26

Author pov

Sebuah Mobil Ferrari berwarna hitam Meluncur kesebuah tempat yang dimana itu adalah tempat yang biasa mobil itu tempati. Seperti biasanya, setiap hari Dimana suasana hati sang Tuan sedang baik, maka ia akan datang ketempat ini. Memeriksa keadaan, sekaligus Memastikan tidak adanya sesuatu yang ganjal didalam sana.

Jeon Jungkook, Lelaki itu keluar dari Mobil Ferrari-nya, ia lalu merapikan jas hitam yang selalu ia pakai saat ia tengah keluar dari istana megahnya, atau rumah besar yang bak kerajaannya itu. Lelaki itu melepaskan kacamata yang bertengger dihidungnya, lelaki itu melepaskan dan memberikannya pada salah satu ajudan yang setia disampingnya.

Pintu sebelah kanan dibuka oleh Asistennya, Kim Namjoon. Ia datang ketempat ini tidak sedirian lagi, melainkan bersama dengan seseorang yang sepesial baginya.

Mungkin terkesan sangat Aneh, saat tahu Jungkook membawa orang yang sama sekalipun belum mengetahui tempat ini. Mungkin bisa dibilang orang ini Adalah orang pertama yang langsung Jungkook bawa kesini, tanpa harus Merasakan siksaan seperti orang yang pernah melihat tempat ini sebelumnya.

Yah, saat ini mereka tengah berada diMarkas besar Jeon Jungkook. Yang dimana ini adalah Tempat perkumpulan Para manusia yang tidak memiliki hati nurani, dimana manusia tidak mempunya perasaan baik.

Mata Jungkook melirik Yeri yang sudah berada disampingnya, tengah menatap bingung bangunan didepannya. Bibir Jungkook tersenyum miring saat ia melihat Yeri nampak ketakutan berada disituasi ini.

Ia tahu, tempat ini sangat mengerikan. Diluarnya saja Seperti kandang harimau yang buas, Apalagi didalamnya. Jungkook sangat yakin jika Yeri akan semakin tidak bisa menjauh darinya saat Wanita itu masuk.

"Takut?." suara Bariton Jungkook langsung memudarkan Yeri yang tengah menatap sekelilingnya.

"Tempat apa ini, aku tidak pernah melihat ini." Namun bukan jawaban yang Yeri dapat melaikan tawa kecil dari seorang Jeon Jungkook.

"jelas saja, kau tidak akan tahu sayang. Ini adalah tempatku kerja jika kau ingin tahu." kata lelaki itu, ia lalu melihat Yeri mengangkat satu alisnya bingung.

Akan lama jika ia menjelaskan lebih detail kepada istrinya itu. Lagian juga, ia tidak minat untuk menceritakan semua pada Yeri. Bukannya semakin mendekatinya, malah Yeri akan semakin takut padanya.

Ah, jangan sampai seperti itu. Jungkook baru saja menebak jika Yeri sudah masuk dalam lembah cintanya, mana mungkin ia menghancurkan begitu saja.

"Kita masuk tuan?." Tanya Namjoon.

Jungkook menganggukkan kepalanya, tidak perlu berlama-lama disini. Ia sudah sangat ingin berada didalam. Dimana itu adalah tempat ia bisa menenangkan fikirannya dan menyembuhkan penyakit jiwanya yang terus berguncang itu.

Lalu mereka mulai memasuki Markas Jungkook, tatapan mereka sama sekali tidak melihat kearah lain selain kearah pintu masuk yang sudah ada dua penjaga pribadi Jungkook disana.

"Selamat siang Tuan Jeon." kata mereka berdua dengan tunduk, sang Jeon Jungkook langsung menganggukkan kepalanya.

Melihat itu Yeri bergidik ngeri, ternyata selain dirumahnya, diluar Jeon Jungkook juga Dihormati seperti biasanya.

"Aman?." Tanya Kim Namjoon pada penjaga Pintu yang masih menunduk dihadapan Jungkook, terlihat jika mereka itu memang sangat patuh pada Jungkook.

"Aman." jawab kedua penjaga itu kompak.

  Yeri masih merasa bingung dengan situasi ini. Sebenarnya ia sedang berada dimana? Sampai-sampai harus melihat Jungkook yang dihormati oleh dua orang itu? Juga mengapa kedua orang itu terlihat sangat takut menatap Jungkook?

