Malam dan Mahesa
Mahesa, kamu tidak perlu hal-hal yang mahal untuk membuat aku senang. Karena sejatinya, aku tidak menuntut banyak darimu.
***
Normalnya, bagi mahasiswa lain setelah masa-masa ujian berakhir mereka akan segera merencanakan akan melakukan apa untuk menghabiskan waktu liburan yang cenderung panjang. Seperti memilih destinasi wisata yang bagus untuk dikunjungi (hitung-hitung menambah pasokan foto bagus di feed Instagram), mengunjungi kerabat, pulang ke kampung halaman, atau hanya sekadar rebahan sembari menghabiskan stok tontonan film di rumah. Bagi anak-anak rajin, mereka akan mencari kegiatan yang lebih bermanfaat, mengambil khursus bahasa asing misalnya, menjadi relawan dan mengikuti pengabdian, atau sejenisnya.
Yang sial itu untuk mahasiswa yang tidak lulus di salah satu mata kuliah dan enggan mengulang di tahun berikutnya, mereka akan mengambil kuliah semester pendek selama sebulan dan harus kembali belajar untuk mengejar ketertinggalannya.
Hal itu tentu saja berlaku bagi Aruna. Selepas menjalani satu minggu pertama dengan ujian yang menguras otak, di minggu setelahnya ia harus merampungkan tugas-tugas akhir yang juga tidak kalah menumpuk. Jadi, manakala ia sudah berhasil mengumpulkan tugas akhir terakhirnya, gadis itu tidak bisa untuk tidak bersorak senang dan berakhir menuntut janji Lestari yang mengajak untuk menonton di bioskop.
Seru, sih. Seru sekali. Menghabiskan waktu bersama sahabat memang yang terbaik. Pun setelah menonton, ketiganya sepakat menghabiskan jatah uang untuk wisata kuliner di kawasan Malioboro sebelum berakhir dengana cara yang sedikit dramatis, mengingat ketiganya memutuskan untuk kembali ke kampung halaman masing-masing.
"Kapan mau balik Solo, Aruna?" Naomi bertanya sembari menarik selimut yang membungkus mereka bertiga.
Ketiganya memilih untuk menginap di rumah Naomi setelah menonton ulang Harry Potter untuk mengenang masa lalu katanya.
"Lusa kayaknya," jawab Aruna, "soalnya ortu masih ada di Bandung. Lagi ada kondangan keluarga di sana."
"Alah, dia sebenarnya itu mau nge-date sama Mahesa. Makanya sengaja pulangnya dilamain," ledek Lestari yang seketika dihadiahkan satu tinjuan pelan oleh Aruna.
Naomi terkikik geli. Dia memang sudah tahu perihal perasaan Aruna. Tentu saja setelah mencak-mencak lantaran menjadi orang terakhir yang tahu masalah ini. Ketiganya terbungkus di selimut yang sama. Memandang langit-langit kamar Naomi dengan guling yang menjadi penyekat antara mereka.
"Sukses terus ya, Aruna. Lanjutkan mudahan langgeng."
Aruna hanya tersenyum menanggapi. Lekas memeluk guling dengan mata yang terpejam. Enggan menjadi bahan ledekan dari sahabat-sahabatnya tersebut.
***
Gaya berpakaian Aruna tidak terlalu mencolok seperti yang diminta Naomi dan Lestari. Atau barangkali dia harus bernapas lega lantaran pagi tadi, Lestari sudah menuju stasiun beserta satu koper besar dan kardus yang berisi oleh-oleh untuk dibawa ke kampung halaman. Pun Naomi yang juga ada agenda berlibur besama dengan Baskara. Mengunjungi tempat-tempat hits di Yogyakarta katanya.
Jadi, kendati dua sahabatnya sejak tadi meraung-raung di grup chat agar Aruna menggunakan rok atau setidaknya dress dengan warna pastel supaya nampak manis, Aruna hanya memilih abai sembari meraih satu celana jeans untuk menutupi tungkai jenjangnya, yang disandingkan dengan tanktop yang dibalut hoodie berwarna pink. Lantas rambut panjangnya itu dikumpulkan menjadi satu untuk diikat dengan poni yang menutupi dahi. Tidak lupa meraih kacamatanya untuk ditenggerkan pada hidung demi kenyamanan pandang.
Oh, sepertinya saran yang hanya diikuti oleh Aruna dari dua sahabatnya itu hanya menggunakan riasan tipis sebelum ia berangkat. Tentunya setelah melakukan tahapan skin care pada wajahnya, gadis itu hanya membubuhi bedak dengan lipstik berwarna merah yang ia bubuhi tipis pada bibirnya.
Tampak natural dan setidaknya Aruna tidak terlihat pucat seperti jika ia tanpa riasan. Maka, setelah dinilai sudah cukup rapi. Pun manakala Mahesa yang katanya sudah menunggu di depan gerbang. Aruna tidak mempunyai pilihan lain setelah mengunci pintu kosan dan menghampiri pemuda tersebut.
"Ru, tau nggak kalau ternyata lagu location unknown itu enak banget di dengar pas lagi di jalan." Itu adalah topik pembahasan pertama yang dibawa Mahesa setelah mereka mulai melaju.
"Iya, kan? Aku sudah bilang kalau lagu itu enak didengar pas malam-malam. Dulu aku sering banget dengar sepulang dari rumah Naomi. Capek habis ngerjain tugas, terus dengar lagu itu sambil lihat jalanan malam-malam. Nggak tau kenapa, cocok saja."
