2

Kim yerim pov

Rintik hujan terus membasahi bajuku, aku tak bisa menghindari setetes air ini sama sekalipun. Sekali pun aku menghindar aku harus menemukan tempat berteduh, seperti rumah yang tertutup oleh atap hingga hujan tak bisa menembusnya.

Hujan hari ini seperti nya tengah mewakili perasaanku, mungkin dia tahu kalau aku tengah bersedih sekarang ini. Namun disaat aku membutuhkan sandaran seperti rumah, aku bahkan tak memilikinya.

Aku tau aku ini orang yang bodoh, yang tak berhenti untuk berteduh di bawah pohon maupun halte yang sering aku lewati. Bahkan aku kini tengah berjalan di sebuah toko yang masih buka tetapi nampak sepi. Jika aku tak sedih mungkin aku berada disana Sekarang, ikut menunggu hujan agar reda bersama beberapa orang didalamnya.

Tapi aku disini masih tetap berjalan dengan santai tak perdulikan hujan yang tadinya hanya gerimis sekarang sudah semakin besar. Aku kedinginan namun aku sama sekalipun belum ada niatan untuk berhenti dari jalanku. Memeluk tubuhku dengan kedua tanganku, bibir yang bergetar dingin terus aku kantupkan. Aku memang bodoh tak berhenti tetapi aku sangat kosong sekarang, fikiranku sudah terbawa jauh entah kemana hingga aku seperti orang tak sadar seperti ini.

Lama berjalan dan lama juga hujan mengguyur tanah aku masih betah berjalan, tujuanku adalah pulang ke penginapanku. Air hujan perlahan-lahan hilang dibawa kemana, entah aku tak tahu. Yang terpenting disini aku masih berjalan dengan tenang.

Bajuku masih basah, namun aga sedikit mengering. Mungkin karena hujan sudah lama berhenti dan aku masih berjalan kaki, sementara angin berhembus semakin kencang, dan membuat ku merinding kedinginan. Namun itu pasti yang sudah membuat bajuku sedikit mengering. Sang angin yang membuat pakaianku tak basah lagi.

Aku melewati jalan yang sepi, yah jarak antara kampusku dan tempat ku tinggal sangatlah jauh. Sebenarnya jika ingin cepat sampai harusnya aku menggunakan bis. Tetapi aku lebih memilih untuk berjalan saja karena uangku mungkin takkan cukup jika digunakan untuk membayar bis. Lagian aku juga belum berangkat bekerja.

Yah aku bekerja menjadi salah satu maskot di restoran ayam yang terkenal dikotaku ini. Namun sayangnya saat aku mendaftar untuk menjadi pelayan, sang pemilik restoran ayam itu menolakku secara halus. Karena saat aku melamar kerja pada pemilik resto itu aku masih SMA, hingga sang pemilik merasa tak enak pada pengunjung jika ia memper
kerjakan anak yang masih sekolah.

Hingga sang pemilik resto menyuruhku untuk menjadi maskot, katanya agar para pengunjung tak tahu jika yang bekerja itu anak sekolahan. Nanti dikirannya sang pemilik resto orang yang tak baik meperkejakan anak di bawah umur sepertiku.

Namun aku tetap berterimakasih padanya, dia baik. Dan dia selalu menambahkan gajiku setiap bulannya. Dia juga menawarkan aku untuk menjadi pelayan, karena umurku sudah dewasa untuk bekerja. Namun sayangnya aku sudah tak tertarik lagi menjadi pelayan. Aku memilih tetap menjadi maskot yang bergambar ayam, aku nyaman menggunakan maskot sebagai kostum sekaligus pekerjaanku.

Tengah asik berjalan aku seperti sedang di ikuti oleh seseorang, aku menoleh kearah belakang. Namun yang kulihat hanya ada beberapa pohon saja yang tertiup oleh angin. Aku langsung kembali menghadap depan dan kembali melangkah.

Aku kembali merasakan ada orang yang mengikutiku, aku menggelengkan kepalaku. Tak mungkin ada yang mengikutiku, memangnya aku ini siapa yang harus di ikuti seseorang? Pasti aku cuma behalusinasi saja.

