Ending.

Yeri Pov

Pagi Hari telah tiba. Kini adalah hari untukku dimana aku harus Menyiapkan kebutuhan rumah tangga seperti Orang-orang diluar sana.

Semenjak tinggal diKota. Aku meminta Jungkook agar tidak Membawa terlalu banyak pelayan disini. Tetapi sebelum aku meminta, Jungkook sendiri sudah melakukanya. Ia hanya membawa sedikit pelayan, kurang lebih empat orang atau lima orang. Aku tidak terlalu mengahafal, sebab mereka sudah ditugaskan Jungkook bekerja hanya sampai Sore saja. Tidak harus menginap disini.

Memang para pelayan itu datangnya dari rumah lama Jungkook, namun setelah selesai dengan pekerjaan mereka disini, mereka harus segera kembali keRumah Jungkook yang didalam Hutan sana.

"Sayang apa tidak lelah mengurusi Eunbi dari malam sampai pagi begini? Kau bahkan harus menyiapkan keperluan sekolah Haechan juga." Kata Jungkook yang mengintipku yang tengah menenangkan bayi mungil yang baru beberapa hari aku lahirkan.

    Aku tidak manyangka jika Jungkook memperbolehkan aku melahirkannya.

"Sebagai seorang ibu, aku tidak pernah merasa lelah untuk mengurusinya." Jawabku yang langsung membuatnya berdekhem tak terlalu suka dengan ucapanku. Aga sensitif sih, jika Aku berkata Masalah 'ibu' padanya. Mungkin ia sedikit terganggu dengan itu.

"Aku akan buatkan sarapan." Kuletakan bayiku keBox-nya. Lalu mulai melangkah untuk kearah dapur. Jungkook yang mulanya hanya terdiam, kini kembali berkata.

"Yerim. Biar Pelayan saja yang melakukan tugasnya, jangan biarkam mereka memakan gaji buta." Kuhela nafasku. Kenapa sih Sekarang Jungkook posesif sekali, memang Dulu ia juga Posesif namun entah kenapa ia bertambah menjadi lebih mengekang sekarang?

"Biarlah Aku suka melakukanya." kataku yang langsung kembali dijawabnya.

"Kau lelah mengurus Eunbi, setidaknya istirahatlah beberapa jam. Aku tidak sarapan juga tak apa. Aku akan makan nanti." katanya Yang membuatku tersenyum lembut, setidaknya perubahan Jungkook mulai terlihat walaupun masih sedikit Mengekang. Namun ia menunjukkan kasih sayangnya padaku.

Saat Aku hamil anak ketiga, Jungkook begitu perhatian padaku. Tidak seperti saat mengandung Anak-anakku yang telah tiada, jangankan untuk menanyakan kabar bayi dalam kandungaku. Dia malah mengacuhkan bahkan yang paling Tega-nya dia membunuhnya.

Aku sangat sakit jika mengingat itu. Namun, mau bagaimana lagi itu sudah terlanjur. Lagian Jungkook sekarang sudah menunjukkan sisi baiknya, sisi dimana ia Yang sempat berjanji akan berubah demi diriku.

"Tidak Jeon, Tidak baik menunda makan. Kau akan terkena Magh, nanti akan aku buatkan. Sekalian juga untuk Haechan, dia tidak menyukai masakan Pelayan." Kataku, Jungkook menghela nafasnya Frustasi. Aku sama sekalipun tak merasa lelah, aku senang melakukan ini semua.

     Mempunyai Kedua anak yang masih belia membuatku merasa harus Ekstra lebih kuat dan tak mudah lelah. Apalagi Sekarang anakku masih bayi harus dalam pegawasan yang ketat.

"Kalau kau keluar aku akan Marah!." Aku mendegus kesal. Masalahnya adalah Haechan, anak itu sama sekalipun tak mau makan jika bukan aku yang membuatkannya.

Padahal saat Aku belum berada diRumah dan menyandang sebagai ibu Haechan, anak itu menyukai dan mau memakan masakan Para pelayan. Tapi setelah aku datang semua berubah, Haechan hanya ingin aku yang mengurusi kehidupannya.

Sebenarnya Jungkook tidak keberatan dengan itu. Namun ia sering sekali memperingati agar aku tidak kelelahan.