"Iya," mengangguk setuju, Mahesa memiringkan wajah agar ucapannya bisa terdengar jelas Aruna, "Kayak nadanya yang sedikit melow, ditambah malam-malam kita jalan sambil bawa motor. Sudah kayak orang-orang menyedihkan yang ada di video-video klip musik gitu, Ru."
Aruna sontak tertawa lepas mendengar lelucon tersebut. Bahkan sampai menepuk punggung Mahesa yang ada di hadapannya. Menyahut setuju sekaligus membenarkan karena sejujurnya dia juga terkadang memikirkan hal yang sama, "Berarti kita sejak dulu termasuk orang-orang yang menyedihkan. Ya ampun, miris banget. Hidup, hidup."
Mahesa menimpali dengan tawa yang juga terdengar sekalipun sedikit sayup lantaran deru angin yang menyapa sepanjang motor yang melaju. Lantas, tidak membutuhkan waktu lama baginya untuknya menyenandungkan lagu tersebut, "Traveling places. I ain't seen you in ages. But I hope you come back to me. My mind's running wild. With you far away. I still think of you a hundred times a day."
Suara Aruna memang tidak sebagus Mahesa. Cenderung pas-pasan, kendati gadis itu tidak mempermasalahkannya. Lantaran di detik selanjutnya ia melanjutkan lirik yang dinyanyikan pemuda tersebut, "I still think of you too. If only you knew. When I'm feeling a bit down, I don't wanna pull through. I look over your photograph. And I think how much I miss you. I miss you."
"I wish I knew where I was. 'Cause I don't have a clue. I just need to work out some way of getting me to you. 'Cause I will never find love like ours out here. In a million years. A million years."
Aruna tidak tahu kenapa tiba-tiba ia merasa suasana yang tengah dibangun antara dia dan Mahesa sedikit berbeda. Kenapa pula mendadak keseruan dan tawa yang tadi diudarakan keduanya menjadi sedikit sendu lantaran irama lagu yang terdengar sengaja dibuat sedikit lebih lambat.
"My location unknown. Tryna find a way back home. To you again. I gotta get back to you. Gotta, gotta get back to you. My location unknown. Tryna find a way back home. To you again. I gotta get back to you. Gotta, gotta get back to you." Suara mereka saling beradu. Tergabung menjadi satu membentuk sebuah irama yang cukup bisa dikategrokan baik untuk diterima telinga masing-masing. Setidaknya, sekalipun suara Aruna pas-pasan dan tidak se-merdu Lestari, gadis itu nampaknya cukup terhibur lantaran bisa menyanyikan lagu yang disukainya bersama dengan pujaan hati. Terutama saat ia juga tahu bahwa Mahesa menyukai lagu yang sama.
Sekaligus, mencoba menyelipkan kode-kode dengan memberi penekanan di beberapa bagian lagu.
"I just need to know that you're safe. Given that I'm miles away. On the first flight. Back to your side. I don't care how long it takes. I know you'll be worth the wait. On the first flight. Back to your side."
Sepenggal lagu itu usai. Bersamaan dengan itu, Aruna masih berada di posisi semula dengan badan yang tercondong dan wajah yang nyaris mengenai bahu Mahesa.
"Ru," panggil Mahesa akhirnya.
"Ya?"
Menjeda sejenak untuk menampilkan senyum simpulnya, pria tersebut melanjut, "I just need to know that you're safe."
Aruna bukanlah perempuan yang lamban untuk menerima maksud pembicaraan lawannya. Pun berlagak polos seperti beberapa perempuan di luar sana yang menanyakan maksud pembicaraan kaum lelaki kendati dalam hati paling dalam mereka pun paham, hanya untuk memastikan saja apa yang ditangkapnya itu benar.
Kendati sayangnya, kisah Aruna tidaklah semudah itu. Seperti halnya Mahesa yang awalnya tampak abu-abu kendati kini si gadis tersebut sudah perlahan mengenal siapa sosok sebenarnya di balik senyum kotak itu. Namun, terbiasa dengan tingkah Mahesa yang penuh dengan rahasia di balik senyum dan sorot hangatnya, membuat Aruna juga terbiasa menebak sendiri terkait apa pun yang Mahesa ucapkan padanya. Dan ya, beruntungnya gadis itu adalah apa yang ditangkapnya selalu benar.
Termasuk, ketika Mahesa mengucapkan satu baris lirik lagu tersebut kepada Aruna. Kendati itu adalah sepenggal lirik saja, Aruna tahu bahwa ada sebuah maksud yang dibawa si pemuda. Sebuah arti dengan makna yang dalam di balik nada bicaranya yang tidak seriang saat mereka baru saja berangkat.
Motor mereka berhenti di depan restoran berlogo M, tempat yang cukup bagus lantaran es krim di sana adalah yang paling enak kata Mahesa.
"Jangan khawatir, Sa," Aruna menyahut dari belakang, menampilkan senyum hangatnya pada Mahesa saat ia sudah berhasil turun dari motornya dan melihat Mahesa yang sedang merapikan tatanan rambutnya di spion motor.
Ucapan Aruna menarik atensi Mahesa sejenak untuk melihat gadis tersebut. Masih dengan ekspresi yang sama, Aruna menepuk pundak Mahesa dua kali sebelum melanjut.
"Aku akan selalu baik-baik saja."
Ya, di depanmu. Aku harus tetap terlihat baik. Agar kita ... juga baik-baik saja.[]
yuhu, vote dan komentarnya yaa.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top