Bahkan Mereka tak berani langsung melihat Jungkook, Mereka dari tadi hanya menunduk. Berbicara pun tidak menatap Lelaki yang berada dihadapanya itu.

Yeri menghela nafas, satu fakta lagi. Jika Jungkook memang bukanlah orang biasa disini.

"Masuk." Titah sang Tuan, Yaitu Jungkook untuk segera memasuki ruangan yang pintumya sudah terbuka lebar.

Mereka lalu melangkah kedalam sana.

Namun, mereka belum sampai benar-benar masuk. Tiba-tiba terdengar suara gebrakan Dari arah dalam, Sangat keras dan tajam.

"Suara apa itu?." Jungkook, lelaki itu menyadari ada yang tidak beres didalam sana.
 
"Biar kami periksa, tuan." Dua penjaga yang tadi hanya diam saja, tiba-tiba langsung angkat bicara dan Langsung pergi setelah mendapatkan ijin dari lelaki Jeon itu.

      Mata Jungkook menyipit, ia tidak pernah Mendengar suara Yang begitu keras didalam Markasnya. Kecuali saat ia yang tengah menganiaya seseorang didalam sana. Itu akan terjadi kebisingan yang tak biasanya.

"Gawat Tuan, James dan anaknya telah hilang." Dua penjanga itu langsung Kembali setelah melihat keadaan didalam sana.

Jungkook yang mendengar itu, langsung menggeram marah. Bagaimana bisa anak buahnya ini tidak bisa bekerja dengan baik. Hanya menjaga saja sampai lalai seperti ini.

    Brak.

Secara Kompak Orang-0rang yang mendengar suara pintu didobrak pun langsung menoleh kearah sana. Mata Mereka Dipaksa untuk menatap kearah sana, mencari tahu ada apa sebenarnya.

Jungkook berlari menghampiri Suara itu, sebelum berlari kearah sana. Ia sempat berkata.

"Jaga Yeri, aku akan periksa kesana." setelah dapat anggukkan dari Beberapa Ajudanya. Jeon Jungkook langsung melesat dengan empat ajudan lainya.

     Yeri, wanita itu baru saja akan menghentikan Jungkook. Karena saat ini ia juga penasaran akan sesuatu yang terjadi disana. Ia rasa harus ikut juga kesana.

Namun sayangnya, Yeri malah ditarik paksa agar tidak mengikuti Jungkook yang terburu-buru berjalan kearah suara keras tadi.

"Aku ingin kesana juga." kata Yeri mencoba melepaskan tangan ajudan yang mencegahnya.

"maaf Nyonya, tidak bisa." Kata salah satu ajudan yang juga ikut mencegah Yeri.

*****

    Dari arah utara pintu, Terbuka dengan Lebar. Suaranya bahkan terdengar begitu keras, karena pintu itu terkunci sangat rapat. Dan didobrak dari dalam.

Mungkin pintu itu sudah lama tidak terbuka hingga sangat sulit untuk membukanya, bahkan saat didobrakpun butuh beberapa kali agar bisa pintu ini terbuka sepenuhnya.

   Dua puluh orang lebih, Mereka langsung membentuk sebuah barisan yang dimana ada tiga orang berada ditengah-tengahnya. Mereka berhasil membuka pintu besar dengan mudah, walaupun butuh sedikit perjuangan untuk bisa membukanya. Namun mereka berhasil, walaupun tadi sempat ingin menyerah dan terkurung ramai-ramai ditempat itu.

Mereka berjalan dengan tegap, kecuali tiga orang lelaki yang nampak terlihat kurus beserta Lemas tak berdaya saat berjalan. Menjaga agar tiga lelaki itu tidak terancam apa-apa, karena mereka masih berada dilingkungan sana.

Sangat berbahaya, jika tidak ada yang mengawasi. Dua puluh orang lebih saja mungkim belum cukup untuk bisa menjaga mereka.

"Apa Jennie Idiot mengirim kita sedikit prajurit seperti ini?." James, Salah satu orang yang berada ditengah-tengah barisan itu berkata.

Victor menggelengkan kepalanya, ia lemas. Tidak bisa berkata banyak apalagi menjawab Ayahnya itu.
"Aku tidak tahu, Ayah."

