1
Yeri Pov.
Akan aku ceritakan kisahku yang begitu rumit ini, sebagian dari kalian mungkin akan merasa sedih setelah mengetahui ceritaku ini. Kisah yang teramat sangat menyakitkan dan Sangat membuat hati perih dan sesak sewaktu-waktu.
Aku gadis muda yang tak pernah tau akan arti kebahagiaan, Mungkin jika di dunia ini adalah dunia yang kejam penuh dengan penderitaan, maka diantaranya aku akan masuk kedalam jurang derita itu. Tak ada namaku yang tersemat dalam buku catatan nama-nama dari seorang yang pantas mendapatkan kebahagiaan.
Karma apa yang sudah aku perbuat? Sehingga masalah demi masalah tak kunjung berakhir juga? Apakah aku adalah anak yang tak di inginkan oleh keluargaku? Apakah aku anak yang memang tak mempunyai keberuntungan? Apakah aku tak pantas mendapatkan kebahagiaan walaupun hanya secuil?
Ntah kenapa Aku selalu bertanya pada diriku sendiri, tak mungkin pernah ada jawaban dari setiap pertanyaanku. Aku rasanya sudah tak memiliki sukma lagi, seperti sudah mati.
Hidupku tak pernah berubah.
semenjak aku ditinggalkan selamanya oleh kedua orang tuaku, disaat itulah hidupku yang seperti ini dimulai. Tak punya semangat hidup dan gampang untuk menyerah.
Ntah takdir macam apa yang sudah hadir dalam tubuhku, aku sendiri masih memecahkan Semua fikiran yang terus saja memutar semua kejadian dimana tak ada aku yang tak murung. Aku selalu saja murung, memandang kosong kedepan. kata-kata 'tak mempunyai kehidupan didunia' terus tergiang di telingaku, entah itu syetan atau jin yang selalu menyuruhku untuk pasrah akan situasi seperti ini. Dan seolah-olah aku dibuat frustasi hingga aku berfikir sudah tak ada lagi harapan untuk hidup.
Itu semua karena bisikkan-bisikan itu.
Mungkin aku mendapatkan bisikkan itu karena aku yang selalu menuntut untuk terus terdiam memutar takdirku, hingga para iblis dengan mudahnya menyuruhku meninggalkan dunia yang kejam ini, lebih tepatnya mereka menyuruhku untuk. Mati!
"Mengapa nasibku seperti ini apakah tuhan tak bosan memberikan aku kekerasan dari duniawi?." Aku terus saja berguman dengan nada lirih, kuharap tuhan mau mendengarkan keluh kesanku yang sudah sekian lama aku ingin membuangnya jauh-jauh dari dalam hidupku.
"Namun apakah aku akan bertahan hidup jika aku masih terus-terusan mendapatkan penyiksaan ini?." Tanyaku pada tuhan, tanganku mengepal kuat di depan Dada. Saat ini aku tidak meneteskan air mata, sudah sudah cukup tak boleh ada kristal yang harus keluar dari dalam mataku.
Cukup hanya pembicaraan keluhanku saja yang merasakannya sekarang ini, jangan air mata juga yang ikut mewakili penderitaanku.
Aku bukannya tak sudih untuk menjalani kisah menyakitkanku ini, tetapi aku hanya tak kuat saja jika berhari-hari aku harus merasakannya.
Banyak yang bilang aku ini manusia yang kotor sehingga takdirku datang dengan bertubi-tubi.
Kalau ia aku harus apa? Apakah aku harus berendam Sedalam mungkin di dalam air, sehingga saat aku menyudahi rendaman itu aku sudah terbebas dalam Takdirku ini? Sangat tak masuk akal, jika aku dengan bodoh benar-benar akan melakukannya!.
Saat ini adalah saat dimana aku tak merasakan kesepian lagi, walaupun yah. Sebenarnya hari berhari memang sama aku kesepian, tetapi dengan masuknya aku ke dalam ruangan penuh dengan canda tawa orang lain, itu saja mampu membuatku merasa terhibur. Yah walaupun aku tak mampu untuk ikut melakukan candaan bersama mereka, karena mereka tak ada yang mau dekat denganku. Takut tertular nasibku mungkin.