"Aku hanya membuat Roti untuk bekal Haechan." Kataku sembari mencoba untuk meyakinkannya. Setidaknya Haechan adalah alasan terkuat untukku beralasan, Karena sebenarnya aku hari ini ingin memasak. Mumpung Jungkook sedang libur kerja.

"Huh, Yasudah. Tapi ingat kau harus kembali jika Haechan telah siap." Katanya yang langsung Ku-acungi Jempol sembari tersenyum.

*****

Sudah lama Aku tidak menjalani kehidupan seperti ini. Walaupun saat aku belum bersuami hidupku memang menyedihkan tetapi tidak sampai seperti saat Dulu, dimana saat Jungkook yang dengan seenaknya menikahiku tanpa mengenal satu sama lain. Membuatku harus terkurung dirumah Besarnya itu.

Seiring berjalannya waktu, hidupku kembali semula. Walaupun Saat ini aku memiliki Suami yang tidak sesuai dengan Pemikiranku saat masih remaja dimana Masih berangan-angan memiliki suami bak pangeran. Nyatanya itu telah terhanyut sia-sia, aku tidak menyangka jika harus menikah dengan iblis. Tetapi sekarang iblis itu telah berubah, walaupun belum seratus persen penuh, ia sudah menunjukkan bagaimana sisi baiknya yang sebenarnya.

Melihat itu semua, aku merasa bahagia. Apalagi sekarang aku sudah memiliki seorang Putri kecil. Anak ketiga dariku dan Jungkook.

        Dua bulan setelah tinggal diRumah ini. Aku dinyatakan positif hamil lagi.

Dokter Kang Mina-lah yang memeriksaku, katanya Aku dan Jungkook masing-masing memiliki tingkat kesuburan yang jarang dimiliki oleh pasangan lain. Wajar saja jika aku selalu mengandung walau hanya beberapa kali dalam sehari melakukan Hubungan dengan Jungkook. Karena Kami begitu sehat, wajar saja jika pertumbuhannya begitu cepat.

Saat itu aku kaget, saat mendengar jika bayi yang aku kandung  perempuan lagi, aku merasa masih trauma mengandung anak perempuan. Sebab, Jungkook akan dengan mudah melenyapkannya, karena lelaki itu pernah bilang padaku kalau ia tak suka anak perempuan.

Namun saat aku berfikiran negatid seperti itu, Jungkook merespon biasa saja. Ia malah mengatakan akan menerima bayi ini.

Aku dan James sudah tak memiliki perjanjian lagi. Lahirkan anak perempuan semau-mu, aku tak melarang.

Mendengar itu hatiku merasa tenang. Sebab Jungkook sudah berkata sendiri padaku.

Lama bergelut dengan pikiranku, aku sampai tak dengar jika seseorang memanggilku, bahkan sambil menarik-narik ujung piyama yang kupakai.

"Ah, Maaf sayang Mama tak mendengar." Ku sunggingkan senyuman manisku, saat Melihat Haechan yang memanggil dan menarik-narik ujung piyama-ku.

"Mama, Haechan tak ingin sekolah." Katanya yang langsung membuatku terdiam.

"kenapa? Apa Haechan sakit?." Aku merasa sedikit khawatir Sebab, ia tipikal anak yang semangat dalam menjalakan aktivitas paginya. Aku sampai merasa Cemas saat Ia berkata tak ingin sekolah padahal anak itu begitu antusias kalau masalah sekolah.

"Tidak, temanku semua nakal. Aku tidak suka." katanya yang membuatku tertawa geli. Wajar saja jika anak Tk sering berkelahi dengan temannya. Ia akan langsung merasa tak senang. Aku memakluminya.

"Tidak bisakah Haechan berbaikan."

"Tidak Mama, aku sedih karena mereka banyak aku hanya berdua dengan Naeun." Kuhela nafasku, sangat susah untuk membujuk Haechan, karena Anak ini sudah mewarisi Semua watak keras Jungkook. Walaupun bukan Anak kandung Jungkook karena sering berjumpa semua keperibadian Haechan mulai sama dengan Jungkook.

Aku kesak sendiri, mengapa Haechan harus bersikap sama seperti Jungkook.

"Ada apa ini?." aku yang mendengar suara Jungkook langsung menoleh.

"Papa, bolehkan Aku tak sekolah." Haechan yang tadi sempat memelukku langsung berlari kecil menghampiri Jungkook yang tengah mengangkat satu alisnya.

