5
Yeri Pov
Hari ini adalah hari dimana aku tidak bertemu dengannya, dengan Jeon jungkook. Dia pergi entah kemana, semalam ia memintaku untuk melayani kebutuhan biologisnya, dan setelah itu selesai ia berbica padaku bahwa ia akan pergi untuk beberapa hari nanti.
Dan saat ini aku tengah berdiri di balkon kamarnya yang indah, entah ada rasa apa, saat ini hatiku sedang berbunga-bunga. Melihat semua dekorasi kamar miliknya sudah dirubah menjadi kamar yang sudah ku impi-impikan semenjak aku baru memasuki sekolah menengah keatas.
Aku tersenyum, ternyata jeon jungkook itu memiliki sifat yang sangat romantis. Ia sangat tak bisa ditebak, apapun yang ia katakan dan itu akan langsung menjadi kenyataan, sungguh itu sangat membuatku senang sekali.
Aku tersadar dari senyuman manisku. Untuk apa aku memikirkannya? Untuk apa aku menyukai melamunkannya? Sial aku bahkan baru sadar bahwa semenjak bangun tadi aku langsung mendapatkan sinyal-sinyal kesenangan darinya.
Jangan sampai aku menyukainya, itu tak mungkin. Aku tak mau itu terjadi, bagiku itu adalah bencana terbesar bagi hidupku, jika aku menyukainya
"Apakah nyonya tak ingin makan."
Aku tersentak kaget, kulirik orang yang mengeluarkan suara itu.
Ternyata dia pelayan yang selalu melayaniku, tetapi kini ia hanya berdua saja tidak seperti biasanya Yaitu tujuh orang sekaligus yang datang untuk menghampiriku.
"Oh yah. Aku Lapar." Kataku dengan helaan nafas, sejujurnya aku malu tetapi ini harus ku katakan karena aku sudah tak bisa menahannya lagi.
"Ah iya mari nyonya saya antarkan ke meja makan." Katanya lagi sembari membungkukukan badanya.
Aku langsung mengangguk singkat.
Hari ini adalah hari pertamaku disini tanpa sang pemilik rumah. Menikmati hari dimana aku sendirian disini tanpa ada sang pemiliki rumah yang menganggu, seperti hari-hari biasanya.
Baru saja pintu kamar yang kutempati terbuka, semua pengawal yang berada di depan pintu langsung membungkuk padaku, seperti sudah menjadi rutinitas bagi mereka semua.
Aku menganggukkan kepalaku dengan senyuman lebar.
Setelah itu ku lanjutkan lagi jalanku menuju tempat makan, perutku sudah meronta-ronta ingin segera di Isi aku sudah tak kuat jika berlama-lama menahannya.
"Silahkan duduk dulu nyonya kami akan menyediakan untukmu." Pelayan disini memang sangat ramah-ramah, tetapi anehnya diriku sama sekalipun tak menyukai mereka. Entah kenapa, sikapku pada mereka memang terlihat sangat baik tetapi jauh dilubuk hatiku, aku merasa kesal pada mereka entah apa itu sebabnya.
"Bisakah Aku sendiri yang mengambilnya? Aku tak butuh pelayanan kalian." Kataku mencoba untuk menghalus, siapa tahu mereka mau menyetujui ucapanku.
Tetapi baru saja ku ucapkan dengan lembut, seorang pelayan yang lebih tua dari pelayan yang lainnya malah terlihat tak suka mendengar perkataanku. Holl, memang ada yang salah?
Aku hanya ingin mengambil porsiku sendiri, bukan diambilkan apalagi disediakan seperti sekarang ini. Aku tak nyaman.
"Tidak nyonya, tuan jeon sudah membayar kita. Kita tak mau memakan gaji buta jika melayani anda saja kita tak benar." Dan itu adalah suara pelayan yang lebih tua dari yang lainnya.
"Ck, kalian ini bagaimana. Aku yang meminta sendiri aku tak mau dilayani seperti orang spesial disini." Aku masih tetap tersenyum lembut kepada mereka
Namun aku merasa terkejut saat pelayan yang tua itu menatap tajam kearahku. Ada apa? Kenapa tatapan nya seperti ini?
"Sudahlah sebaiknya anda menuruti kita semua. Kita sudah telewat baik untuk melayani anda disini."