Yah aku tak egois aku jelas paham dengan mereka.
Aku menginjakkan kakiku menuju kelas kampusku, mataku mengedar mencari tempat duduk yang masih kosong. Karena mahasiswa yang berada di kampus ini setiap hari selalu berpindah-pindah tempat, dimana Tadi ditempat yang satu ketempat yang lainnya lagi. Seterusnya akan bergonta-ganti.
Nampaknya kelas disini sudah terisi penuh oleh semua siswa, aku selalu saja telat dalam urusan merebut Bangku untuk duduk, entah lah aku tak mengerti. Sekalipun aku berangkat pagi ke-kampus tetap saja bangku sudah ditempati semuanya.
Aku tentu jengah, apa semua orang disini berusaha untuk tak membiarkanku duduk dengan baik? Padahal aku berkuliah disini tidak meminta biaya pada mereka, lantas mengapa mereka nampak berkuasa di dalam sini.
"Lihatlah Si upik abu sudah datang." Aku yang sedang berdiri dengan buku yang kudekap didepan Dada, langsung mendengar kata-kata memilukkan. Aku menoleh dan melihat seorang gadis yang memakai dress ketat tengah menertawakanku.
Baiklah dia memang sudah terbiasa, jika mengataiku dia akan langsung tertawa diikuti oleh seluruh kelas.
Aku sudah terbiasa dengan ini semua, ini adalah kelasku dimana aku yang lugu ini sering di bully dan di siksa oleh mahasiswa yang ada dikelas ini. Bukan, bukan hanya dikelas ini saja yang sering membully ku. Bahkan hampir seluruh mahasiswa yang berkuliah disini membenciku, menganggapku sampah yang tak terpakai, selalu di injak-injak dan selalu di kata-katai dengan ucapan yang menyakitkan.
Tetapi aku sudah biasa dengan itu semua. Sehingga aku merasa bahwa ini memang sudah jalan hidupku yang tak perlu disesali, sudah takdir tak akan enak sampai kapanpun. Jadi aku selalu berusaha menikmati semua takdir ini dengan senyuman.
Aku melangkah kearah belakang kelas, tetapi aku tak berani mendongak, aku selalu menunduk disetiap langkahku. Karena setiap aku mendongak hanya tatapan tajam lah yang aku dapat dari mereka semua.
"Kau jangan disini! Ini untuk arin!." Aku kembali berjalan, bangku yang tadi sudah ku tarik tiba-tiba saja ada yang mencegatnya agar aku tak bisa duduk di sana.
Aku melihat ada bangku kosong lain, segera aku ingin duduk disana.
"Jangan ini sudah ditempati Mina! Pergilah cari yang lain!." Aku menghela nafas lalu mengangguk. Disampingnya lagi aku melihat ada sebuah bangku yang tak ditempati. Semoga tak ada yang melarangku duduk disini.
"Hey! Ini milik Taemin!, kau duduk dilantai saja! Sudah tak ada tempat yang kosong." Apa ini sudah ditempati orang lagi. Aku tak tahu apakah mereka benar-benar dengan ucapannya atau hanya sekedar omong kosong, karena mereka tak menginginkan aku duduk disampingnya?
"Mengapa kalian seperti itu? Bangku ini masih kosong kan? Dan kulihat Taemin duduk disana tadi." Tunjukku pada seseorang yang tengah menundukkan kepalanya ke meja, dan menutup wajahnya dengan buku. Dia tertidur? Apa hanya pura-pura saja? Tetapi yang jelas aku tahu bahwa orang itu adalah orang yang tadi di bilang seseorang bahwa bangku ini adalah tempatnya, Tempat Taemin? Lantas mengapa Taemin ada Disana.
"Bisakah kau jangan berteriak! Kau bau!." Ucap salah satu anak yang tak menyukaiku, dia Hoseok. Aku tau namanya tetapi aku tak tahu sikapnya yang biasanya pendiam ternyata bisa berkata seperti silet, sangat tajam dan menusuk.
"Kenapa? Apakah aku ini tak pantas berada di tengah-tengah kalian?." Tanyaku dengan suara serak.