"mau jadi anak bodoh?." Jungkook berkata datar.

"Tapi temanku semua nakal."

"Tujuanmu ke-sekolah hanya untuk belajar. Jangan Ladeni anak yang nakal." Kata Jungkook, bagaimana bisa Jungkook menasehati Haechan dengan seperti itu? Sama saja seperti nasehati orang dewasa.

Bahkan usia Haechan belum genap limA tahun.

"Papa akan memberikanmu sebuah hadiah istimewa jika Kau mau sekolah."

"Apapun hadiah yang aku mau?." Tanya Haechan dengan Wajah polosnya. Mendengar interaksi Jungkook dan Haechan membuatku merasa Senang, ternyata begini rupanya. Jungkook terlihat sangat menyayangi Haechan walaupun anak itu hanyalah anak angkatnya. Tetapi setidaknya aku melihat Jungkook begitu sangat sayang pada Haechan. Walaupun Terlihat datar dan dingin.

"apapun, papa akan berikan." Final Jungkook. Entah ini sebuah keajaiban atau apa, Haechan langsung berteriak girang sembari langsung Berlari-lari kecil melontarkan semua kembiraanya.

Melihat Haechan senang membuat hatiku Bahagia, Sejak Aku bertemu dengan Haechan. Anak itu memang sepatutnya harua disayangi, Karena walaupun Haechan Kurang kasih sayang dari orang tua tetapi setidaknya ia sangat penurut, aku beruntung sekali bisa dianggap Haechan sebagai 'mama'nya, rasanya aku memang benar-benar sudah menganggap Haechan seperti anak kandungku sendiri.

"mama, aku sekolah saja. Aku ingin ganti baju." Katanya sambil tersenyum senang.

"Katanya Tidak mau." Godaku yang langsung membuat Haechan Merengut sebal.

"Demi hadiah akan aku lakukan apapun." Mengapa sangat menggemaskan? Aku yakin jika kedua orang tua Haechan masih hidup ia akan begitu Bahagia melihat bagaimana cerdasnya anak sebelia Haecan.

    Anak itu lalu berlari kearah kamarnya lagi, Sepertinya ia memang benar-benar ingin sekolah hanya karena hadiah. Aku jadi Merasa syok sendiri, sebab begitu mudahnya membujuk Haechan.

"Jika dia susah diatur, kau bisa memberi alasan sepertiku." Kata Jungkook yang menatapku dengan Wajah datarnya. Ia memang sangat peka jika aku ingin bertanya kelemahan Haechan padanya.

"Apa Haechan akan berangkat bersama dengan Namjoon?."

"Kita hantar dia yah, Aku ingin jalan-jalan juga denganmu." Aku langsung terdiam, Apa katanya jalan-jalan? Apa itu terdengar mustahil Jungkook mengatakan itu?

Oh  ya Ampun, seumur hidup pernikahanku dengannya ini kali pertama ia mengajakku berjalan-jalan.

"Benarkah?." Kataku yang mencoba untuk membuatnya langsung mengiyakan, Mungkin tadi aku salah dengar.

Tetapi aku yang salah, dia menganggukkan kepalanya, bertanda jika ucapanku benar.

"Yasudah bersiap-siap kita pergi. Bersama Eunbi juga."

********

Author Pov

Saat itu Musim dingin telah tiba. Rumah yang masih tergolong baru tengah dilanda Ramai-nya orang. Banyak para tetangga berdatangan sembari membantu seseorang yang tengah kesakitan disana.

   Jujur, seorang Lelaki yang berotot serta berahang tegas itu tidak terlalu menyukai keramaian, tetapi melihat Sang istri tengah menahan sakit disana ia jadi terpaksa memperbolehkan para tetangga membantunya.

Harusnya ia bersyukur karena mendapatkan bantuan dari banyaknya orang.

"Sabar sayang." Jungkook, sang Lelaki pemilik Rumah. Dia melihat Yeri yang penuh dengan keringat, wajah yang pucat serta air mata yang mengalir.

Jungkook sudah mencoba untuk membujuk Yeri agar mau Kerumah sakit, tetapi wanita itu sama sekalipun tak mau. Katanya tidak menyukai bau obat dirumah sakit. Jadi terpaksa saat itu Jungkook membiarkan Yeri melahirkan diRumah dengan bantuan Dokter kepercayaannya Kang Mina.