"Tuan, ada baiknya jika kita harus cepat keluar dari lingkungan ini. Saya takut kalau mereka akan tahu Karena bunyi pintu yang keras tadi." Ramon memegangi dadanya yang terasa sesak, ia tak kuat untuk berjalan. Namun daripada ia tertinggal lebih baik ia paksakan agar bisa berjalan dan pulang bersama orang-orang terpecaya ini.

"Berhenti!." Mereka semua langsung berhenti, saat ada yang mencegahnya dari arah belakang.

Mereka semua langsung melindungi. James, Victor dan Ramon yang tengah membelalakan matanya.

Sialan, mereka tertangkap basah.

"Kalian siapa? Mengapa banyak sekali? Apa kalian akan mengajak kita perang?." James sangat kenal betul siapa suara itu, ia mendengarkan semua itu. Ia tersenyum menyeringai, baguslah rupanya Jeon Jungkook tidak tahu kalau semua orang disini adalah Orangnya.

     Jungkook mendekat pada salah satu Anak buah James, Ini murni dari tidak ketahuan Jungkook terhadap adanya James dan anaknya disekitar barisan didepanya.

Ia memang curiga jika terjadi sesuatu didalam Markasnya, terutama Penjara bawah tanahnya. Ia yakin betul jika ada ancaman berat disana, namun ia harus memastikan dulu orang-orang asing dihadapanya ini. Karena mereka terlalu banyak, dan bisa tahu tempatnya. Jadi alangkah baiknya ia mencoba untuk memeriksa orang-orang asing itu.

Tetapi, Jungkook baru saja akan Bertanya pada salah satu ajudanya. Tiba-tiba, dua puluh lebih orang itu mengangkat sebuah senjata api yang sangat berbahaya.

Menodongnya tepat ke-arah Jungkook.

"Tuan." Namjoon langsung berlari menghampiri Jungkook, bertujuan membantu Tuan-nya itu agar tak terjadi apa-apa.

"Aku baik Namjoon-sshi. Sebaiknya kau mundur saja."

"tapi mereka Semua bersiap menembakmu." Namjoon bergidik ngeri melihat pistol-pistol sudah mengarah kearah Jungkook. Jika Jungkook tidak tenang atau mencoba melarikan diri, mungkin nyawa Jungkook tidak akan selamat karena Tembakan dari dua puluh orang lebih itu.

    Tetapi, jangan salahkan Jungkook yang mengetahui semua maksud ini. Ia harus tenang, karena jika tidak bisa saja benda tajam itu langsung menembus anggota tubuhnya.

Yah, Jungkook juga handal dalam bermain pistol.

"Oh, rupanya kau yah." Jungkook melirik sesorang yang berada ditengah sana. Ternyata, tak disangka jika mereka bisa keluar dengan gampang dari Penjaranya itu.

Jungkook terkekeh.

"percuma sih, kalau kalian memaksa untuk pergi dari sini. Kalian tidak akan bisa." ucap Jungkook yang tidak takut dengan adanya senjata pistol yang mengarah padanya.

Huh, Dua puluh lebih pistol mengarah padanya?

  James Mengeritkan alisnya. Sialan, Jungkook tahu akan ada dirinya beserta Victor didalam barisan ini.

"Jika kau macam-macam akan aku suruh anak buahku membunuhmu sekarang juga!." itu James yang berkata, ia menjawab Jungkook sebab ia sudah terpancing emosinya. Jika begini akan sulit ia keluar dari sini.

"Bagaimana kau bisa melawan kalau anak buahmu saja ada empat biji." Victor masih sempat tersenyum, padahal ia sudah mengeluh lelah disini.

Dianiaya oleh Jungkook dengan Dikurung Makan cuma satu kali membuatnya terasa lemas dan tak bertenaga.

"Kau tau ini tempat siapa?." Kata Jungkook menjawab Victor.

"Aku tahu ini tempatmu, namun kau kalah pasukan. Kau tahu? Nyawamu sedang diujung tanduk!." James tersenyum miring, ia maju semakin kedepan. Dan tentunya masih dalam perlindungan anak buahnya.

"hahaha, enak saja kalau bicara. Biarpun mereka berempat, namun mereka sangat ahli bertarung. Bahkan asistenku pun, ia bisa mematahkan lehermu. Tidak seperti asistenmu yang menyusahkan itu." Jungkook berkata sembari tertawa kecil, sangat lucu melihat ekspresi James sekarang ini. Ia rasa Tidak ada hal yang lebih menyenangkan selain melihat wajah cemas musuhnya.