Tengah asik kembali berjalan, bulu kudukku berdiri tiba-tiba. Telinga mendengar ada suara kaki yang melangkah kearah ku dengan cepat. Aku menautkan kedua alisku, mengapa langkah sesuatu dibelakangku itu sangat cepat?

Pertanyaan muncul seketika dibenakku. Berusaha untuk mengabaikannya aku kembali melangkahkan kakiku dengan tenang tetapi terburu-buru. Mataku memejam merasakan ketakutan yang medalam. Apakah itu seorang penguntit? Ya tuhan, untuk apa penguntit itu mengikuti wanita miskin sepertiku.

Tak ada orang disini. Aku menyesal pulang lebih memilih berjalan, harusnya aku menaiki bis agar tak mendapatkan hal aneh seperti ini. Aku sudah sangat ketakutan Sekarang. Air mataku ingin turun ke pipi jika saja aku tak bisa menahanya.

Demi apapun aku ketakutan Sekarang.

Tap

Tap

Tap

Itu suara langkah kaki yang semakin dekat dengaku, aku ingin berlari Sekarang namun kaki ku sudah tak sanggup untuk melakukannya, aku sudah tidak kuat. Berjalan saja kaki sudah bergetar minta di istirahatkan apalagi aku bawa lari. Mungkin kakiku akan merasa keram nantinya.

Aku menoleh kebelakang dengan pelan -pelan, takut orang itu sudah berdiri di belakangku dengan tiba -tiba. Namun seketika saja nafasku seperti tersedak, aku tak bisa berkata apa-apa. Ku kira tadi ada orang yang mengikutiku dari belakang. Namun saat aku lihat, disana kosong tak ada orang sama sekalipun. Aku yakin dan aku percaya, tadi itu ada orang yang benar-benar mengikutiku, tetapi mengapa dibelakang sana tak ada siapa-siapa? Apakah orang itu hanya berusaha menakut-nakutiku saja? Jika memang iya, maka dia berhasil membuatku takut.

Aku kembali pada arah depan. Dengan bernafas lega, aku mengelus dadaku dengan pelan, merileks kan kembali badanku yang tadi menengang. Aku masuh menutup kedua mataku, mendorong nafas dan mengeluarkannya.

Aku sudah lega Sekarang

Dengan segera ku buka kedua mataku dengan tenang tanpa beban apapun. Tetapi....

Deg!

"Si-siapa ka-kau?."

Oh tidak tiba -tiba aku melihat sosok orang didepanku, dia langsung berjalan kebelakangku, aku ketakutan Sekarang. Dia mendorong dan langsung menarikku. Entah kenapa aku merasa ada yang aneh hari ini.

Siapa orang ini? Mengapa wajahnya tertutup rapat? Apakah dia perampok? Oh apakah orang ini yang mengikuti dari belakang? Aku meruntukki diriku sendiri, aku menangis saat dipaksa dan digeret memasuki gudang yang kebetulan berada di samping saat dia berdiri dan menarikku.

Apakah dia sudah mengaturnya? Agar aku bisa berhenti dan masuk kedalam gudang ini?

"Tolong lepaskan aku, aku mohon!." Kataku berusaha memberontak, dia sama sekalipun tak memperdulikan teriakanku dia malah semakin cepat membawaku menuju kedalam gudang ini.

Gelap sangat gelap saat aku sudah berada didalamnya. Remang-remang aku bisa melihat di dalam sini. Orang yang menarikku sama sekalipun tak berbicara, ia nampak biasa saja. Menulikkan aku yang menangis dan memberontak dalam kungkungannya.

"Tolong!...... " berteriak percuma saja, tak ada yang menolongku didalam sini, tak ada yang tau kalau aku berada disini bersama pria ini. Aku terisak tak kuat menahan rasa sakit dipergelangan tanganku.

Orang ini benar-benar monster aku tak tahu dia siapa! Tetapi dengan enaknya dia menarikku! Berengsek.

Dia berhenti berjalan. Aku terdiam melihat tatapan bengis yang ia perlihatkan padaku. Semua wajahnya tertutup hanya Mata saja yang tak tertutup, aku menelan salivaku. Kakiku bergetar tak karuan. Apakah aku akan dibunuh oleh dia?