"Aku sudah tidak tahan lagi, Jeon." Kata Yeri sembari mencekam bantal.

Jungkook mendengus Frustasi, masalahnya Yeri terlalu nekat untuk melahirkan dirumah. Akan lama nanti prosesnya, jika Yeri tidak keras kepala mungkin Bayi itu sudah lahir dari tadi. Tetapi Yeri sangat susah, lebih baik menahan sakit daripada harus mencium bau rumah sakit.

      Jungkook tersentak kaget, saat mendengar suara Tangis banyi mungil. Ia lalu menatap kearah Kang Mina dimana ia tengah menggendong bayi yang baru saja Yeri lahirkan.

"selamat Tuan Jeon, Anaknya perempuan sesuai dengan dugaanku." Ucap Kang Mina sembari mendekati Jungkook.

Rasa Haru, lansung memecah konsentrasi Jungkook. Dia Melihat bayi-nya yang masih memerah sangat mirip Dengannya, hanya saja ini versi perempuannya. Hanya bagian hidung dan bibir saja yang lebih mirip Yeri ketimbang dirinya.

Tetapi Jungkook patut bersyukur sebab Yeri sudah selamat melahirkan anakya.

Kang Mina membawa Bayi-nya untuk dibersihkan. Sementara Jungkook sudah berada disamping Yeri yang kini tengah Meneteskan air matanya.

Cup

Satu kecupan Melintas dibibir Yeri. Jungkook tersenyum sembari mengelus Rambut istrinya itu.

"Terimakasih, kau memang kuat sayang." Bisik Jungkook dengan kasih sayangnya. Jungkook benar-benar sangat bangga Karena dengan tekad Yeri anaknya bisa lahir dengan selamat.

"andai saja, dulu aku tidak jahat mungkin anak kita sudah sangat besar." lirih Jungkook yang langsung mengundang perhatian Yeri. Wanita itu menghela nafasnya, Ia lalu mengelus pipi Jungkook.

Saat ini Yeri tengah berbaring diatas Ranjang, dan Jungkook duduk disebelah Yeri.

"lupakan masalalu, kau berjanji akan berubah demi aku, kan?." Tanya Yeri yang langsung diangguki Oleh Suaminya itu.

"maka biarkan anak-anak kita tenang disana. Cukup kirimkan do'a."

"Aku pasti akan mendo'akan mereka, sayang. Tetapi aku ragu apakah mereka akan memaafkan kesalahanku?."

Yeri mengusap punggung lebar Jungkook.
"Tentu saja."

   Setelah itu mereka larut dalam keheningan, lalu datanglah Kang Mina sembari membawa Bayi mungil Jungkook dan Yeri. Kang Mina langsung memberikan bayinya pada Jungkook, karena melihat Yeri masih terlalu lemas, dan setelah ini Kang Mina akan Membersihkan Yeri juga.

Jungkook menerima bayinya dengan tangis haru. Ia menatap Yeri yang tersenyum, melihat bagaimana Reaksi Jungkook hatinya sangat Sedih, tak pernah menyangka jika lelaki itu bisa berubah seperti sekarang.

"aku akan memberikan nama Jeon Eunbi, wanita yang selalu disayangi oleh orang-orang." Putus Jungkook sembari mendekatkan bayinya yang baru saja ia beri nama Eunbi itu pada Yeri. Jungkook lalu mencium pipi sang istri dan Mencium pipi sang bayi.

"Kau cantik sama seperti ibumu. Papa berjanji akan selalu menyayangi kalian." ucap Jungkook pada Bayinya yang memejamkan mata. Mendengar itu Yeri tersenyum lembut.

"Aku mempercayaimu."

*****

Jam sudah menunjukkan pukul tiga sore. Jungkook, Yeri dan Eunbi. Akan menjemput Haechan disekolahnya.

Mereka sudah berada didalam mobil. Jungkook tidak ada henti-hentinya Mengoceh, mengejak Eunbi yang tertawa geli saat melihat Jungkook berbicara menggunakan suara seperti anak kecil. Bukan hanya Eunbi yanh tertawa tetapi juga Yeri ikut tertawa melihat Jungkook sebegitu Senangnya bermain dengan sang anak.

     Yeri Menatap sekeliling sekolah, disana sudah banyak sekali orang tua yang tengah menjemput anaknya. Ia lalu melihat Ada Haechan yang tengah tertunduk lesu.