"Jeon Jungkook, kau belum tahu siapa aku, kau tidak berhak mengomentariku!." Ramon yang tidak terima dijelek-jelekkan seperti itupun lanhsung berkata, ia menggeram marah. Bisa-bisanya Jungkook menurunkan harga dirinya.

"bahkan suaramu saja lebih kecil dari asistenku." Kata Jungkook lagi PadA Ramon.

Mendengar itu, mereka merasa panas. Jungkook seenaknya saja menjatuhkan harga dirinya didepan semua orang disini. James merebut paksa Dengan cepat pistol yang ada ditangan anak buahnya. Ia langsung dengan cepat melesatkan satu tembakan pada Jungkook.

Dooor.

"Akhhh, sialan!." merasa Sakit pada bagian lenganya. Jungkook mendesis, ia tidak sigap menghindar tadi. James terlalu cepat Memantulkan pistol itu padanya.

"Tuan, kau tidak papa." Namjoon dengan sigap langsung memegang Jungkook yang terlihat masih kesakitan. Namun sebisa mungkin tidak ia perlihatkan pada orang-orang disana.

"Itu baru peringatan untukmu!." James tertawa Sangat keras karena berhasil menembak lelaki Jeon itu.

      Sementara dari arah lain. Yeri, wanita itu mendengar suara tembakan yang begitu keras dari arah dimana Jungkook berlari tadi. Ia langsung tersadar akan adanya kejanggalan dari arah sana.

Jantung Yeri memompa berkali-kali lipat. Ia yakin terjadi sesuatu diarah sana.

"kalian mendengar itu? Kita harus kesana!." Yeri langsung ingin berlari ketempat Jungkook berada. Ia takut terjadi sesuatu pada Suaminya itu, apalagi suara tembakkan yang begitu Keras tadi.

"Nyonya biar kita yang melihat anda disini saja." Ajudan Jungkook menahan Yeri yang akan pergi, namun wanita itu tetap kekeh pada pendirianya. Ia tidak ingin terjadi sesuatu pada Jungkook, ia sangat yakin jika Jungkook tengah terdapat masalah disana. Hatinya-lah yang memaksa ia untuk kesana dan memastikannya.

"kumohon, aku ingin melihat suamiku." lirih Yeri, tidak perduli betapa sangat malangnya ia saat ini.

"Tapi Nyonya-"

"kalau kalian tak mengijinkannya, aku akan Melukai diriku sendiri." ancam Yeri yang begitu menakutkan, ia yakin jika para ajudan Jungkook akan langsung menyentujui jika ia kesana.

"baiklah tapi Nyonya, kau harus tetap ada didalam pengawasan kami." Tak menghiraukan ucapan Ajudan Jungkook, Yeri langsung berlari dengan Cepat dan tentunya langsung diikuti oleh banyaknya para ajudan Jungkook yang tadi ditugaskan untuk menjaga Yeri.

****

Jungkook mengerang. Kini, dihadapannya sudah ada seorang wanita Cantik tetapi berhati iblis yang tengah tersenyum licik padanya.

Huh, awas saja kalian akan aku bunuh.

Jungkook sudah Bisa berdiri dengan tegap sekarang. Darah masih tetap Mengucur dari arah lengannya yang tadi tertebak oleh James. Tetapi tidak papa, lagian ini bukan kali pertama lelaki Jeon itu terkena tembakan, bahkan ayahnya sering melakukan itu pada saat ia mencoba melanggar peraturan sang ayah.

Bisa dibilang, ia sudah terbiasa dengan Tembakan. Soal tadi yang kesakitan, ia hanya merasa sedikit kaget saja, karena sudah lama ia tidak terkena tembakan.

"Jennie, rupanya kau yang sudah membantu mereka kabur?." Jungkook terkikik geli, ia melupakan satu fakta jika Jennie belum tertangkap olenya.

Dan parahnya lagi, Jennie adalah istri Victor. Harusnya Jungkook bergerak lebih cepat untuk menangkap Jennie dan menggabungkannya dengan suami beserta mertuanya.

Namun kali ini, Jungkook bertindak Kacau, hingga ia harus kebobolan seperti ini.