Mereka terdiam lama, sebelumnya aku sudah melihat kesisi kanan dan kiri. Hening tak ada yang menjawab, ku kira mereka tengah merasakan perasaaku dan perkataanku barusan. Tetapi semua salah, malah sekarang mereka tertawa puas mendengar perkaanku. Oh tuhan, jengah sekali rasanya
"Sana jangan disini, ingat dossen kim akan masuk! Sebaiknya kau segera duduk sebelum dia menegurmu! Eitsss tetapi duduklah di lantai." Mataku bergetar mendengarkan tawa mereka. Aku termenung, mereka benar-benar keterlaluan. Aku sakit hati mendengarkan ini semua. Aku sangat menyesal telah hadir dan berkuliah disini. Harusnya aku tak disini sekarang juga. Mereka pasti jelas tau tentangku yang penuh dengan kehancuran ini.
Apakah aku pantas mendapatkan penyiksaan ini? Karma apa tuhan katakan padaku? Biarkan aku yang memperbaikinya.
Tanpa kata-kata lagi aku berlari meninggalkan mereka yang masih tertawa. Kuputuskan untuk membolos pagi ini, aku tak sanggup berada disana pagi ini. Aku dalam keadaan rapuh dan rusak, jika aku masih berada disana aku mungkin tak akan kuat. Aku tak bisa melawan karena mereka terlalu banyak dan terlalu kaya untuk ku lawan.
Aku menangis sekencang kencangnya, biarlah aku dibawah pohon besar ditaman ini menangis membuang rasa kesal dan sedih yang tangah ada di tengah-tengah ku sekarang ini. Mengapa? Mengapa mereka juga ikut membenciku? Apakah aku tak pantas untuk berteman dengan mereka? Yah, aku tahu mereka terlalu sempurna untukku? Tetapi apakah orang yang sempurna harus bertindak seenaknya seperti tadi pada orang yang masih ke-kurangan?.
Ini semua ulah dari keluarga pamanku, mereka pasti yang telah mencuci otak orang orang kampus. Sehingga aku dikucilkan seperti ini.
Oh tuhan, hanya gara-gara Harta orang tua yang aku pegang sekarang mereka tega sekali melakukkan itu semua! Sehingga membuatku hancur seperti ini.
Apakah dengan melepas semua warisan yang kugenggam, maka takdir itu akan hilang? Jika memang begitu jawabannya, lebih baik aku melepaskannya sekarang juga. Dan biarkan aku hidup bahagia.
♣♣♣♣
Author pov.
"Damn! Kau curang mr. Jeon!."
Seorang pria paruh baya menuangkan soju kedalam gelas, pria tua itu melihat Kartu yang tadi ia pegang. Nampaknya kartu itu benar-benar sangat mengagumkan saat ia belum memperlihatkan isinya pada sosok pria tampan dihadapannya. Lantas saat dibuka mengapa isinya sangat memuakkan?
"Kau belum pandai bermain judi rupanya mr. Jams." Orang yang dipanggil Mr. Jeon meledek pria paruh baya yang masih menenggak abis sojunya. Mata pria baruh baya itu merah, ia meletakkan gelas soju dengan Keras sehingga menimbulkan debrakkan yang Bergema keseluruh penjuru ruangan.
"Kau brengsek! Kau adalah manusia terlicik di dunia!." Kata mr. Jams dengan gertakkan di giginya
Kekehan terdengar nyaring ditelinga Mr. Jams, sehingga tampaknya pria tua itu sangat kesal karena kekehan itu. Sangat menyebalkan lawan main kartunya ini.
"Dengar aku tak pernah curang mr, hanya saja keberuntungan selalu memihak kepadaku." Kata Jeon dengan lantangnya.
"Dengar hari ini uangku sudah ku letakkan di sampingmu. Itu untuk mu yang sudah hebat melawanku!." Mr. Jams berkata dengan tenang, walaupun kini ia berusaha memikirkan apa yang ada di otaknya.
Mr. Jams atau James adalah seorang pria paruh baya yang terkaya di negaranya, dia pengusaha sukses yang terkenal di dunia. Ia selalu pintar dalam melakukkan apapun, jelas itu lah yang membuatnya terkenal dimanapun. Tetapi banyak yang tak mereka ketahui seorang James di dalamnya. Ia orang yang bersikap tertutup jika mengenai kekayaan yang melimpah, walaupun ia pengusaha tetapi tak mungkin ia membeberkan semua Kekayaanya.