Tapi apa salahku? Jika aku benar-benar akan dibunuh?.

"Kenapa? Ada apa kau membawaku kesini... Hiks." Aku menoleh kekiri-kekanan melihat tempat ini benar-benar menakutkan. Aku bahkan tak pernah membayangkan akan masuk ketempat seperti ini.

Aku menatap mata itu lagi, dia seperti sedang memperhatikanku yang ketakutan. Dia jahat! Aku sangat membencinya jika saja aku tahu mukanya.

Dia mendekati ku.

Di mendekat padaku, semakin dekat. Dengan mata bengis yang masih tajam seperti elang. Aku mundur, tak kuat melihat aura gelap yang ia tunjukan padaku.

Dia malah semakin maju saat aku mudur. Aku kembali mundur dan sampai punggungku membentur dinding orang ini masih mendekat padaku.

Chup!

Oh shit, dia menciumku, itu ciuman pertamaku. Dia langsung melumat bibirku dengan kasar, aku memberontak aku tak suka cara dia menciumku, sangat kasar dan tak ada lembut-lembutnya. Dia menarik kedua tanganku keatas kepalaku. Aku baru sadar ternyata dia sudah membuka semua wajahnya. Tetapi karena lampu yang tak ada aku tak bisa melihat wajahnya sama sekalipun, ia malah mengigit bibir bawahku, dengan kasar.

Oh tuhan, ciuman pertamaku, diambil secara paksa oleh lelaki mysteryus ini! Aku membencinya!

Hingga tanpa sadar dia sudah membuka celanaku, dan menurunkannya sampai batas lututku, begitupun dia yang sudah menurunkan celananya terlebih dahulu.

Apakah dia akan memperkosaku? Aku menangis saat tiba-tiba sebuah benda berusaha memasuki Liang kewanitaanku. Aku tak kuat, aku berteriak mencoba melepaskan darinya. Namun sayangnya semua sudah terjadi, mahkota berhaga yang sudah ku jaga selama bertahun-tahun, yang kujaga untuk suamiku nanti. Tetapi malah direnggut oleh seorang pria yang tak memiliki perasaan.

Mataku menatap kosong. Dia sudah mencapai pelepasannya. Dan aku sama sekalipun tak menikmatinya, hingga dia melepaskan dirinya dariku dan kembali memakai celana jeans nya. Pandanganku masih tetap menatap kosong.

Inikah hidupku? Penuh dengan kesedihan! Aku apa tak pantas bahagia sedetikpun?

"Pakailah celanamu dan ikutlah denganku, aku akan bertanggung jawab." Aku langsung tersadar dari lamunanku. Apa dia Gila berbicara seperti itu.

Plak!

Tanpa sadar aku langsung menamparnya dengan keras sampai-sampai ia menoleh kebelakang. Aku merasakan tanganku yang perih, mungkin pipi lelaki ini juga merasakan hal yang sama atau mungkin lebih perih dariku. Aku menangis dan berteriak padanya?

"Apa kau fikir aku bahagia? Walaupun kau akan bertanggung jawab?." Tanyaku padanya yang masih mengarah kebelakang.

Aku sudah tak kuat aku menaikkan celanaku yang sempat diturunkan oleh bajingan ini!

"Kau merebut mahkotaku! Dan kau secara tiba-tiba akan bertanggung jawab! Heh. Apa kau sadar berapa lama aku menjaga mahkotaku yang akan aku berikan untuk suamiku?." Tanyaku padanya aku terisak ingin aku membunuh pria ini sekarang. Dia apa tak tahu selama ini hidupku menderita?

"Aku akan menjadi suamimu!."

Apah? Aku muak mendengarnya, dia dengan gampangnya berbicara seperti itu, aku tak mau lagi mendengarkan dia berbicara. Aku akan pergi, dia berbicara membuatku muak! Lebih bagus dia yang diam seperti sebelum dia memperkosaku! Aku membencinya!

Dia dengan tenang menutup kembali wajahnya rapat. Bahkan aku sama sekalipun belum sempat melihat rupa wajahnya, sial mengapa gudang ini tak memiliki lampu?