"bagaimana kabarmu Tuan Jeon?" tanya Jennie dengan nada manjanya, terdengar menjijikan bagi Jungkook.

"kau pasti Menyesal tidak membawaku kesini terlebih dahulu?." Jennie rupanya masih menyukai Lelaki dihadapanya itu, ia tersenyum manis. Tetapi terlihat seperti iblis bagi Jungkook. Ia tidak bisa mempungkiri jika Ia masih sangat menginginkan lelaki dihadapanya ini.
"jika saja dulu kau melihatku yang menyukaimu, pasti kau tidak akan seperti ini." kata Jennie pada Jungkook yang masih setia menatapnya. Oh, astaga. Jennie merasa sedikit salah tingkah dengan tatapan Jungkook itu.

Salahkan ia yang begitu menyukai lelaki itu.

"Jennie apa yang kau katakan? Kau tahu kau begitu menyebalkan!" itu Victor yang tadi hanya diam saja.

"Hey, jika bukan karena Jungkook mana mau aku menikah denganmu. Tujuanku hanyalah satu yaitu balas dendam pada Jungkook yang sudah membohongiku." Jawab Jennie dengan tampang seriusnya.

"Kau lupa jika kau pernah memberiku blackcard palsu?."

"Aku ingat. Masa aku dengan mudah melupakan hadiah termanis saat kau keluar dari rumahku." jawab Jungkook dengan muka datarnya. Ia baru tahu jika Jennie itu tipikal Wanita yang menyukai masalah kecil yang diperbesarkan.

"Huh, Kau tolol apa memberiku mainan itu?."

"Aku hanya bercanda." Jennie sukses bungkam. Mengapa ia harus berurusan dengan Jungkook, harusnya ia menyudahi saja masalah ini. Namun ia masih tidak bisa terima itu.

"Aku menikah dengan Victor karena aku ingin menjadi kaya Dan bisa untuk membuatmu kagum. Namun sepertinya kau sama sekali tak mau melihatku sedikitpun." Lelah Jennie dengan suara lirihnya.

Mereka yang ada disana tidak angkat suara. Mereka masih setia mendengarkan Jennie yang nampak menyedihkan itu.

"Victor datang padaku, dia memintaku sebagai istrinya. Karena ia membutuhkan anak dengan waktu singkat." Jennie menarik nafasnya dan mengeluarkannya pelan.

"aku menyetujui menikah dengan Vicor setelah tahu kalau kau dan juga Ayahnya. Sedang dalam pertaruhan, yaitu melahirkan anak laki-laki."

"sudah hampir setahun aku menikah dengan Victor, tetapi aku belum juga dikaruniai anak. Aku merasa kalau Victor akan kalah, karena aku. Namun saat aku Teringat akan dirimu. Aku memaksakan agar diriku cepat hamil." Ucap Jennie mengeluarkan isi hatinya yang rapuh. Ia ingin Jungkook namun Ia tidak bisa mendapatkan lelaki itu.

"kau tahu, kau sangat terobsesi padaku? Kau ingin balas dendam? Kau tahu aku tidak perduli, selama ini kau nampak tidak menunjukkan dimana kau membalaskan dendamu padaku?." Kata Jungkook menyela Ucapan Jennie.

"Aku memang tidak berhasil melakukan itu. Tetapi saat Victor menawarkan aku menjadi istrinya serta harus melahirkan anak laki-laki untuk pertaruhan antara kau dengannya. Aku malah merasa kalau aku tidak bisa membalaskan dendamku sendiri. Aku bisa membalaskan dendamuk asal bersama dengan Victor. Hanya karena dia juga sama denganku, membencimu. Namun bedanya aku disini benci sekaligus menyukaimu. Aku tidak tahu aku ini bodoh atau apa, tapi aku benar-benar merasa kalau aku sudah terobsesi dengamu."

"walaupun kita tidak pernah bertemu beberapa waktu?." Jungkook mengangkat satu alisnya.

"Kau benar. Ku kira setelah aku pergi darimu, aku akan melupakanmu. Nyatanya tidak. Aku malah semakin terobsesi padamu, kau tahu bahkan kamarku terpenuhi dengan wajamu." konyol memang Jennie mengatakan itu, namun Jungkook? Dia sungguh tidak mengerti dengan perkataan Jennie.

