpa mengucapkan apapun.

Daehee yang melihat bahu bergetar Sooji, seperti ikut merasakan kesedihan gadis itu. Dia menyeka matanya dan menyenggol lengan suaminya yang berdiri kaku di sampingnya.

"Kau bisa menenangkan putrimu," bisiknya dengan suara serak, airmatanya sudah tak terbendung lagi mendengar isakan pilu Sooji, "dia membutuhkanmu."

Youngjun menatap Daehee lalu ke arah makan Haram di mana Sooji duduk di sisinya dengan bahu bergetar, ia kembali menatap istrinya lalu memeluk wanita itu.

"Aku akan segera kembali memelukmu, jadi jangan menangis dulu," bisiknya lalu meninggalkan Daehee yang hanya tersenyum kecil.

Youngjun mendekati putrinya dan ikut duduk bersimpuh di sana, ia bisa mendengar tangisan Sooji dengan lebih jelas dan mau tak mau membuat hatinya terasa pedih.

Tidak tau seberapa besar kesalahan yang telah dia lakukan selama Sooji hidup di dunia ini, semua itu telah membuatnya merasa kecil dan pengecut ketika harus berhadapan dengan Haram saat ini. Tapi dia sudah bersumpah akan mengubah semua kebiasaan buruknya mulai saat ini.

"Sooji..." panggilnya dengan suara pelan, putrinya menoleh padanya dengan mata berair dan wajah merah, "sayang..." gumamnya lalu memeluk Sooji dengan erat, tanpa sadar ia turut mengeluarkan airmata saat merasakan lengan lembut gadisnya melingkar untuk membalas pelukannya. Kepala gadis itu bertumpu di dadanya dan menangis dengan kencang.

"Sstt, sayang jangan bersedih. Ibumu telah bahagia di surga, dia pasti akan ikut bersedih melihatmu menangis," ucap Youngjun susah payah karena tangisan menghambatnya untuk berbicara.

"Aku...aku rindu dia...aku ingin melihatnya..."

Youngjun semakin mengeratkan pelukannya saat mendengar gumamam lirih Sooji, "maafkan ayah nak. Maafkan ayahmu yang selalu membuatmu bersedih selama ini. Maafkan ayah nak," bisiknya dengan pedih, masih berani berharap bahwa Sooji mau memaafkannya.

Matanya lalu memandang Daehee yang tersenyum kepadanya, wanita itu menyeka wajahnya dan mengangguk membuat perasaannya jauh lebih baik.

Sudah saatnya melepaskan semua bebannya selama ini, Sooji dan Daehee adalah masa depan yang harus dia perjuangkan, mereka berdua adalah harta berharganya dan mulai saat ini dia akan menjaga kedua wanita itu.

〰️〰️〰️

"Tidak! Aku tidak mau."

"Sooji, please?"

Sooji menatap sengit Myungsoo yang memasang wajah memelasnya, dia menggelengkan kepala lalu menjauhi pria itu.

"Sayang, ini demi kebaikan kita. Lakukan ini demi hubungan kita?" Myungsoo mengejarnya, mencoba untuk membujuk, tapi keputusannya tetap, "apa kau tidak ingin memperjuangkan hubungan ini...apa kau..."

"Tapi tidak dengan yang satu itu," Sooji membentak, "aku tidak akan sudi meminta maaf pada adikmu. Tidak akan!"

Myungsoo mengusap wajahnya frustasi, siang ini dia sudah akan membawa Sooji ke rumahnya, tapi masalah lain muncul.

Bagaimana dia bisa dengan bodoh menawarkan hal ini pada Jiwon sementara dia saja tidak tau Sooji mau melakukannya atau tidak.

"Sayang, kumohon...demi cinta kita."

"Aku tidak mau Myungsoo," kali ini Sooji merengek, ia membalas tatapan memohon pria itu dengan wajah memelasnya juga, "kau tau hubunganku dengan adikmu. Dia berapa kali mencelakaiku hanya karena aku mengejeknya dan kau berharap aku yang akan meminta maaf? Tidak."

"Aku akan melakukan apapun jika kau mau meminta maaf padanya," ucap Myungsoo lagi.

Sooji menggelengkan kepalanya.

"Aku akan membantumu mencari kerja?"

Sooji kembali menggeleng.

"Aku akan..." Myungsoo kehabisan ide sementars Sooji tersenyu menang, pria itu memutar otak kemudian bergumam, "astaga aku tidak percaya harus melakukan hal sebodoh ini."

Myungsoo menatap Sooji dengan percaya diri lalu melemparkan senjata terakhirnya, "Jika kau mau minta maaf pada Jiwon, aku akan membujuk ayahmu agar kita bisa tinggal bersama lagi."

Sooji terdiam, matanya terlihat tertarik dengan tawaran itu, tapi mencoba menahan diri sebiasa mungkin.

"Mana bisa...ayahku sangat berprinsip," ucapnya seolah mematahkan penawaran Myungsoo.

"Aku akan melakukannya. Pegang kata-kataku."

Sooji tidak pernah menyukai ketika Myungsoo sudah terlihat sangat bersungguh-sungguh, karena sesulit apapun, jika pria itu mengatakan bisa maka itulah yang terjadi.

"Jadi?"

Gadis itu berpikir keras, meminta maaf pada Jiwon sebenarnya bukan hal yang sulit, hanya saja dia gengsi kalau harus meminta maaf lebih dulu. Tapi imbalan yang didapatkannya sungguh menggiurkan.

"Aku...hmm baiklah."

Myungsop tersenyum lalu mencium Sooji dengan semangat, gadis itu sampai terkejut dan memukul dadanya.

"Bikin kaget saja."

"Terima kasih, aku sangat mencintaimu." Myungsoo tersenyum bahagia lalu kembali mencium Sooji dengan penuh perasaan.

"Awas saja kalau kau tidak menepati janjimu."

Myungsoo tersenyum penuh rencana. Ah, dia sangat suka jika harus melakukan misi seperti ini, apalagi jika itu menyangkut masa depannya bersama Sooji.

Dan kali ini, hanya sisa satu miso terakhir yang harus dilakukannya.

"Tenang saja. Kita akan tinggal bersama, selamanya."

〰️〰️〰️

To be continued...

Chapter depan udah tamat. Bener-bener tamat ya.

Maaf aku gk update berapa hari, soalnya ada kegiatan pas weekend 😂 dan juga kalian pasti tau kebiasaanku, kalau selalu susah untuk buat chapter ending 😅

[24/04/18]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top