"itu Haechan, ada apa dengannya?." Tanya Yeri pada Jungkook.

"kita turun."

Jungkook dan Yeri langsung turun dari Mobil lalu berjalan kearah Haechan yang nampak sedih.

"sayang, kenapa?." Yeri langsung datang dan menanyakan pada Haechan. Tidak biasanya Haechan lesu begini.

"Aku sedih mama, Karena saat belajar tadi guru membahas tentang hari ibu. Aku tidak tahu harus memberikan ini pada siapa." Haechan tertunduk sedih, membuat Yeri terharu mendengarnya. Haechan membawa setangkai bunga mawar merah yang sengaja diberikan sekolah untuk diberikan pada ibunya masing-masing.

   Namun, karena Haechan merasa ia tidak memiliki ibu jadi ia merasa sedih. Ia tidak tahu jika harus memberikan ini kepada siapa. Secara ia mengetahui dari dulu jika Jungkook apalagi Yeri itu bukan papa dan mama kandungnya.

Mendengar itu Jungkook bertindak, ia lalu Berjongkok dihadapan Haechan.

"papa ini siapa?." tanya Jungkook yang langsung membuat Haechan terdiam menatap Jungkook bingung.

"mama ini siapa?." Kembali Haechan dibuat bingung dengan perkataan Jungkook.

     Yeri terdiam melihat bagaimana yang terjadi selanjutnya.

"Haechan, papa menyayangimu. Kau tahu papa sudah menganggapmu sebagai anak papa sendiri. Jika kau tidak menganggap papa dan mama adalah orang tuamu, bagaimana Dengan perasaan kita nanti." Kata Jungkook menyedihkan, ia kira selama ini Haechan tidak memusingkan masalah orang tuanya, karena Jujur Jungkook sudah sangat menganggap Haechan adalah anaknya sendiri.

Begitupun dengan Yeri yang sangat sedih mendengar Haechan berkata begitu.

"maafkan aku papa dan mama." ucap Haechan mengusap air matanya.

Yeri yang terdiam sembari menggendong Eubi, langsung mendekati Haechan.

"Bunga untuk mama."

Mendengar itu Yeri tersentuh hatinya, ia lalu memberikan Eunbi yang terlelap pada Jungkook. Dia tersenyum dan langsung memeluk erat Haechan dengan tangisan haru.

"selamat hari mama, mama." Kata anak itu didekapan Yeri.

"Jadilah anak yang baik Haechan, mama menyayangimu." lalu Yeri mencium pipi gembul Haechan dengan sayang.

*****

Sepulang dari sekolah Haechan, Jungkook Yeri Eunbi dan Juga Haechan kini tengah berada disebuah taman yang sepi. Sengaja disewa oleh Jungkook untuk keluarganya lengkap.

Jika dulu Yeri keluar harus dengan dibawah penjagaan orangnya Jungkook, kini ia merasa senang karena hidup bebas.

"Tuan maafkan saya telat." Itu adalah suara Namjoon lelaki paruh baya itu langsung Mendudukan dirinya dikarpet yang sudah Jungkook siapkan.

"tak masalah."

"ah, Tuan. Sebenarnya sudah lama aku ingin mengatakan ini."

Jungkook terdiam mendengar Namjoon berkata.

"Terimakasih karena kau sudah mau menganggap Haechan sebagai anakmu. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Karena anda Haechan bisa merasakan bagaimana Kasih sayang seorang papa. Apalagi semenjak nyonya Yerim datang Haechan juga mulai merasakan Kasih sayang seorang mama." Ucap Namjoon Tulus sembari melihat Haechan yang tertawa berlari dilapangan, belum menyadari jika ada dia disini.

Eunbi yanh berada dikereta bayi sedang bersama dengan Haechan. Ia melihat kakaknya itu yang mengajaknya tertawa. Eunbi tak mengerti tetapi ia juga merasa sangat senang melihat bagaimana Haechan mengajaknya tertawa.

"jangan sungkan. Aku sudah menyayanginga."

"Benar Namjoon-sshi. Aku akan menganggap Haechan sebagai anakku sendiri." kata Yeri yang langsung membuat Namjoon tersenyum.

"kalian baik sekali, aku merasa sangat bersyukur Haechan bisa bertemu dengan kalian." kata Namjoon.