Dengan segera aku berteriak, saat ia kembali menyeretku, apakah dia tak bisa tidak kasar? Aku kesakitan Sekarang. Sangat membuatku ingin membunuhnya dengan tanganku sendiri.

"Setelah kau memperkosaku kau akan membawaku kemana!." Tanya ku saat ia sudah berhasil memasukkan aku kedalam mobil mewahnya. Sangat mewah aku tak habis pikir dia mungkin orang kaya. Namun aku sama sekalipun tak perduli, yang aku ingin kan sekarang adalah pergi dan langsung melaporkan lelaki ini ke kantor polisi.

Namun aku tak bisa berkutik, saat mobil mewah ini melaju dengan kecepatan yang jauh dari rata-rata. Aku hanya menangis dan berteriak, tak perduli jika orang itu risih akan diriku.

Tetapi apa ini dia malah semakin menambah kelajuannya. Mau dibawa kemana aku?

♣♣♣♣♣♣♣♣

Aku terengah-engah, lelaki misterius ini membawaku kesebuah rumah yang begitu besar dan luas. Sungguh ini tak pantas dinamakan rumah, ini sangat pantas dinamakan istana.

Saat mobil yang kutumpangi melaju pada gerbang yang menutupi rumah besar itu langsung terbuka lebar. Kulihat dua orang pria yang membukanya, keda pria itu membungkuk pada lelaki yang berada di sampingku.

Tanpa memperdulikan kedua orang yang sopan itu. Orang ini malah kembali menjalankan mobilnya dengan pelan. Aku jadi bertambah takut, untuk apa dia membawaku kesini? Apakah aku akan dijadikan budak seks olehnya. Tidak! Memikirkannya saja aku sudah tak kuat apalagi itu akan jadi kenyataan.

"Kau akan membawaku masuk kedalam?." Anehnya saat memasuki pelataran rumah ini, semua yang terlihat hening. Mendadak ramai saat sudah berada didepan rumah ini, aku menelan salivaku saat lelaki itu menyuruhku untuk keluar dari mobilnya.

Dengan pelan aku membuka pintu mobil mewahnya, ia sudah turun terlebih dahulu meninggalkanku sendiri yang masih bergetar disamping pintu mobilnya.

Dia menghampiriku dengan muka yang serba tertutup, wajahnya langsung melengos saat aku mengerjap ingin memastikan wajahnya. Dia mengenggam tangan kiriku, dia berjalan membawaku menuju kedalam rumah yang ramai.

Aku meringis Karena kewanitaanku merasakan nyilu.

Apakah di dalam ada acara? Mengapa ramai sekali, aku jadi merasa minder melihat pakaianku yang persis anak kuliahan. Yang lebih parahnya wajahku yang kusut dan tak bisa kukatan bahwa aku benar-benar baik hari ini.

"Dandani dia dan segera bawa dia ke altar!."

Aku menoleh pada orang yang berada di sampingku. Altar? Aku nampak tak familiar mendengar kata itu, apa itu. Wanita paruh baya ini disuruh untuk mendandani ku? Ada apa sebenarnya.

"Baik tuan aku akan menyempurnakan dia malam ini." Nampak bingung dengan perkataan dua orang yang sama sekali pun tak ku kenal, aku memilih untuk bungkam.

"Mari ikut saya, akan kudandani anda dengan keistimewaan." Tegasnya yang justru membuatku bertambah bingung disini.

Aku hanya diam ketika dia membawaku kedalam ruangan yang luas, bahkan ini mampu menampung seratus orang sekalipun. Apakah aku pantas menyebut ruangan ini sebagai kamar? Karena tak pantas menyebutnya kamar, pantasnya kusebut ini adalah lapangan besar yang terdapat didalam rumah.

"Sudah takjubnya Nona?." Aku langsung menatap wanita yang membawaku ini, aku ingin bertanya ada sebenarnya? Mengapa secara tiba-tiba aku dibawa kerumah ini?

"Aku ingin bertanya." Kataku padanya.

Wanita paruh baya itu hanya menganggukkan kepalanya, mengizinkan aku untuk bertanya padanya.

