4
Yeri pov
Tak
Tak
Tak
Langkah kaki beberapa orang perlahan mulai terdengar di indera pendengarku, aku langsung bangkit dari Kursi yang berada di kamar sang pemilik rumah.
Aku langsung merapihkan Kasur yang berantakkan akibatku yang kelelahan hingga tak sengaja tidur dengan Posisi yang benar-benar membuatku tak mengerti.
Di kamar ini aku lebih merasa nyaman dari pada di kamar yang berada di penginapanku, mungkin karena disini kasurnya sangat empuk dan tebal. Beda dengan yang berada di penginapanku, yang tipis dan juga keras, hingga terkadang membuat aku jadi Tak bisa tidur untuk semalaman.
Belum selesai membereskan kamar ini. Tiba-tiba saja pintu terbuka dengan sangat kencang. aku menelan salivaku kasar, karena aku sudah dipergok sedang memegang selimut milik sang pemilik rumah.
Aku terdiam hanya mampu mendengar suara kekehan dari seberang sana.
"Sayang, kamar kita sudah ada yang membereskan. Jadi kau tak perlu susah-susah untuk memberesinya."
Aku menoleh dan menatap tajam pada pemilik suara itu, aku terdiam saat ia juga menatap balik tajam padaku.
"Jaga matamu itu yerim! Apa kau mau mencoba-coba dengan seorang jeon jungkook?." Katanya dengan suara yang lantang.
Aku tak mengurusinya, lebih baik aku melanjutkan saja ke aktivitasku. Memberesi kamarnya, sebenarnya aku tak ingin melanjutkannya tetapi jungkook memperhatikanku terus-menerus. Hingga aku tak ingin terlihat salah tingkah padanya, jadi aku memilih untuk melanjutkan menggulung selimut ini.
Tangan jungkook mengibas-ibas, seperti mengusir seseorang. Aku langsung terdiam saat beberapa anak buah jungkook langsung membungkuk dan membalik kan badanya meninggalkan aku berdua bersama jungkook disini. Dikamar ini.
Pintu tertutup sangat rapat. Seperti tau atas apa yang di inginkan oleh tuan nya, anak buah jungkook langsung pintar menebak. Jungkook sangat ingin berdua denganku, aku tahu itu.
Ditatap intens seperti itu membuatku jadi gugup sendiri, pasalnya sekarang aku sudah tak memiliki kegiatan lain.
Menunduk? Tidak aku bukan pecundang yang malu hanya gara-gara di perhatikan seperti itu.
Jungkook menjilat bibir bawahnya sambil menatap ku. Aku pun ikut menatapnya dengan mata yang bergetar, ia tersenyum setelah melihat aku berani berkontak mata dengannya.
Jungkook memasukkan satu tangan nya pada kantung celana jeans hitam ketat yang dipakainya. Aku menelan saliva ku kembali saat ia perlahan mendekatiku.
"Kau ingin mencoba pisang di mulutmu?." Pertanyaan apa itu? Apa yang dimaksud olehnya? Aku mengeritkan kedua alisku tak mengerti dengannya.
"Jika kau ingin pisang aku siap menyediakannya." Katanya terkekeh dengan suara khasnya. Aku terdiam memperhatikan dia yang beberapa kali tersenyum menyeringai padaku.
"Aku tak menyukai buah-buahan. Apalagi pisang!." Bohong, aku memang berbohong mengatakan bahwa aku tak menyukai buah. Namun aku hanya ingin membuat dia berhenti untuk bertanya padaku. Karena aku tak bisa menjawabnya, dia terlalu sangat Menyebalkan jika berbicara.
"Aku tak percaya. Ku lihat tadi pagi kau memakan apel dua buah. Padahal kau sudah memilikinya sendiri didada mu." Katanya lagi dengan tawa yang benar-benar menyakiti perut. Aku membelalakan mataku setelah mengerti perkataannya, dia memang sangat Gila. Tak waras!
"Pergilah aku tak ingin satu ruangan denganmu!."
"Tak mau karena kau istriku jadi kemana pun aku harus bersamamu, menjagamu dan menyayangimu hingga akhir hayatku."