Ia selalu merahasiakan kerjaan kesehariaanya, Karena ia sama sekali tak suka membeberkanya dimedia publik. Bisa kacau dan bisa di buru oleh para wartawan maupun polisi nantinya.
Jelas semua merasa heran dan penasaran dengan James. Karena orang itu sangat kaya dan tak bisa memenuhi ekspetasi setiap orang akibat kekayaan yang melimpah itu.
"Pulanglah Ke jerman Jams. Aku senang sekali bermain denganmu." Kata mr. Jeon yang tengah menyilangkang kedua kakinya di atas meja.
"Haha, kau tak ada apa-apanya denganku mr. Jeon, kau adalah bawahanku! Soal kemenangan mu itu pasti ada sesuatu yang kau rencanakan yakan?."
Dan kekehan kembali terdengan di telinga James, benar-benar orang itu ingin membuat pria paruh baya memotong mulutnya.
"Jangan seperti itu Jeon! Aku akan memborgolmu dan membawa ke markas ku sekarang juga!." James ingin menghampiri Jungkook yang tengah terkekeh, tetapi Jungkook mengangkat tangannya.
Yah mr. Jeon antara lain adalah jeon jungkook. Pria arogan yang tak memiliki hati, ia seorang pria yang mempunyai kemampuan lebih. Sama seperti james ia orang yang sangat kaya. Namun kekayaan jungkook masih kalah dari james. Tetapi itu hanya 10% saja kekayaan jungkook kalah dari james.
Tentu jika jungkook lebih giat untuk mengusai harta lagi, ia mungkin bisa mengimbangi James sekarang juga. Namun nampaknya Jungkook tak tertarik dengan itu, ia malah seperti ingin menganggap bahwa James itu musuhnya. Bukan, bukan musuh soal kekayaan nya! Tetapi musuh akan Kelompoknya masing-masing.
Jungkook itu seorang mafia yang terbesar di busan-korea selatan. Tetapi jika ia ingin berpindah tempat maka ia bisa datang ketempat yang ia inginkan. Menyamar menjadi orang biasa dan tak seperti seorang penjahat manapun.
Begitupun James, Jungkook dan James hampir delapan tahun lamanya bersaing secara kelompok. Disaat usia Jungkook masih 20 tahun dan usia James masih 50 tahun, mereka sudah bergabung dalam kelompok yang mempertemukan keduanya.
Pertemuan pertama mereka itu di tempatnya James, yaitu salah satu kota yang berada di jerman. Jungkook memenangkan perjudian disana. Pertama kalinya seseorang yang mengalahkan James dalam berjudi adalah jungkook. Dan itu sendiri Mampu membuat James membenci dan menganggap Jungkook sebagai musuhnya, tak perduli jika pun Jungkook lebih muda darinya.
Karena sebelum ada Jungkook ia lah mafia yang paling besar dan menakutkan. Tetapi lagi-lagi karena Jungkook sehingga semuanya hancur begitu lebur.
"Aku memiliki tantangan untukmu seorang diri Jeon Jungkook." James meletakkan sebuah jam tangan yang tadi melingkar di pergelangannya. Ia meletakkan jam tangan itu dengan hati-hati ke atas meja. Disamping kaki Jungkook berada.
"Jam ini cuma ada satu di dunia. Ini bisa melakukkan apapun yang kau mau." Kata James memberitahu seberapa berharganya benda pemutar waktu itu.
"Aku bahkan bisa membelinya." Ucap Jungkook meremehkan.
"Ini sayangnya tak ada yang membuatnya! Orang yang membuat jam ini sudah tewas karena ulah kelompokku.", kata James mengungkapkan fakta.
Jungkook mengangkat alisnya. Yah memang apa yang ingin ia ketahui.
"Ini jam berharga, ini bisa melihat orang yang jauh dari jangkauanmu. Ini juga bisa membuat bom dengan cepat."
"Senjata?."
"Yah ini bisa membuat berbagai macam benda. Dan lebih baiknya aku merampas jam tangan ini karena ini bisa membuat Keinginan-keinginan seorang mafia yang ingin menghancurkan mafia lainnya." Kata James dengan seringai tenang di bibinya.