Kuteguk salivaku sendiri, jadi inikah dibelakang jeon jungkook? Sikap pelayannya bisa sehebat ini? Aku tak menyangka ternyata Sang pemilik rumah pintar sekali dalam memiliki pelayan sehebat dan seberani dia.
"Kau mengatakan apa? Aku tak mengerti." Kataku mencoba berbasa-basi.
Dan lagi aku terkejut mendengar dentingan sendok yang langsung meretakan piring kaca yang berads diatas meja. Dia membanting sendok? Seperti dia lah majikannya disini.
"Jennie sudah lah kau tak tahu kalau kau sedang berhadapan dengan siapa?." Aku melihat satu pelayan lainnya menghampiri pelayan yang jengkel itu. Menegur bahwa perbuatan nya itu tak benar.
Aku sangat ingin mencabikknya.
"Maafkan aku." Dia lupa jika aku berads dihadapannya, tetapi kenapa ia berkata seperti tak niat? Menghadap kesamping. huh sangat sopan sekali pelayan ini.
"Ryunjin siapkan semua makanan nyonya. Jennie harus segera dibawah ke dapur, mungkin dia lelah karena banyak mengerjakan tugas." Remang-remang kudengar suara pelayan lainnya mengatakan itu.
Jadi namanya Jennie? Sangat familiar dan tentunya pelayan yang paling tua dan sok berkuasa disini, padahalkan Dia tahu kalau ak adalah istri dari majikannya.
No, mengapa aku mengungkitnya?
"Baiklah nyonya, maafkan jennie dia memang aga sedikit temperament." Kata pelayan yang ku ketahui bernama ryunjin, pelayan yang paling muda dan yang paling cantik.
Aku ingin sekali memiliki adik perempuan, menurutku ryunjin sangat cocok jika ku jadikan sebagai adikku, bukan sebagai pelayanku.
Ingat yerim kau hanya Menumpang tinggal disini, jangan pernah berkhayal lebih!
Aku pun hanya diam sembari memperhatikan ryunjin yang sudah mengisi piringku dengan nasi dan beberapa lauk yang ada di restoran bintang Lima.
Ryunjin mmbungkuk setelah selesai membereskan semuanya, ia bahkan rela membersihkan dan membawa piring yang sudah jennie pecahkan dengan sendok tadi.
Aku tersenyum, rasanya aku ingin sekali mengajak ryunjin untuk tetap bersamaku.
Aku menggeleng kecil, memangnya siapa aku? Tak pantas sekali aku meminta lebih, bisa hidup enak saja beryukur jangan sampai meminta yang lebih jika aku saja masih menumpang disini.
Kulangsung memakan makanan yang tersedia, dan menghabiskannya hingga kandas.
❤
Author pov
"Sialan! Jadi kau mengancamku james?."
"Tidak jeon, aku tak mengancamu. Tetapi ingat waktu kita bertaruh hanya 2 tahun dan kau harus bisa memiliki anak lelaki sewaktu itu.", james menarik kerah kemejanya, ia lalu tersenyum miring melihat jungkook yang hanya diam mendengarnya berbicara seperti itu.
"Aku hanya ingin kau tahu jeon jika aku membenci kekalahan." Kata james melanjutkan ucapannya, ia ingin meledek jungkook karena jungkook hanya diam saja sembari menatap kosong.
"Kau bahkan sering kalah dariku" tanpa james ketahui jika jungkook masih terbawa alam sadarnya, dan pastinya mendengar apa yang diucap oleh nya barusan.
Mata james terbelalak, tenyata ia salah berkata. Ia lupa jika apapun itu ia selalu kalau dari lelaki dengan usia 28 itu, ia lupa jika kelompok jungkook sangat menyukai hal-hal yang berbau tantangan, dan itu membuat james ragu dengan kenyataan apakah ia bisa cepat menyelasaikan tantangan yang membuatnya menang? Apakah ia harus kalah lagi dari jungkook?
No, james masih pintar ia tak bisa terkalahkan oleh lelaki muda seperti jeon jungkook. Ingat ia dan jungkook sama hebatnya dan jelas tantangan ini tak ada apa-apanya baginya.
James menghembuskan nafasnya kasar. Ia melihat jungkook tersenyum menyeringai.
"Aku tahu kau sudah beristri jeon. Kau bahkan sudah beberapa kali menyetubuhi istrimu itu." Kata james dengan keyakinan nya
"Tetapi aku sangat percaya jika pun istrimu itu hamil. Ia tak mungkin bisa memberikanmu bayi lelaki."