     Haechan melihat seseorang dari Ujung sana. Merasa tahu dengan postur tubuh tersebut ia berteriak senang sembari menghampiri seseorang itu.

"kakek." Haechan datang dan langsung menubruk kepelukan Namjoon.

"mari kita main." tanpa merasa salah Haechan langsung menarik Namjoon yanh terkekeh geli. Mereka meninggalkan Yeri untuk kembali kearah lapangan menuju Eubi berada.
Kini hanyalah tersisa Yeri dan Jungkook. Yang tengah menikmati keindahan taman disini, melihat bagaimana senangnya Anak-anak yang bermain dengan Namjoon.

   Melihat bagaimana Haechan Begitu antusias tertawa membuat Eunbi ikut tertawa. Apalagi saat Haechan mencium pipi Eubi itu langsung memecahkan tawa Eunbi berkali-kali lipat.

"Aku yakin jika Haechan bisa menjadi kakak yang baik untuk Eunbi." ucap Jungkook tiba-tiba. Dan langsung membuat Yeri tersenyum senang.

"Benar." kata Yeri.

Cup

Jungkook mencium kening Yeri lama. Ia begitu bahagia sekarang.

"Aku mencintaimu, terimakasih sudah Membuatku bahagia. Aku bisa berubah itu karenamu Yeri. Aku tidak tahu harus berkata apalagi, tetapi aku sungguh sangat mencintaimu." Jungkook memeluk Yeri, ia sangat bahagia karena Yeri membalas Pelukannya Juga.

"Aku juga mencintaimu. Walaupun kita menikah tidak seperti pada umumnya, tetapi seiring berjalannya waktu aku merasa bahagia hidup bersamamu. Apalagi sekarang aku sudah memiliki anak denganmu, aku tidak akan bisa lepas darimu." Yeri mendekatkan pelukannya pada dada Jungkook merasakan bagaimana Detak jantung Jungkook yang indah.

"Maafkan aku dulu."

"aku memaafkanmu, terimakasih untuk perjuanganmu yang ingin berubah aku menyukai usahamu."

Jungkook tersenyum, ia membelai pipi Yeri tanpa Harus melepas pelukannya. Begitupun Yeri yang tersenyum senang. Jungkook mendekatkan bibirnya pada bibir Yeri, lalu mengecupnya sekali.

Tetapi Yeri langsung memegang tengkuk Jungkook dan menekannya, membuat ia bisa mencium Jungkook bahkan melumatnya secara intens.

"Berjanjilah untuk tetap bersamaku." kata Yeri disela-sela ciumannya.

Jungkook melepaskan tautan bibirnya, ia tersenyum.

"Aku tidak mau berjanji tapi aku akan membuktikannya."

Lalu setelah itu mereka larut dalam ciuman. Mereka merasa sangat bahagia sekarang. Karena sejujurnya mereka tidak menyangka jika bisa sebahagia ini. Rasanya benar-benar mustahil jika diingat kembali.

Tetapi semua kemustahilan itu telah sirna. Jungkook merasa bahagia bisa bertemu Yeri walaupun mereka menikah atas paksaan sepihak namun akhir dari pernikahannya itu bisa sebahagia ini.

Tidak usah melupakan masalalu, karena masalalu bukanlah sebagai akhir cerita tetapi bisa menjadi awal cerita untuk menjalani hidup yang lebih baik dan pelajaran agar kita tidak melakukan hal yang sama dikemudian hari.

*****

Ini part Ending terbanyak yang pernah kutulis. Semoga bisa seperti apa yang kalian ekspetasikan yah! 😅😅

Aku sangat berterimakasih untuk para Pembaca yang udah Baca dari awal sampai akhir. Dimana kalian begitu sabar nunggu aku update. Maaf jika aku sering telat update 😚

Jujur aku senang banget bacain komen kalian, aku antusias banget ngebacanya. Walaupun menurutku tulisanku biasa aja tapi setelah kalian komen yang bikin aku semangat, aku merasa kalo kalian gak terlalu memusingkan gaya tulisanku.

Aku Bersyukur banget. Aku berterimakasih banget sama kalian semua. Yang sudah setia baca Man is Not Heartless dari Awal sampai akhir.

Ini adalah Akhir dari cerita ini. Semoga kalian menyukainya. 😊

Terimakasih banyak. Dan sampai Jumpaaaa. SeeYou. ❤❤

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top