"Kau bodoh jika ingin menipuku!." Jungkook tak percaya begitu saja. Merasa dirinya dibodohi oleh James Jungkook menyuruh salah satu pengawalnya untuk membawa uang hasil kemenangan perjudiannya dengan James.
"Jika kau tak percaya tak apa." Kata James.
"Aku tak percaya memang, karena jika jam bodoh itu bisa melakuan seperti yang kau bilang tadi lantas mengapa kau tak menggunakkan untuk menghancurkan para mafia lain? Yang kau maksud itu?." Tanya Jungkook memiringkan kepalanya. Jika memang ia jam tangan itu bisa menghancurkan mafia lain lantas kenapa James tak menggukkan itu? Untuk menghancurkan kelompoknya mungkin karena setahu Jungkook James terobsesi ingin sekali menghancurkan kelompoknya.
"Karena aku masih ingin bersenang-senang denganmu, yah walaupun kau tahu kan kalau aku membencimu! Bukan berarti aku mau menghancurkanmu dengan jam tangan ini Jungkook! Aku hanya ingin kau hancur di tanganku sendiri bukan karena meminta pada jam ini. Lagian jam ini juga hanya mewujudkan tiga permintaan saja. Jadi aku tak boleh menyia-nyiakan hanya untuk menghancurkan mu."
Jungkook mengangguk-anggukkan kepalanya. Dalam batinnya berkata.
Dia mungkin gila karena kalah denganku, huh jam tangan itu jika memang iya bisa mengabulkan apapun lantas mengapa tak langsung dimintai saja tiga permintaan itu. Memang nya jam ini jin yang ada didalam cerita aladin dan jasmine? Jika memang iya, aku akan merampasnya sekarang juga.
"Terserah kau saja." Jungkook ingin beranjak keluar dari ruangan ini. Namun langkahnya terhenti saat ia mendengr james berkata dengan keras.
"Aku sudah meminta satu keinginan Jeon pada jam ini. Jika kau tak percaya aku sekarang bisa membuktikkannya padamu. Katakan mengapa bisa aku datang kemari sebelum kau memberitahu keberadaanmu."
Jungkook diam. Yah, pertanyaan itu? Ia bingung dengan James. Yang tiba -tiba mengetahuinya disini sebelum ia memberitahukannya pada James. Apakah James memiliki kemampuan membaca tempat?
"Itu semua karena ini!." James menunjuk jam yang masih tergeletak di meja.
"Kau?."
"Kau percaya? Jika kau masih belum percaya aku tak apa. Yah, mungkin kau tak bisa mengerti." James mengambil jam tangan itu. Tetapi Jungkook menghentikannya.
"Jika benar jam itu bisa mengabulkan apapun. Berarti permintaan itu tersisa dua?." Tanya Jungkook dengan alis bertautan.
James tersenyum senang lalu mengangguk. Mengiyakan perkataan Jungkook.
"Betul sekali Jeon Jungkook."
"Lantas mengapa kau melapaskan dan memamerkannya padaku?." Tanya Jungkook heran
James berdekhem sebelum berbicara.
"Aku ingin mengajakmu bertaruh Jungkook. Sangat simple, maksudku jika kau menang maka kau akan mendapatkannya, dan jika kau kalah maka aku lah yang akan memilikinya selamanya."
"Tunggu Jams. Apakah kau akan bertaruh berjudi denganku lagi?." Jungkook nampak sangat kebingungan. Itu mengundang gelak tawa dari james.
"Hahaha. Tidak Jungkook jika aku bertaruh judi denganmu lagi sudah ku pastikan bahwa aku akan kalah hari ini juga, aku mengakuinya." Kata James diselai tawa yang lucu baginya.
Jungkook juga merasa bertambah bingung berkali kali lipat, apa yang James bilang itu tak ada yang masuk dalam otaknya. Walaupun sebagian ia mengerti maksud James. Yaitu bertaruh dengan cara yang lain bukan dengan judi.
"Aku menginginkan kau memenuhi tantangangku Jungkook, jika kau ingin memiliki jam tangan ini."