"Apa maksudmu james?! Kau berniat meledekku dan istriku?." Baru saja jungkook akan melayangkan tinjuannya kemuka kriput james, tetapi terburu james sudah mencegatnya dengan kata-kata
"Ingat yang bertanding adalah anak ku bukan diriku. Jeon, anakku Victor akan menikah besok pagi. Dan setelah itu kita buktikan siapa yang paling cepat memecahkan tantangan, kau atau anakku victor!." Dan setelah itu james keluar membawa anak buahnya yang terlampau sangat banyak.
Kali ini jungkook sedang berada di amerika serikat, ia menemui salah satu mafia terbesar disini. Jungkook ditantang untuk bermain judi dengan orang amerika itu.
Hingga tidak sabarnya jungkook langsung saja mengiyakan dan datang secara mendadak di amerika.
Saat baru tiga kali main sang Mafia terbesar di amerika tersebut kalah dan tak bisa berkata apa-apa karena sudah dikalahkan berkali-kali oleh jungkook. Dan itu membuat mafia amerika itu langsung tunduk dan menyerahkan uang dan beberapa saham untuk jungkook.
Dan pada saat itu Jungkook jelas merasa senang karena bisa mendapatkan harta sebanyak itu. Namun kesenangannya luntur seketika setelah melihat james mendekatinya dan berbica tentang tantangan yang diberikan oleh james.
Ouh bahkan jungkook menerima tantangan itu belum seminggu lamanya, tetapi james mengejeknya kalau ia memang tak bisa memenangakan tantangan itu.
Jungkook Marah, ia tak bisa diremehkan oleh orang lain. Yang namanya penantang itu harus dikalahkan biar tidak bisa berkata seenaknya saja.
"Aku tak mau tahu kalian segera Merobek mulut james!." Jungkook benar-benar sudah tersulut emosi.
Kepergian james mampu membuat bulu kuduknya berdiri. Bukan karena dingin ataupun apapun, tetapi jungkook merasa teremehkan oleh james. Padahal yang sebenarnya yang meremehkan adalah jungkook bukan james yang kalah terus dengannya.
"Apakah rongger yakin dengan perkataan mu?." Tanya salah satu anak buah jungkook. Bukan, bisa dibiling kelompok dari jungkook.
Jungkook menggeram, ia sangat frustasi Sekarang.
Jungkook terdiam sebentar mengumpulkan nafasnya yang sendari tadi tak teratur. Jungkook menatap dinding hitam pekat didepannya.
Satu hal yang membuat Jungkook hari baik jungkook menjadi buruk kali ini adalah perkataan James. Dan cara untuk memperbaiki nya yaitu cuma ada satu.
Yaitu, Kim yeri.
Tidak, maksudnya Jeon yeri.
Yah, jungkook pasti merasa senang jika bisa mengoborol dengan yeri. Walaupun tak secara langsung, tetapi hanya dengan mendengar suaranya saja mungkin jungkook bisa kembali menjadi normal.
Dengan senyuman menyeringai Jungkook Merogoh saku jas hitamnya, dan segera mengambil benda elektronik berbentuk pipih.
Ia segera mencari kontak yang akan ia hubungi, dengan senyuman lebarnya. Ia akan mengurangi sedikit emosinya, hanya karena Menggoda ataupun merayu jeon yeri diseberang sana.
Terhubung....
Jungkook mengloud speaker, ia terseyum saat telvon nya terhubung dengan telvon rumahnya.
Jungkook belum memberikan yeri handpone, dan jungkook selamanya tak akan memberikan yeri handpone. Itu berbaya jika yeri sampai memilikinya, bisa jadi wanita itu akan mengubungi temannya untuk kabur dari rumah besarnya.
Walaupun penjagaan rumah jungkook sangat ketat, tetap saja Tak ada alasan lain untuk jungkook mengijiinkan yeri memiliki benda canggih itu
"Berikan pada yerim." Jungkook datar, ia mendengar pelayan yang mengkatnya. Bukan yeri.
Setelah ia mendengar langkah langkah pelayan itu, ia bisa mendengar suara pintu terbuka. Dan jungkook yakin bahwa orang yang membuka pintu adalah yeri, Wanita itu pasti baru keluar dari kamarnya.
