27

Author Pov

Ditempat ini, Auranya sangat menegangkan. Bagaimana tidak, seorang wanita yang sudah menangis dan Tersungkur kebawah tanah dengan isakan yang kuat. Mampu membuat Suasana disini semakin mencekam. Kesedihan yang mendalam membuat Semua orang disana menunduk lesu, merasakan iba pada seorang wanita yang menangis pilu.

"Aku tidak menyangka jika kau se-brengsek itu!." Yeri, wanita itulah yang terduduk lemah dibawah, ia menangis pilu saat tahu kenyataan bahwa sang Suami yang mulai ia terima dengan sepenuh hati, telah membohonginya.

"Yerim, ini-tidak seperti yang kau Dengarkan. Aku-"

"sudah jangan membantah, kau selalu mencari cara agar aku tidak tahu semua ini. Jika diriku tidak datang ketempat ini, mungkin aku tidak tahu bagaimana Perilakumu terhadapku selama ini, Jeon." Yeri menghapus air matanya kasar, ia menarik nafas serta memalingkan wajahnya. Ia dapat melihat raut kekecewaan diwajah Jungkook.

Jungkook, seharusnya tidak membawa wanita itu kesini. Harusnya ia Berfikir panjang terlebih dahulu sebelum memutuskan membawa istrinya itu ketempat Markasnya. Biar bagaimanapun, Yeri belum seratus persen tahu tentang latar belakang dirinya yang sebenarnya.

Memangnya apa yang harus Yeri ketahui dari Jungkook? Bahkan Yeri saja belum terlalu tahu Semua yang ada pada Diri Jungkook, lelaki itulah yang membawanya dan mengurungnya didalam rumah besarnya. Jadi, tentu saja Yeri belum terlalu mengenal Jungkook.

Baginya, Jungkook adalah lelaki yang sudah membuat dia merasakan bagaimana rasanya diculik dan dikurung selama beberapa hari. Namun, setelah ia perlahan akan menerima Jungkook. Masalah yang baru ia ketahui sekarang ini telah membuat ia ragu akan keputusannya yang menerima Jungkook itu.

"Aku fikir, Anakku Mati itu semua karena kebodohanku. Tetapi ternyata tidak! Iya, Anak pertamaku itu mati karena diriku yang ceroboh. Tapi anak kedua? Putriku? Dia beberapa hari lagi akan bisa melihat dunia, tapi dia harus mati didalam kandunganku." Yeri menutup Kedua matanya, dia menahan nafas sebab ia merasakan sesak didada. Ini terlalu kejam untuknya.

Jungkook bukan lelaki Baik yang selama ini Yeri tanamkan didalam fikirnya.

"kau jahat Jeon, aku tidak percaya kalau kau seperti ini."

"Hah, kau baru tahu jika Jeon Jungkook yang selaku suami-mu itu adalah seorang lelaki iblis? Kau tidak tahu?." Jennie, wanita itu geram sekali pada Yeri. Sebab Yeri begitu lemas, beda sekali dengannya. Jika ia berada disposisi Yeri sekarang, mungkin dia akan mencoba untuk melarikam diri dari tempat ini.

Namun sayangnya, Yeri bukanlah dirinya.

"Dia bahkan pernah membunuh beberapa orang ditempat ini." Kali ini James yang berkata, mungkin keluarga itu ingin menghancurkan reputasi Jungkook didepan istrinya.

Mungkin Juga, mereka bertujuan untuk membuat Jungkook stres setengah mati karena nanti dia akan dibenci oleh istrinya.

"Aku memang bukan teman Jungkook, tapi kau tahu mengapa Jungkook membunuh anakmu yang berjenis perempuan?." Ini benar adanya Jika James terlalu gatal ingin cepat-cepat memberitahu semua tentang keburukkan Jungkook pada Yeri.

Karena selama ini Yeri belum tahu, mungkin.

"Maksudmu?." Yeri yang mulai terpancing dengan perkataan James mulai bertanya, tetapi ia bangkit terlebih dahulu sebelum ia bertanya lebih jelas pada James.

Senyum miring James tercetak sangat senang, ia menatap Jungkook. Yang menunduk sembari mengepalkan kedua tanganya. Ah, sebelum Jungkook berubah menjadi bengis, lebih baik James mengatakan semua tentang dia dan Jungkook.

"aku Adalah James, seorang mafia besar di-negaraku sendiri, kau pasti berfikir bagaimana Mungkin Jungkook bisa berada disini denganku. Kau mau tahu." James menghentikan terlebih dahulu perkataannya, ia melirik Jungkook yang nampaknya sedang menahan emosi mati-matian.

