Larangan Mahesa
Atas setiap rasa yang aku limpahkan padamu, apa itu semua termasuk sebuah kesalahan?
***
Memasuki tempat makan dan memilih duduk di pojokan pada lantai dua, dengan pandangan langsung mengarah pada area parkir serta jalan raya di balik kaca bening sebagai pembatas. Aruna tersenyum manakala Mahesa hadir setelah beberapa menit yang lalu pergi mengambil saus dengan dua varian rasa untuknya, pedas dan manis.
"Kamu nggak sekalian beli makan malam?"
Menggeleng singkat dan meraih es krimnya, Mahesa menjawab, "Nggak, aku sudah makan dulu tadi di kosan. Biar nggak boros, jadi cuma beli es krim saja."
Aruna menyondorkan kentang gorengnya, "Ini makan bareng. Lagian aku beli yang big size biar kita bisa bareng," ucapnya, Mahesa hanya mengangguk.
"Ya ampun, akhirnya bisa makan es krim ini. Enak banget." Aruna tertawa kecil, melihat Mahesa yang tengah menghela napas puas dengan kepala yang menengadah, mata yang tertutup meresapi setiap rasa yang ia cecap di lidahnya.
"Kenapa nggak pakai toping yang banyak?"
Menggeleng pelan, ia kembali menyendokkan es krim ke mulutnya, "Nggak suka toping yang macam-macam. Enakan satu rasa saja pakai saus cokelat gini. Kalau kebanyakan malah aneh, rasa ori-nya hilang."
"Sudah kayak barang saja pakai ori-ori segala," cibir Aruna, kembali menggigit burgernya.
Menikmati sejenak waktu sesaat untuk menghabiskan makan, setelah menyeruput beberapa tegukan cola miliknya, Aruna meremas bungkusan burger yang telah tak bersisa menjadi buntalan kecil. Lantas mengambil es krim oreo kesukaannya sebelum kembali mengudarakan tanya. Di hadapannya, Mahesa tengah menikmati es krim keduanya, "Aku jadi penasaran, deh. Kenapa kamu suka banget makan es krim, sih?"
"Apa, ya?" Mahesa berpikir sejenak, nampak menimang jawaban sebelum meraih tisu untuk mengelap sudut bibirnya, "karena es krim rasanya manis, hehe. And it makes me feel better."
Aruna terkekeh kecil, jawaban yang sedikit kekanakan menurutnya. Namun sekalipun begitu, ia hanya mengangguk menanggapi.
"Hidup itu sudah pahit, Ru," Mahesa kembali berujar, mengambil kembali atensi penuh gadis itu untuk mendengarkan penuturannya, "Kadang, kalau aku benar-benar muak sama hidup dan lelah seperti dulu-dulu. Makan es krim membuatku ingat, bahwa setidaknya di dunia ini masih ada sesuatu hal yang manis dan bisa di nikmati."
Aruna mengangguk mengerti, "Sama, aku juga kadang kalau capek suka cari sesuatu yang manis. Kayak baca novel-novel yang ringan konfliknya atau nonton drama-drama Korea yang romantis. Bikin mood naik saja, sih," ucapnya.
"Nah itu dia. Cuma aku kan nggak begitu suka nonton begituan. Nggak ada waktu. Ya sesekali sih bisa, tapi kalau sudah sampai kosan maunya langsung istirahat saja. Sudah capek banget soalnya. Jadi, kadang kalau pulang kerja atau pulang belajar malem dari rumah Naomi, mampir sebentar buat beli es krim."
Aruna mengangguk. Ia juga sesekali mendesah puas lantaran rasa manis bercampur oreo itu berkumpul jadi satu di lidahnya. Seperti halnya Mahesa, ini pertama kali setelah sekian lama mereka tidak makan di restoran tersebut. Biasa juga membeli es krim di minimarket. Pun pembicaraan selanjutnya mengalir begitu saja, dengan kentang goreng yang sudah semakin sedikit dan hanya menyisakan bungkusan kosong yang disatukan Aruna bersama dengan sampah lainnya.
"Besok mau balik Solo?"
Aruna mengangguk, "Kayaknya balik sekarang pakai kereta saja, deh."
"Lho, kenapa? Kita libur hampir dua bulan, lho."
"Motor biar ditinggal di sini. Capek saja bawa motor ke sana."
"Jogja-Solo dekat lho, Ru. Nggak jauh-jauh amat."
"Pengin refreshing saja, Sa," sahut Aruna. Ia meletakkan gelas es krimnya yang telah habis, "sudah lama nggak naik kereta. Pengin lihat pemandangan saja dari jendela kereta. Bagus kan, tuh. Lagian sama saja, di rumah itu motor nganggur soalnya orang rumah sudah punya kendaraan masing-masing. Aku anak rumahan, jarang keluar."
Jeda sejenak mereka tidak membuka pembicaraan apapun. Aruna membuka ponselnya untuk membalas pesan dari Bapak yang menanyakan kesiapan gadis tersebut pulang. Perihal apakah barang-barangnya sudah ditata dengan baik dan pesanan orang rumah sudah terbeli, serta mengingatkan agar jangan lupa untuk istirahat yang hanya dibalas secukupnya. Di sisi lain, mereka juga memberikan waktu agar makanan yang baru saja dikonsumsi tersebut bisa dicerna sempurna lantaran Aruna sudah cukup kenyang.
"Ru."
"Ya?" melirik sejenak, setelah menekan tombol kirim, gadis tersebut meletakkan ponselnya di atas meja sebelum kembali memusatkan perhatiannya pada Mahesa.
Pemuda tersebut tersenyum simpul, "Semester ini, benar-benar berat buat aku. Makasih, ya. Sudah nemanin aku dan jadi pendengar semua cerita-ceritaku. Makasih sudah jadi sahabatku."
Aruna mengangguk. Baru saja hendak menanggapi kalau saja Mahesa tidak cepat-cepat menambahkan.
"Dan, Ru. Aku boleh minta sesuatu sama kamu?"
Aruna kembali mengangguk tanpa pikir panjang, "Apa?"
"Tolong jangan jatuh cinta sama aku. Tolong ... tolong sekali jangan melibatkan perasaan apapun di sini." Aruna masih memandang lurus tatkala Mahesa yang nampak masih ingin melanjutkan pembicaraan. Menahan sejenak perih dalam dada yang ia rasakan. Gadis tersebut masih sabar manakala Mahesa membasahi labiumnya sejenak seraya berkata kalem, "Aku hanya nggak mau kehilangan kamu, Aruna."[]
***
vote dan komentarnya gaisss
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top