Sangat memuakkan, aku tak bisa berkata apa-apa lagi. Dia berkata seolah aku adalah orang yang dicintai olehnya. Padahal jangankan mencintai, kenal saja baru dua hari yang lalu. Hanya mengetahui wajah dan juga nama saja, sebelihnya aku masih belum tahu dari seorang jeon jungkook ini, namun gila. Aku menikah dengannya, yang bahkan aku belum paham betul sifatnya.
"Aku sudah menyiapkan dinner untuk kita berdua."
Mataku melebar saat dia tersenyum mengatakan hal itu. Mendengar kata 'dinner' itu pertama kalinya untukku lantas bagaimana? Apakah aku harus menurut ikut Bersamanya, atau menolaknya secara mentah-mentah?
Rasa ingin kabur kembali menyeruak didalam diriku, aku memang sangat menyukai hal yang berbau romantis. Namun apakah aku akan melakukan hal itu dengan lelaki ini? Lelaki yang merebut dan menikahi secara paksa? Tidak aku menginginkan melakukan hak romantis dengan lelaki yang aku cintai. Dan jelas asal-usulnya, tidak seperti dia yang datang dan langsung menikahiku.
Apakah itu adalah sesuatu yang aku harapkan dihidupku? Oh bodoh sekali, bahkan jika bisa aku ingin sekali meneriaki kata bajingan pada orang dihadapanku ini. Seolah tak punya keberanian aku muak pada diriku karena hanya bisa menuruti kemauan nya saja.
"Aku tak bisa. Aku terlalu lelah, hingga aku tak kuat untu duduk berlama-lama dikursi." Kataku membuanya menaikan satu alisnya, seolah-olah bertanya 'benarkah' padaku. Namun aku hanya berpura-pura tak mengerti.
"Yerim. Aku tahu segalanya tentangmu. Kapan kau merasa lelah, dan kau kapan kau merasa segar. Saat ini aku tahu kau tidak merasa lelah, karena sudah tertidur cukup lama dikamarku ini." Dan ghost, dia sudah tahu aku tertidur diruangannya. Memang sangat menganggumkan, aku sangat terkejut dengan Serba tau yang ia milikki. Huh yang benar saja aku menyukai perkataannya itu.
"Aku tak tidur disini!." Elakku yang membuatnya malah terkekeh dengan mata yang terpejam. Aku berteriak didalam hatiku, apakah selamanya hidupku akan selalu bersama dia? Jika iya, aku mungkin tak akan kuat meladeni sifatnya yang terus-terusan membuatku ingin menangis.
"Jangan berbohong, sayangku. Aku tahu sekali tentang dirimu. Hari ini dan seterusnya aku selalu memantau kegiatanmu, jadi jangan Tanyakan didalam hatimu itu, tanyakan langsung padaku, dari mana aku tahu semua tentangmu. Maka aku akan memberitahunya, dengan satu kecupan lembut dibibirmu." Dia tertawa sangat lebar. Setelah berhasil membuat mataku hampir saja keluar dari tempatnya, aku tak mengerti mengapa ada lekaki yang semesum dia.
"Nanti malam aku akan kembali. Dandanlah yang cantik, lihatlah di lemariku. Pilihlah yang kau suka."
Dia memang sangat menyukai kata-kata yang menjerumuskan teka-teki, sangat membuatku tak mengerti dan bingung sendiri. Apa mungkin ia memang harus mangatakan hal yang seperti itu hingga aku harus bisa menjawabnya sendiri? Baiklah aku menyerah, karena aku tak bisa.
Dengan tak bersemangat aku menurunkan kakiku dari ranjang milik lelaki arogan itu. Memasuki kamar mandi dengan tatapan kosong. Ini sekian kalinya aku menuruti keinginan lelaki itu.
♣♣♣
Jam menunjukkan pukul 4 sore, dan beberapa jam lagi aku akan menjelang malam, yang artinya aku harus berdandan cantik dan ikut bersama lelaki pemaksa itu.
Mengajak makan malam dengan suara yang tak bisa dipastikan, itu membuatku ragu sendiri. Pasalnya jeon jungkook mengajak ku untuk dinner dengan suara yang tak bisa dikatakan benar-benar. Aku takut jika itu adalah sebuah alasan saja mengajak dinner tetapi aslinya jungkook malah akan menjualku pada lelaki hidung belang.