"Ada apa sebenarnya?." Tanyaku padanya, kali ini aku berharap dia langsung menjawabnya padaku. Karena aku sangat Penasaran sekali.

"Apa anda benar-benar tidak tahu tentang ini?." Katanya terkejut mendengarkan perkataanku, aku mengangguk gugup. Mengapa? Aku sangat gugup sekarang.

"Anda akan menikah dengan tuan jeon Nona."

Apah?

Aku langsung membulatkan kedua mataku, apa wanita tua ini gila mengatakan hal itu. Tuan jeon? Siapa dia? mengapa aku merasa bahwa nama itu adalah nama orang jahat. Aku langsung tak terima mendengarkan perkataannya.

"Kau jangan asal berbicara! Aku tak mau menikah! Umurku memang sudah matang untuk menikah! Tetapi aku tak mengenal tuan jeon yang kau maksud itu!." Kataku emosi, bagaimana bisa orang ini mengatakan itu dengan gampangnya. Bahkan aku sendiri tak mengenal siapa tuan jeon, oh tuhan bayangan tuan jeon difikiran ku adalah. Seorang tuan yang sudah tua berkumis dan botak bahkan perutnya membuncit.

Membayangkannya saja aku sudah ingin muntah. Apalagi menjadi Kenyataannya. Apakah wanita paruh baya ini benar dengan perkataannya? Aku akan menikah dengan orang yang bernama tuan jeon?

Jika benar terjadi aku harus bagaimana jika bayanganku mengenai tuan jeon yang botak dan perut membuncit itu benar, bagaimana? Aku bahkan sangat jijik, apalagi menjadi istrinya.

"Tidak! Aku tak mau menikah!." Pekikku kencang, wanita paruh baya itu langsung menutup kupingnya dengan kasar, aku tahu karena dia kejut mendengar teriakkanku.

"Mari silahkan nona." Aku langsung menepis tangan yang akan memegangku. Aku melotot pada wanita yang masih muda, kira kira umurnya tak jauh denganku.

"Aku tak mau!." Kataku dengan menatap tajam orang-orang yang berada disini. Aku menggelengkan kepalaku, apa ini? Aku bisa melawan orang yang tak ku kenal, lantas mengapa saat dikampus aku malah diam saja tak berani melawan.

Tiba-tiba pintu terbuka dengan kasar, aku menoleh kearah nya. Sedetik kemudian aku langsung terpanah melihat seorang lelaki yang memakai toxedo hitam dan dalaman kemeja berwarna putih tengah berdiri di depan pintu. Lelaki itu membuka pintu dengan kasar.

Aku kaget, lebih kaget lagi saat orang-orang serba hitam langsung berada di posisi laki-laki itu. Sungguh tuhan mungkin sedang berbahagia menciptakan seorang lelaki tampan nan memiliki tubuh indah seperti dia. Bahkan aku sendiri sangat susah mengambil nafas.

"Mengapa kalian belum mendandaninya?!." Aku langsung menunduk, apa seisi rumah ini tak ada yang berbicara dengan lembut? Mengapa semuanya kasar, aku jadi takut sendiri.

"Maaf tuan nona menolaknya tadi." Kata wanita paruh baya yang tadi aku tolak saat ingin mendadaniku.

"Aku tak mau tau dia harus segera berbeda limabelas menit lagi! Jika tidak aku akan membunuhmu!." Katanya dengan lantang tak ada main-main di wajahnya. Aku jadi merasa takut kembali, karena kasihan akan wanita paruh baya itu. Aku langsung duduk dan menyuruhnya meriasku.

Sang lelaki tampan itu nampaknya sudah pergi dari kamar ini, aku menghela nafas lega. Tampan tetapi tak memiliki hati sama sekalipun. Namun tiba-tiba aku ingin bertanya pada sang wanita paruh baya yang diancam oleh lelaki itu.

"Dia siapa?." Tanyaku padanya, dia lalu terdiam sembari sibuk dengan peralatan makeupnya.

Aku terdiam karena tak kunjung mendapatkan jawaban. Mataku melihat kearah cermin yang langsung menunjukkan muka dan beberapa orang yang berada dibelakangku.