Memang Jungkook tidak terlalu memperdulikan kalau ada yang menyukainya. Tetapi melihat Jennie begini, ia jadi prihatin sendiri.

Mungkin Jennie mencintai Jungkook dalam diam. Dulu.

"Kau berani mengatakan ini didepan Jungkook?." Victor mencekal tangan Jennie dengan kasar.

"Kau benar-benar jalang! Berani mengatakan hal itu pada lelaki lain didepan suamimu!"

"suami? Kau fikir aku menganggapmu itu? Kau tahu-kan kita menikah karena sebuah perjanjian yang dimana aku harus melahirkan anak lelaki untuk taruhan kalian berdua!." heran Jennie tidak mau tahu, ia marah dengan enaknya Victor mencekal tanganya seperti ini ia sakit.
"Huh, sayangnya aku akan menyudahi pertaruhan ini. Aku Tidak tahu, mana yang kalah dan menang. Tapi James." Jungkook berkata pada James yang Nampak memerah, seperti sedang menggeram marah.

"sebaiknya kita sudahi ini semua."

"Kau membunuh semua anakmu kan Jeon? Karena istrimu itu melahirkan anak perempuan? Jadi kau-lah yang sebenarnya kalah disini!." Jungkook mengangkat satu alisnya, ia tidak pernah mengungkap semua rahasia ini. Tapi James? Mengapa lelaki tua itu tahu tentang itu.

"kau pasti bingung? Jangan harap kau bisa bertindak curang seperti itu, Jeon. Kau membunuh anak perempuanmu aku tahu, karena aku mempunyai mata-mata untuk selalu mengawasi keadaan dirumahmu." Sialan, Jungkook menggeram marah bagaimana bisa James memata-matainya? Dia tidak habis fikir, ternyata lelaki tua itu tidak bisa diremehkan. Ia kira James terlalu bodoh untuknya, nyatanya ia telah kebobolan.

"Memang aku yang telah membunuh, bayi yang belum lahir itu. Anakku perempuan, sesuai perjanjian aku akan mempunyai anak laki-laki. Tetapi jangan lupakan fakta James, Waktu kita taruhan belum berakhir. Aku membunuh anak permpuan itu, sebab aku yakin jika aku bisa memenangkan taruhan itu denganmu. Dan untuk masalah hadiah, aku tidak terlalu tertarik. Walaupun jam tangan yang kau janjikan sesuai dengan perjanjian sebagai hadiah itu. Aku tidak membutuhkannya, karena aku menyukai tantangan dan Hadiah itu? Hanya urusan belakangan."

"dan urusan Apakah aku yang membunuh anakku, itu bukanlah urusanmu! Aku memang melakukannya, namun kau tidak usah ikut campur! ."

Krak.

Mereka yang tengah Berdebat tanpa hentipun langsung menoleh kearah suara ranting yang diinjak ole seseorang. Orang itu melebarkan matanya, serta tangannya yang berada dimulut.

Wajah orang itu sembab, seperti sedang menangis. Terlihat dari matanya yang membesar, dengan sisa air mata yang menggenang dikantung matanya.

Jungkook, melihat Yeri dari kejauhan. Wanita itulah yang menginjak ranting.

"Jadi, selama ini kau yang telah membunuh putriku, hah dasar Kau Jeon Jungkook, iblis?!."

*********

Ini part terpanjang diFf ini. Semoga kalian suka, hitung-hitung THR wkwkwkwk.

Nah, Mungkin beberapa Chapter lagi bakalan Tamat yah. Aku udah nyiapin ending yang bagus buat Cerita ini 😊 dan semoga bisa menghibur kalian semua.

      Okeiiii, Minal Aidzin walfaidzin yah. Mohon maaf lahir dan batin... aku Mau ngucapin maaf jika aku punya salah sama kalian wkwkwkwkk.... semoga dimaafkan oke 😂

Terimakasih.

  Dan setelah Cerita ini tamat, aku bakalan Ganti kelapak sebelah yaitu. My Lover Is Twin, lalu setelah itu aku juga bakalan Upload Cerita baru yang kemaren2 aku udah votting buat kalian milih.
Jadi aku bakalan bikin yang Five Wives one Heart. Dan itu udah aku bikin Prolognya. Akan aku up setelah cerita ini end.

Oke jangan lupa Votte and komenya.

Seeyou 😻😻😻

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top