Tidak! Jangan sampai itu terjadi, hidupku sudah sengsara. Jangan bertambah lagi aku tak mau itu terjadi.
"Permisi nyonya."
Ketujuh pelayan yang selalu melayaniku pun datang dan langsung membungkuj dihadapanku. Aku memutar bola mataku malas, ingat bukanya aku suka diperlakukan seperti ini. Tetapi aku jijik mendapatkan pelayang yang melebih batas normal seperti ini.
Jeon jungkook, memangnya siapa lelaki ini? Terkenal? Atau terkaya di korea selatan? Kalau ia mungkin aku bisa berkata 'pantas saja', tetapi sekarang aku tak belum bisa mangatakan itu karena jungkook bukan lah seorang yang terkenal dimana-mana. Bahkan rumahnya saja sangat melosok, jauh dari kata dekat dengan jalan raya.
Yang ada saat aku keluar dari rumah ini, pertama kali kulihat dari pintu gerbang adalah sebuah hutan rimba yang sangat lebat. Bisa dipastikan tak ada orang yang berani menginjakkan kakinya kedalam hutan ini. Aneh, jungkook malah memilih membangun rumah disini. Memangnya dia itu raja hutan disini? Ouh itu pasti membuat ku sakit perut karena tertawa, bisa-bisanya jungkook menjadi raja di hutan yang bahkan tak memiliki penghuni, hanya ada beberapa hewan saja seperti kera, kancil dan lain-lainnya. Huh sangat lucu jika jungkook menjadi rajanya.
"Ada apa kalian?." Tanyaku ketus, dan perlu di ingat mereka itu sangat kebal dengan yang namanya suara dingin, jadi mereka akan tetap biasa saja menganggap aku seolah bicara dengan nada seperti biasanya.
Dan mungkin jeon jungkook yang merubah mereka menjadi seperti itu.
Pernah ku tanya pada mereka. 'Apakah kalian memiliki keluarga?' Tetapi mereka menjawab dengan 'keluargaku ada disini, dirumah ini. Semua kekuargaku' sempat heran kenapa mereka menganggap yang ada disini adalah kekuarganya. Apakah mereka itu orang terlantar atau buangnya yang dipungut oleh jungkook dan dijadikan sebagai pelayan?
Mereka tak memberikan alasanya padaku, dan itu untuk sekian kalinya menjadi pertanyaan yang sukses membuat otakku berputar dengan cepat. Aku ini tipikal orang yang tak bisa berfikir secara biasa saja, jika aku sedang berfikir sesuatu. Maka sampai kapanpun otakku akan selalu memutar sesuatu itu terus-menerus. Namun jika yang kupikirkan adalah jungkook, entah ini magic atau bukan karena aku dengan gampangnya mengabaikan yang mengenai jungkook. Apa karena aku membencinya hingga itu juga berdampak pada kebiasaanku?
Yah memang aku membencinya namun, apakah sampai sebegitu mengaruhnya kah?
"Anda harus segera dandan, tuan jeon akan segera kembali kesini."
"Dia bilang dinner bukannya itu dimalam hari. Masih banyak waktu yang aku butuhkan untuk bersantai disini, jangan mengangguku karena aku sangat benci diganggu." Layaknya seorang ratu aku berkata.
Mengapa dengan para pelayan disini aku sangat berani? Tetapi saat masih berkuliah, aku sama sekali tak berani melawan walaupun sering dihina setiap hari.
"Jika anda membutuhkan sesuatu maka kami yang akan membantu, tak usah sungkan nyonya. Perintah tuan jeon adalah yang paling utama bagi kita semua.", diakhiri dengan anggukkan kompak dari ketujuh pelayan itu. Aku memejamkan mataku, layaknya berada disebuah cerita dongeng yang nyata. Kali ini aku jadi bingung apakah aku memang benar-benar asli berada disini atau hanya mimpi yang seolah-olah menjadi kenyataan?
Entah, aku terlalu muak memikirkanya.
"Baiklah sekarang aku mandi dulu, kalian siapkan saja pakaian yang menurut kalian bagus. Maka aku akan memakainya." Kataku menyerah karena memang aku tak bisa berdandan, jika tak ada pelayan mungkin aku tak ber make-up karena tak bisa. Tetapi untung saja mereka ada jadi aku bisa di make-up oleh mereka.