Jungkook tersenyum saat prediksinya benar. Ia lebih melebarkan senyumannya saat mendengar suara wanita yang benar-benar bisa memperbaiki Emosinya hari ini.
"Dengan siapa disana?."
*
Yeri pov
Aku berdiri di depan cermin rias yang berada di kamar jungkook. Apakah selamanya aku akan menempati kamar ini?
Aku terdiam lama, ini sangat seperti mimpi aku masih tak percaya jika aku sudah menikah. Dan bahkan menikah dengan seorang lelaki yang sangat mampan. Aku tak menyangka sama sekali
Diriku yang hanya gadis miskin dan tak mengerti bagaimana itu kemajuan jaman, bisa memiliki suami tampan seperti jeon jungkook? Apakah ini kenyataan? Bukan mimpi?, aku masih enggan mempercayainya.
Hingga dimana saatnya mataku memejam, dan mencoba untuk mencubit pipiku berkali kali. Hingga meraskan sakit yang benar-benar nyata, dan disitulah aku sedikit percaya jika aku memang benar-benar berada di alam nyata.
Tok
Tok
Tok
"Nyonya bolehkan saya masuk?."
Kulihat pintu kamar diketuk tiga kali, dan diakhiri oleh suara pelayan lelaki dengan suara Ramahnya.
Aku terdiam, ada apa pelayan datang menemuiku? Apakah terjadi sesuatu hingga ia menghampiriku?
Aku tak mau banyak berfikir, sebaiknya aku saja yang keluar menemuinya, takut saja jika dia yang masuk maka ia mempunyai maksud tertentu.
"Yah." Aku lihat tiga pelayan langsung membungkuk padaku. Kebiasaan yang tak mungkin terlupakan.
Aku hanya mengangguk dan tersenyum seperti biasanya.
"Ini ada panggilan untuk anda." Dia mampu membuatku mengerit, telvon rumah yang ia pegang perlahan sudah berada di tanganku dan itu membuatku bingung.
Bingung siapa yang ingin berbicara denganku....
"Hallo?." Kataku mencoba untuk menyapa, karena kulihat para pelayan tadi sudah melenggang dengan kembali membungkukkan badanya padaku.
Bagus sekali bahkan aku belum bertanya siapa yang menelpon, tetapi mereka sudah pergi.
"Aku merindukanmu, jerawat di pipiku tumbuh setelah rasa rinduku untukmu tak memiliki batas."
Hampir saja aku ingin melemparkan telvon ini, kalau bukan tahu siapa orang yang membuatku terkejut setengah mati. Karena suara dan sekaligus perkataannya
"Kutebak kau pasti terkejut."
Ku kantupkan bibirku yang terbuka karena kaget setelah mendengar suara jeon jungkook diseberang sana.
"Hey jangan dimatikan sayang, baru saja aku ingin menggodamu."
Ck menyebalkan, tak ada gunaya tadi aku menerima telvon kalau ternyata itu darinya. Oh yah harusnya aku berfikir tadi, mana mungkin ada orang lain yang menghubunguki lewat telvon. Jika jungkook saja sedang tiada dirumah, Bagaimana bisa aku tak berfikir kesana. Kalau yang menghubungi itu jeon jungkook bukan orang lain.
"Sudah cepat katakan ada apa? Padahal aku sangat bahagia hari ini tanpamu. Semoga saja kau akan selamanya tinggal disana, hingga itu akan menjadi kemudahan untukku bisa kabur dari istanamu ini!"
Kataku gamblang dengan tegas, jungkook terkekeh diseberang sana. Apa yang harus dilucukan disini, aku tak berniat melawak saja sekalipun. Tetapi ia seperti sedang mendengar aku sedang lelucon. Tertawa tanpa merasa salah.
"Huh, aku merindukan suaramu. Terimakasih sudah Memberikan suaramu hingga panjang seperti tadi."
Aku baru ingat jika dia itu Gila. Pantas saja Aku berbicara serius dan ia menganggap itu sebuah lelucon. Mungkin obat penenangnya habis hingga ia kembali menjadi sedikit bermasalah.
"Aku tak mau bicara dengan mu!."
Baru saja aku ingin mematikan sambungannya, tiba-tiba jungkook berkata dengan sangat lembut. Membuatku hampir saja kembali berfikir negatis. Pasti akan ada apa apanya.
"Apakah kau baik-baik saja dirumah sendirian?."