Masa bodo, James menyukai ini.

"Jungkook itu psikopat gila, dia bahkan menerima taruhan denganku hanya demi memenangkan sebuah jam tangan?." James berkata.

Yeri mengeritkan alisnya, apakah ada orang yang sebodoh Jungkook? Membunuh darah dagingnya hanya untuk sebuah jam tangan? Apakah itu masuk akal?, Jungkook itu sudah kaya Lantas mengapa dia harus bertaruh jika dia saja bisa membeli barang itu?.

"Jam itu canggih, aku merampasnya sendiri dari mafia negara luar. Kau tahu Jungkook juga mafia, dia itu paling muda diantara mafia-mafia lainnya diseluruh dunia. Karena Itu, dia paling kuat, dan paling memiliki anak buah yang banyak. Makanya dia selalu dihormati kemanapun ia pergi." Ternyata inilah jawaban yAng selama ini Yeri cari, Jungkook ternyata seorang Mafia? Yeri tidak menyangka jika ia menikah dengan manusia tak berperasaan. Kenapa kehidupanya serumit ini!

"Aku dan Jungkook bertaruh untuk seorang anak laki-laki, Usia Jungkook tergolong sudah matang jika mempunyai anak. Aku sendiri merasa bahwa aku tidak pantas berada dalam taruhan itu, jadi aku Menyuruh putraku untuk mengantikkan aku yang sudah tua ini." James tersenyum miring, entah kenapa ia senang sekali melihat Jungkook yang biasanya selalu tenang sekarang malah menjadi Penyabar seperti ini.

"Lanjutkan kumohon."

James kembali tersenyum smirk.

"Jungkook menyetujuinya, dia Mungkin hari dimana kita bersepakat untuk taruhan itu dia mungkin mencari mangsa."

"maksudmu mangsa?." Yeri bingung kemana arah pembicaraan James seseorang yang bahkan ia tidak ketahui ini. Namun, ia mencoba untuk mencari tahu tentang mangsa dari Mulut James tadi.

"yah mangsa, seorang wanita yang nantinya akan melahirkan anak lelakinya itu. Dan mungkin, dia telah menemukan mangsa, yaitu dirimu. Makanya dia Selalu mengugurkan anak Perempuan yang selalu kau kandung karena dia takut aku tahu kalau kau telah melahirkan anak perempuanya, bukan laki-laki. Dia takut sekali kalah dari-"

Door.

"Akh."

"Jungkook! Apa yang kau lakukan." Yeri membekap mulutnya, saat James memegangi mulutnya yang berdarah, tembakan itu melesat begitu sempurna tepat dimulut James yang sedang bicara bersamanya.

"Kau kurang ajar!." Victor meraih sebuah pisau kecil yang disodorkan oleh seorang pengawalnya. Ia mendekati Jungkook dengan Geraman marahnya. Ia menodongkan pisau itu pada Jungkook.

"kenapa kau lebih memilih pisau daripada Pistol? Bukanya kau akan mati jika dengan benda ini?." dengan sekali hentakkan Pisau kecil yang ditodongkan Victor pada Jungkook telah terpental jauh dibawah sana.

Akibat kalut, Victor sampai tidak berfikir jernih sekarang.

"bodoh! kau akan mati disini. Bersama dengan ayahmu yang tukang membongkar rahasia!." kali ini Jungkook tersenyum miring ia menatap Victor yang Sedang emosi. Ia tahu jika Victor ingin sekali menerkamnya.

Jungkook sudah tertembak tadi, namun bodohnya James menembak Jungkook hanya dilengannya saja. Jelas jika lelaki itu tak merasakan efek apa-apa, dan kali ini. Gantian, James tertembak tepat dimulutnya, mengakibatkan James Menahan mati-matian mulutnya yang tembus sampai tengkuk Belakangnya.

Jennie, wanita itu menggeram matah. Jika ia tahu kejadianya akan seseram ini, lebih baik ia tidak membantu James dan Victor. Seharunya saat ini ia tengah berada diKursi besar dirumah James. Menguasainya, harusnya ia Menguasi saja semua harta James, daripada harus ikut terlibat masalah ini! Sialan Jennie menyesalinya sekarang.

Tetapi Jennie sebisa mungkin membantu James, wanita itu memangku Kepala James, sembari berkata 'bersabarlah' yang membuat James berusaha keras agar tidak menutup kedua matanya.

Victor yang melihat Ayahnya sudah tak berdaya pun langsung menyambar pistol pada anak buahnya. Dia kembali menodongkannya pada Jungkook, tetapi belum sampai Pisau itu terangkat keatas, Jungkook sudah lebih dulu Menembakkan Pelurunya pada Perut Victor. Sehingga saat itu juga Victor tergeletak ditanah.