Sebenarnya berdandan dengan bedak, maskara, alis, dan gincu. Aku sama sekalipun tak mau, tetapi jika aku tak berdandan bisa jadi jungkook akan menertawakan aku karena tak berpoles terlalu natural. padahal ini cuma makan biasa, Tetapi entah kenapa aku ingin sekali merasakan bagaimana itu make-up. Karena seumur-umur aku belum pernah merasakan itu, kecuali bedak dan gincu. Aku sering memakainya.
"Nyonya saja yang memilih baju. Mari silahkan." Aku digiring oleh enam pelayan, sementara pelayan satunya lagi menunjukkan arah Jalan.
Aku masuk kedalam ruangan yang megah, berdominan emas dan perak. Disini aku melihat lemari kayu yang panjang dan lebar, banyak peralatan make-up diruang ini juga.
Jungkook memiliki ruang rahasia dikamarnya, dan inilah ruangannya. Ruangan yang memanjakan kaum hawa. Aku bahkan sampai tak berkedip melihatnya.
"Tuan jeon baru merubahnya seminggu yang lalu." Memang disini masih sangat baru. Aku bisa melihat semua benda yang berada disini masih mengkilat. Menandakan bahwa benda dan ruangannya belum lama terpakai.
"Tuan jeon menyiapkan ini semua untukmu nyonya. Katanya tuan jeon akan menyiapkan ini semua untuk istrinya, dan lihatlah sekarang ini untuk anda nyonya." Kata pelayan yang lebih tua. Cuih, menikah saja secara paksa bagaimana mungkin ini semua untukku? Bisa saja untuk istrinya yang lain, dia kan pemaksa bisa jadi dia akan memaksa orang lain menikah dengannya.
"Silahkan dipilih nyonya."
Mataku melebar sempurna melihat semua yang berada didalam lemari besar yang terbuka itu. Apa benar itu adalah sebuah pakaian? Mengapa mewah sekali? Aku tak yakin akan memilih dan memakai nya.
Mirip sekali dengan gaun pengantin yang sering aku lihat di acara-acara penikahan. Tetapi, masa hanya sekedar dinner tetapi harus menggunakan baju seperti pengantin. Benar-benar sangat konyol bukan?
"Anda akan cocok menggunakan baju seperti ini, badan anda sangat masuk jika berpakaian seperti ini nyonya. Tuan memang sangat romantis, dia tahu segalanya tentang anda."
Ku tebak, pasti meraka menyangka bahwa aku dulunya kekasih jeon jungkook. Jika mereka tahu kenyataan bahwa aku adalah korban paksaan dari tuannya, kujamin mereka tak akan menarik kata pujiannya. Cuih romantis katanya? Menjijikan aku baru menyetujuinya.
"Cepatlah apapun yang kalian suka, aku akan pakai sekarang." Kataku yang sudah tak tahan untuk segera selesai. Agar mereka cepat pergi dari melayaniku, aku ini tak suka dilayani berlebihan. Jadi bisakah jeon jungkook memperilakukan ku sebagai seorang biasa? Bukan seorang ratu? Bertanya pada diri sendiri hanya membuatku kesal saja. Tak sudih bertanya pada jungkook jika nanti dia akan menjawab ngelawur.
"Baiklah nyonya."
Mereka memberikanku gaun yang mewah, oh baiklah aku sudah berkata 'menurut' pada mereka jadi apapun itu pasti aku akan memakainya sekarang juga.
♣♣♣♣♣♣
Aku gugup, apakah make-up ku terlalu berlebihan? Karena wajahku sangat lengket sekali. Bukan karena apa-apa, ini aku belum terbiasa menggunakan make-up hingga wajahku menjadi gatal seperti ini.
Bahkan bedaknya saja bermerk. Bagaimana bisa wajahku merespon tak baik?
"Kajja nyonya, tuan jeon sudah menunggu."
Jantungku berdetak tak karuan. Seperti seorang wanita yang ingin menemui pria yang dicintainya saja aku ini. Padahal aku akan menemui seorang lelaki yang kubenci, bukan kucinta. Tetapi ini sangat menyebalkan, mengapa jantungku tak bisa berhenti berdetak keras seperti ini?