"Aku bersama pelayan dan beberapa prajuritmu, aku tak sendirian." Kataku mencoba untuk tak terpancing emosi.
Terdengar jungkook menghela nafas di seberang sana.
"Yerim sayang, mereka bukan prajurit."
Masa bodo, aku tak mau mendengarny. Prajurit maupun bukan dimataku mereka tetap sama, sang penjaga ketat didalam dan diluar istana. Alias seorang prajurit.
"Apakah pelayanku melakukan tugasnya dengan baik?."
"Tidak! Aku kesal sekali dengan pelayanmu yang bernama jennie, dia tidak bisa mengontrol sedikit emosinya padaku. Piring saja pecah karena nya." Kataku melaporkan bagaimana kelakuan pelayan dirumah ini. Biarlah aku dikatai pengadu domba, itu asli. Jennie memang melakukan itu padaku.
"Yang benar saja sayang. Jennie selama ini yang melayanimu."
Dia tak percaya padaku? Harusnya aku mematikan saja telvonnya sendari tadi tak ada gunanya berbicara dengan dia.
"Yasudah kalau kau tak perca-"
Baru saja aku ingin berkata kasar lagi, tetapi tiba-tiba ia mencegahku.
"Aku akan pulang, dan aku akan memecat jennie. Dia tak boleh bertindak seenaknya padamu. Terimakasih telah memberitahuku tentang keadaanmu."
"Yah seharusnya kau sudah memecatnya dari dulu!" Kataku tajam
"Iya sayangku maafkan suamimu ini yang tak tahu."
Akupun memutar bola mataku malas, menyebalkan masih ada saja waktu dia untuk menggobal padahal aku sudah menganggap srius.
"Sudahlah aku ingin istirahat aku sangat lelah!"
"Jaga dirimu dirumah. Dua hari lagi aku pulang, kau berhati-hatilah. Hubungi aku bila terjadi apapun padamu, aku tak mau melihatmu lecet walaupun hanya sedikit. Kau mengerti yerim?."
Aku menelan salivaku, karena tenggorokan ku terasa sangat kering.
"Aku ingin sekali memelukmu, menciumu, mencumbumu, dan bahkan membawamu keranjang. Aku merindukanmu"
Aku memejamkan mata karena suaranya itu, berbicara dengan berbisik membuatku Merinding seketika.
"B-benarkah?." Tanyaku terbata.
"Yah sayang, secepatnya aku pulang. Aku akan melakukan itu jika aku sudah berada di depan matamu."
Aku terdiam masih memejamkan Mata, kulihat jungkook sudah tak berbicara lagi. Mungkin dia sudah mematikan sambungan telvonnya.
Kenapa Bulu kuduku meremang? Ada apa sebenarnya, mendengar jungkook berkata seperti itu membuatku tak sabar untuk segera menanti kepulangannya.
Aku tak mungkin menyukainya kan? Terlalu cepat jika aku langsung terjatuh padanya.
"Aku ingin sekali." Entah apa itu ucapan refleks ku. Yang ku bayangkan adalah jungkook yang tengah menciumku lembut tanpa ada kekasran.
Aku mengerang setelah sadar. Apa ini aku lupa jika aku tengah membayangkan sesuatu dengan siapa! Sangat memuakan. Aku tak boleh seperti ini terus nanti nya aku bisa terjatuh dalam pesonanya. Aku sungguh sangat tak bisa.
Aku langsung berlari ke kamarku, meninggalkan telvon rumah yang ku pengang tadi, biarkan telvon itu terjatuh dilantai. Disini banyak orang mereka pasti bisa mengambilnya dan menaruhnya ketempat semula.
Aku terdiam menahan dadaku yang bergemuruh, dia merindukanku? Bahkan aku dan dia baru sehari tak bertemu. Mengapa ini aneh sekali, aku pun juga merasakan yang sama ingin berada didekatnya, mencium bau tubuhnya yang begitu maskulin hingga nyaman diindera penciumku.
Mengapa aku harus seperti ini? Ingatkan jungkook itu siapa?.
"Aku tak boleh menyukainya, dia menikahiku hanya demi anak laki-laki. Bukan karena mencintaiku dengan tulus."
Kataku menahan perih, sembari menutup mataku. Berharap hari ini tak akan terulang lagi, jangan sampai aku menyukai jungkook. Karena aku sudah berjanji tak akan menyukainya yang sudah merebut masa depanku secara paksa!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top