Bagi Jungkook memiliki jam tangan itu tak ada apa-apanya untuknya sekalipun jam itu bisa mewujudkan keinginannya. Tetapi mendengarkan kata 'tantangan' membuat Jungkook jadi merasa Tetarik. Karena hidupnya ini sangat menyukai tantangangan apalagi tantangan itu bisa menaruhkan nyawanya Jungkook sangat menyukai itu.
Ia dengan pasti akan menganggukkan kepalanya hanya tantangannya sajalah yang ia inginkan. Bukan untuk mendapatkan hadiahnya saja.
"Baiklah apa itu?." Tanya Jungkook, James tersenyum ia tahu Jungkook menyukai penawarannya.
"Aku memiliki seorang putra ia masih berumur 25 tahun. Aku ingin kau dan putraku yang bertaruh."
Jungkook ingin mencegat perkataan James, tetapi James mencegahnya terlebih dulu.
"Kalian sama-sama belum menikah... Tujuanku mengajakmu bertaruh adalah aku ingin melihat mu dan putraku menang salah satunya."
Jungkook mengangkat alisnya bermaksud bertanya 'apa maksudnya? '
"Kalian bertaruh, ku beri waktu 2 tahun untuk itu kau harus pintar mengaturnya."
"Tantangan macam apa itu? Lama sekali?." Yah menurut Jungkook tantangan yang berwaktu 2 tahun sangatlah lama itu seperti tantangan yang seperti tak mampu Jungkook hadapi. Karena Jungkook lebih suka mendapat tantangan dengan waktu Singkat.
"Aku menantangmu untuk memiliki seorang anak laki-laki jungkook!, jika kau bisa aku akan memberikan jam ini untukmu. Dan jika kau tak bisa memberikannya dalam waktu 2 tahun itu maka kau akan kalah dan kau lah yang harus memberiku dan putraku hadiah."
Tantangan macam apa ini! Jungkook menggeram marah, apa barusan james meragukannya untuk tak memiliki keturunan? Jangan karena putra james itu lebih muda dari Jungkook hingga pria paruh baya itu secara tidak langsung Mengatainya tak laku? Atau lebih tepatnya belum menikah dan memiliki keturunan?
Oh tuhan ini bukan karena jungkook yang tak laku. Cuma ia belum beefikir untuk menikah jika masih banyak musuh disana.
"Bagaimana?."
"Jangan meledekku jams! Aku menerimanya!." Entah sejak kapan tangan jungkook sudah berada di kerah baju james.
Jungkook tak suka diremehkan, walupun james tak secara gamblang meremehkannya.
"Aku menerimanya! Lihat aku akan membuktikan bahwa aku akan lebih cepat dari anak mu itu james! Lihat nanti."
Jungkook melayangkan pukulan pada James, sehingga pria tua itu terbatuk batuk karena pukulan hebat pria berumur 28 tahun itu. James diam ia sekarang tahu bahwa jungkook tak suka ada yang meremehkanya.
"Kau setelah aku menang! Aku akan ke negaramu menagih janjimu! Yaitu tentang jam tangan itu!, cuih."
Jungkook meludahi james dengan angkuh, sehingga james mengumpat. Namun james sadar jika dia berada di wilayah jungkook hingga ia tak mungkin melawan pria itu.
Bahkan anak buah yang dibawa james tak menandingi anak buah dari jungkook.
"Baiklah jeon aku akan menepatinya jika kau berhasil!." James sebernarnya sangat menyesal telah menantang jungkook. Tetapi ia juga tak bisa membatalkannya jika nanti ia tak ingin dianggap palsu oleh jungkook.
"Aku akan menang!." Jungkook berucap sembari meninggalkan james yang tengah menatap pria itu tajam. Lalu dari arah berlawanan anak buah jungkook mengikuti jungkook dari belakang.
James menggeram ia harus merelakan jam tangan yang ia rampas dari mafia terbesar dari thailand ini. James bodoh! Ia mengumpat, jika jungkook menang jam ini akan hilang dari tangan nya! Lalu ia harus apa sekarang?
"Damn it jeon jungkook!."
******
Tbc.
Gimana lanjut?
Kalo lanjut votte and koment yah😄😚 See you ✋
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top