Langkah kakiku kian mendekat pada sosok lelaki yang tengah membelakangiku. Dari belakang lelaki itu sangat berkelas dan mempesona, aku bahkan sampai tak berkedip melihatnya. Dia seperti patung yang diam saja, mungkin dia tak sadar aku sudah berada disini.
Aku menghembuskan nafasku kasar karena dia tak kunjung membalikkan badanya juga. Kulihat para bodyguar dan juga pelayan yang melayaniku sudah meninggalkan tempat ini.
Dan kini aku berdua lagi bersama raja hutan ini.
"Kau sudah berada disitu, istriku?."
Bulukku meremang mendengarnya berkata seperti itu. Aku tak berbohong jika aku menyukai suasana disini, dingin dan mewah. Yah aku lupa jika mungkin jungkook menyukai hal-hal yang mewah.
Lihat bahkan meja makannya saja berwarna gold. Apakah tak ada satu pun warna selain emas atau pun perak? Daebak jungkook sangat menganggumkan para kaum hawa yang matre.
Jungkook berbalik di ikuti oleh angin yang tiba-tiba saja berhembus, sehingga rambut jungkook ikut terbawa oleh sang angin. Mata jungkook terpejam merasakan bagaimana rasanya angin yang menghembus kedalam wajahnya.
Perlahan mata jungkook terbuka, aku menutup mulutku. Oh tuhan, apakah dia benar-beanr jeon jungkook? Lelaki yang sudah menikahiku secara paksa? Aku tak percaya, mungkin saja dia titisan dewa yunani.
"Jung-jungkook?." Aku hanya menyapa. Karena takut kalau aku salah orang. Jungkook hanya berdekham sebelum tersenyum padaku.
Nafasku tercekat saat jungkook mendekatiku, meraih tanganku dengan lembut.
"Kau sangat cantik malam ini. Tak sia-sia aku memilihmu menjadi istriku." Katanya diakhiri kekehan yang begitu khas miliknya.
Jungkook menarik kursi, ia lalu menyuruhku duduk disitu. Aku langsung mendaratkan pantatku pada kursi yang sudah di siapkan jungkook. Jungkook tersenyum lembut padaku, dia langsung memutari meja bundar itu dan langsung duduk berhadapan denganku.
Meja dan hidangan yang begitu enak dihadapanku, lilin adalah penerang yang paling indah dimalam ini. Aku tak menyangka akan melakukan dinner, walaupun bukan dengan orang yang kucintai tetapi aku tak menyangka akan melakukannya.
"Makanlah, dan jangan melihatiku seperti kelaparan. Memang aku tampan, untung kau cantik hingga aku tak rugi." Katanya dengan percaya diri yang kuat.
Langsung saja aku mengambil makanan yang sudah tersedia dimeja. Bahkan aku tak mengambilnya dulu, semua sudah ada di dalam piring yang berada dihadapanku. Jungkook sangat niat melakukan ini.
"Mengapa kau ingin memiliki seorang anak lelaki." Kataku dengan suara tajam. Dia mengangkat satu alisnya.
"Jika perempuan, dia akan sepertimu bantet dan pendek." Aku membelalakan mataku, dia berkata dengan lurusnya. Tanpa memikirkan perasaanku yang sakit mendengarnya.
"Kau!." Aku menaik turunkan dadaku, aku tak terima dikati seperti itu.
"Hahahaha, sudah-sudah lanjut makan. Aku sangat suka menggodamu." Katanya dengan tawa yang menghiasi ruangan indah ini. Entah kenapa aku tak berselera untuk makan, karenanya.
"Kau tak mau makan? Atau kau akan memakanku?." Dia apalagi sih? Aku tak mengerti, bisa tidak jika berkata jangan menggunakan teka-teki? Sangat menyebalkan.
"Aku tak perduli." Aku mungkin terlalu polos sehingga tak mengerti perkataanya.
"Makan yerim! Kalau tidak aku akan memaksamu melayaniku malam ini! Sampai kau tak bisa berjalan satu bulan!."
Langsung saja aku mengambil sendok dan garpunya, aku tak pernah makan dengan pisau yang berada di tengah-tengah garpu dan sendok. Jadi lebih baik aku diamkan saja pisaunya.