"Akh, tidak!." Jennie berteriak histeris melihat Victor Tak sadarkan diri dibawah kaki Jungkook.

"Kau benar-benar iblis!." Jennie merasakan sedih, ia mengingat kenangan saat ia bersama Victor. Rasanya benar-benar sakit melihat kedua orang yang selalu didekatnya, walaupun tidak terlalu dekat tetapi ia merasakan sakit Juga melihat kedua orang itu kesakitan.

"James, kau harus bertahan."

James Menitikan air matanya, ia menjerit marah melihat Victor tak sadarkan diri. Apakah hari ini adalah hari terakhir ia Berada didunia?

Ramon, Yang melihat itu hanya diam bergetar ketakutan. Ia sudah dibekap oleh beberapa anak buah Jungkook. Ia hanya bisa menjerit dan menangis saat melihat Jungkook menembakkan peluru pada Majikkanya itu.

"Jennie, apakah kau ingin ikut mereka juga?." Jungkook sudah berada diDepan Jennie, dia barusan meraupi James yang menghembuskan nafasnya dengan mata yang melotot. Jungkook mencekam dagu Jennie dengan keras.

"Kau bodoh ikut serta dengan mereka. Kau tahu, Kau itu tolol." Jungkook tersenyum, dan senyuman inilah yang membuat Jennie merasakan perasaanya pada Jungkook.

Senyuman yang memikat hatinya.

"Mau mengatakan sesuatu padaku? Sebelum kau juga ikut dengan kedua orang tak bernyawa ini?." Kata Jungkook. Jennie melirik semua keadaan disini, hanya ada dirinya Jungkook Dan Yeri yang masih membekap mulutnya disana.

Semua anak buah James telah tidak ada yang tersisa. Jennie tidak percaya kapan mereka telah membunuh duapuluh orang itu dengan cepat? Bahkan Ramon? Tidak ia ketahui kemana anak buah Jungkook membawanya.

Terlalu sulit Jennie Keluar dan menyelamatkan nyawanya dari sini.

"aku mencintaimu Jeon, aku menyukaimu. Walaupun aku tidak seperti wanita pada umumnya yang mengejar seseroang yang ia cintai. Tetapi kali ini aku mengatakan jika aku sangat sangat mencintamu."

"Sudah begitu saja?." Jungkook mengangguk paham, ia Tak masalah Jennie berkata seperti itu. Wanita seperti Jennie itu sangat unik, Ia tidak begitu memperlihatkan kalau wanita itu menyukainya. Justru Jungkook baru tahu kalau Jennie menyukainya, jika wanita seperti Jennie itu layaknya wanita diluar sana yang akan secara gamblang mengatakan bahwa ia mencinta Jungkook, wanita itu justru menyimpannya sendiri? Teramat Unik.

Jungkook menghembuskan nafasnya, ia lalu bangkit dari hadapan Jennie.

Ia lalu kembali menodongkan Pistol itu pada Jennie yang sudah siap menerima kematiannya sekarang juga. Sebab memberontakpun Jennie tak mampu.

Jungkook Sudah siap dengan pistolnya. Ia tersenyum menyeringai. Musuhnya telah semua mati ditanganya sekarang. Jungkook merasakan sangat senang.

"selamat tinggal Jennie, terimakasih telah mencintaiku." Jungkook akan kembali menarik pelatuk pada pistol tetapi...

"Hentikkan!." Yeri dibelakangnya menjerit, ia menangis melihat Jungkook begitu beringas disini.

"Jangan bunuh dia, aku mohon." Yeri merengkap kedua tangannya memohon sembari menangis pilu dihadapan Jungkook.

Jungkook membalikkan badanya dan menghampiri Yeri yang terisak kencang. Cukup sudah ia melihat bagaimana Jungkook membunuh kedua orang disini, jangan lagi Yeri sungguh tak kuat melihatnya lagi.

Jungkook berjalan menghampiri Yeri sembari memegang lengannya yang tertembak tadi.

"jangan mendekat!." Yeri Menggeleng-gelengkan kepalanya, ia merasa jijik pada Jungkook.

"maafkan Aku sayang."

"Aku tidak butuh maafmu!." Tetapi setelah mengatakan itu, Yeri langsung terjatuh pingsan dibawah Jungkook. Karena sendiri tadi wanita itu menahan mual karena melihat darah yang begitu banyak didepanya.

"Namjoon, Kemari Selamatkan Yeri!."

******

Menuju kemenangan wkwkwkwk. Gimana nih.....Jangan lupa Votte and Komen yakkkkk... SeeYou

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top