Apa itu yang disebut bodyguard? Serba hitam dan menyeramkan. Kacamata dan topi koboi membuatku langsung menunduk tak kuat melihat orang-orang besar itu.

"Dia yang akan menikah dengan mu. Dia tuan jeon."

♣♣♣♣♣♣♣♣

Kini aku terdiam menatap kearah lampu tidur yang masih menyala. Sejam yang lalu aku sudah resmi menjadi seorang isri. Ternyata altar yang dimaksud adalah sebuah tempat yang membawaku ke depan penghulu.

Aku meruntuki nasibku yang tak kunjung selesai dari masalah yang menjijikan. Hatiku hancur saat aku diperkosa secara paksa dan menikah pun secara paksa.

Aku sangat membenci hari ini, hari yang menyebalkan dan membuatku muak setengah mati! Aku jelas paling membenci hari ini dibandingkan hari-hari yang lainnya. Walaupun hari yang lain juga sama tak kunjung membuatku bahagia, namun hari inilah yang paling membuatku tak bisa melupakannya!

"Kau tak lelah?." Aku langsung menoleh kearah suara, suara bariton yang sangat merdu membuatku hampir terlena, jika saja aku tak tersadar bahwa dia ini siapa!

"Katakan padaku siapa namamu?." Tanya jungkook pada yeri yang hanya diam

"Kim yerim!."

"Bagus kita menikah Sekarang!."

Jungkook membawa yeri kedepan penghulu. Sang penghulu langsung tersenyum dan memulai repsesinya, yeri menangis ia tak menyangka hari ini ia akan menikah.

"Dengan ini kalian resmi menjadi suami istri!."

Tepuk tangan meriah terdengar sangat ramai diruangan itu. Yeri memejamkan matanya saat jungkook menciumnya di depan orang-orang. Sungguh yeri sangat membencinya.

Walaupun kini tuan jeon yang yeri maksud dalam bayangan nya itu salah, tetapi tetap saja yeri merasa jijik terhadap orang yang sudah menjadi suaminya Sekarang.

"Aku sudah memperkosamu dan aku sudah menikahimu. Dan yang ku inginkan hanya satu darimu, yaitu lahirkanlah anak laki-laki untukku!." Bisik jungkook dengan senyuman miringnya. Lelaki itu menatap yeri yang terkejut dengan perkatannya.

"Mengapa kau lakukan ini semua padaku?." Tanya ku saat jungkook baru saja membuka jas dan kemejanya. Kini jungkook sudah bertelang Dada.

Ia menghadapku.

"Aku kebetulan sedang mencari mangsa, tetapi ada kau saat itu jadi aku memilihmu sebagai mangsaku." Kata jungkook dengan santainya bicara padaku.

Aku menangis dan terisak mendengar perkataan jungkook

"Mengapa harus aku?." Tanyaku lagi dengan suara yang lirih

"Karena kau yang sendirian dijalan itu. Sudah jangan menangis, mari kita nikmati malam pertama kita! Dan jangan lupakan kalau aku hanya menginginkan anak lelaki darimu!." Lalu aku hanya bisa memberontak tanpa celah sedikitpun untuknya. Setelah ia memperkosaku dia juga kembali akan memperkosaku kedua kalinya?

Aku sungguh membenci takdirku ini. Mengapa tak ada secuil kebahagiaan sama sekalipun untuk ku?

"Aku membencimu!." Kataku saat dia sudah melepaskan semua yang melekat pada badanya dan juga badanku, dia sudah siap akan kembali memasukiku. Aku tak bisa berkata apa-apa tenaga ku sudah tak kuat sekarang.

"Aku juga menyayangimu." Gila dia benar-benar sangat Gila!

Mulai detik ini aku sangat membenci lelaki yang telah merenggut kesucianku secara paksa, seenaknya dia menikahiku tanpa persetujuan dariku.

Dia tampan tetapi dia tak memiliki hati! Aku tak pernah membayangkan bahwa pria seperti dia akan menjadi suamiku.

Mendengarnya saja aku ingin berteriak!

Mulai Sekarang aku akan membencinya! Membenci suamiku sendiri suami yang bahkan tak pernah ku anggap keberadaanya. Aku akan membencimu.

Jeon jungkook!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top