Cari aman lebih baik, dari pada aku harus tak bisa berjalan selama itu hanya gara-gara tak mau makan dengannya.
♣♣♣
Setelah makan selesai jungkook menyuruhku memejamkan Mata, aku sempat mengelak. Tetapi dia itu pemaksa hingga mau tidak mau aku harus mengikutinya, hanya karena sebuah ancaman yang keluar dari mulutnya itu diriku rela menjadi budaknya.
Dia membawaku entah kemana, karena yang kurasakan sekarang adalah tanganku yang ditarik olehnya. Dia membawaku menaikki tangga rumahnya, karena aku merasakan sedang berjalan diatas tangga.
Ingin sekali aku mengintip namun...
"Berani mengintip ku buat kau sampai hamil." Dan itulah yang membuatku tak bisa berkutik selain mengikuti kemauannya.
Dan yah, dia memang sangat pintar membujuk. Itu adalah Satu hal baru yang ku tahu dari seorang jeon jungkook.
Aku terdiam saat jungkook berhenti, dia seperti sedang menunggu sesuatu, tetapi apa itu. Aku penasaran sekali dengan ini semua.
Aku mendengar suara pintu yang terbuka lebar. Dipastikan itu prajurit jungkook yang memang menjadi penjaga pintu aku bisa mengetahuinya, karena hampir semua pintu terdapat seorang prajurit. Ku katakan prajurit karena jungkook yang kutahu adalah seorang raja jadi secara tidak langsung penjaga pintu adalah prajurit.
Yah walaupun itu benar tau tidak kalau jungkook seorang raja. Tetapi aku sendri yang menganggap seperti itu
"Ada apa, cepatlah aku ingin membuka mataku!." Kataku tak tahan.
Hanya sebuah kekehan saja yang kudengar dari mulutnya. Dan satu lagi yang kudengar pintu tertutup rapat. Kini kembali hanya aku dan jungkook yang berada disini.
Aku merasakan sebuah tangan melingkar di perutku, pelukkan dari belakang membuatku menahan sesak didada. Aku mencoba melepas tangan itu, namun dia malah mengeratkannya.
"Buka matamu dan lihatlah, ini kejutan untukmu."
Jungkook berkata dibelakangku dengan suara beratnya. Aku kembali merasakan bulu kuduku berdiri, dia memang pandai menggoda.
"Aku hitung sampai tiga, buka matamu." Bisiknya tepat di telingaku, aku menahan nafas karena suaranya yang menembak langsung di telingaku. Hingga badanku akan oleng jika saja jungkook tak memelukku
"Satu.",
"Dua.",
"Tiga.",
Chup
Mataku terbelalak saat hitungan ketiga jungkook mencium pipiku dari belakang, aku lebih terbelalak saat melihat kamar jungkook.
Jungkook membawaku ke kamarnya? Bukan, ini tidak apakah ini kamar yang sempat aku tinggali bersama nya?
Mengapa berbeda.
"Jungkook ini kamarmu? Bukannya semua berwarna gold, dan lihatlah semua sudah diganti menjadi ungu dalam sekejap." Hanya ditinggal untuk dinner saja kamar ini sudah berubah? Wah sangat mengaggumkan.
"Aku pernah menanyakan apa warna kesukaanmu, dan kau menjawab ungu. Aku merubahnya untukmu, sayang."
"Jungkook ini sangat berlebihan, ini kamarmu bukan kamarku!." Kataku dan mencoba untuk melepaskan pelukannya.
Tetapi aku belum bisa lepas juga.
Chup
Leherku basah karena kecupan nya. Tuhan, jika begini aku bisa terangsang.
"Dulu ini kamarku, sekarang ini adalah kamar kita." Katanya tersenyum sembari menatapku dari belakang ceruk leherku. Aku menoleh padanya untuk meliriknya sebentar tetapi satu kecupan lagi mendarat pada pipiku.
"Yerim. Kau istriku, dan aku menginginkanmu sekarang ini."
Dan setelah itu aku hanya bisa pasrah lagi padanya. Melayani nya sebagai seorang suami, padahal aku tak menginginkannya sebagai suamiku, tetapi entah kenapa suaranya itu membuatku tak bisa untuk menolaknya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top