[Bonus] Pesan Rahasia Mahesa

Halo, ini Mahesa.
Tidak, jangan terkejut. Ini bukanlah apa-apa. Hanya sebuah pesan yang ingin aku sampaikan, dan barangkali tidak akan pernah sampai kepada Aruna Lilian.

Jika kalian bertanya, lalu untuk apa aku menulis pesan ini saat tidak berniat menyampaikan secara langsung. Maka jawabannya adalah, aku memegang sebuah prinsip yang mengatakan "ada beberapa hal di dunia ini yang lebih baik dipendam dan tetap menjadi rahasia"

Halo, Aruna. Pesan ini tentu saja untuk kamu. Perempuan yang ku kasihi. Perempuan hebat yang dimana aku merasa beruntung bisa dekat dengannya.

Jika ada satu orang yang patut diberikan apresiasi luar biasa. Bahkan seribu kata terimakasih pun tidak akan cukup. Maka kamu adalah orangnya.

Kamu masih suka dengar lagu sambil bawa motor nggak,Ru? Kebiasaan, sebenarnya itu nggak baik. Bahaya. Tapi sialnya, pas aku nyoba juga malah jadinya ketagihan. Ternyata pakai earphone sambil dengerin lagu dari playlist-mu itu nagih banget. Lagu-lagumu sesuai sama seleraku.

Inget banget waktu kita nyanyi berdua di atas motor. Location unknown-nya honne. Kayaknya itu bakalan jadi lagu kebangsaan kita, deh. Itu udah lama nggak, sih? Lama banget waktu kita masih seseru itu dulunya.

Maaf tiba-tiba saja membawamu untuk membahas terkait yang lalu. Tapi memang itu sangatlah berkesan.

Ru, pertemuan terakhir kita ... benar-benar tidak baik, ya.

Kamu menangis. Karenaku.

Dan bodohnya aku merasa sangat tidak berguna karena tidak tahu harus melakukan apa.

Orang yang sangat berharga bagiku nyatanya terluka.

Ya, Ru. Kamu berharga. Kamu sangatlah berharga. Sama seperti kamu yang menganggap aku berharga.

Tapi sayangnya, aku yang merasa tidak pantas untuk menjadi orang yang kamu anggap berharga.

Kamu terlalu hebat. Terlalu luar biasa. Pun kamu terlalu baik untuk pemuda sepertiku yang bukanlah apa-apa. Untuk orang sepertiku yang belum bisa menjanjikanmu apapun. Untuk orang sepertiku yang tidak bisa memberikan apa inginmu.

Katamu, cukup dengan hal sederhana saja, kamu bisa bahagia. Namun, Ru. Sekalipun kamu tidak masalah, tapi di sini aku yang merasa tidak baik-baik saja.

Di saat teman perempuanmu yang lain bahagia untuk berjalan-jalan dengan kekasihnya ke Tempat-tempat bagus, menonton di bioskop saat akhir pekan, berbincang di kafe mahal, dibelikan hadiah ulang tahun yang tidak murah. Kamu justru tidak masalah dengan secangkir kopi susu minimarket, es krim dengan harga yang tidak lebih dari sepuluh ribu, serta jalan-jalan modal bensin seminggu untuk mengelilingi kota.

Tidak. Aku tidak bisa terus-terusan begitu. Orang berharga sepertimu berhak untuk mendapatkan yang jauh lebih baik dari itu.

Dan percayalah, banyak pria di luar sana yang bersedia untuk memberikanmu itu,Ru.

Malam itu, harapku adalah kamu lekas membaik. Lekas sembuh dari luka yang kucipta. Dan lekas mencari sebuah alasan lain yang bisa menjadi sebabmu untuk kembali bahagia.

Biarlah hanya aku yang menahan dan memikul semua sakitnya. Biarlah hanya aku yang terus dihantui rasa bersalah dan sesal karena telah menyakiti perempuan yang sangat berharga sepertimu.

"A-apa ... ada perempuan lain?"

Dan biarlah aku satu-satunya pihak yang menanggung sesal atas kebohongan yang kuucapkan sebagai bentuk jawaban atas pertanyaanmu, Aruna.

Kamu perempuan yang baik. Aku tidak berani untuk menjanjikan atau sekadar memberi sebuah harapan. Tidak atau kamu akan semakin terluka.

Pada akhirnya, aku bisa sedikit bernapas lega. Setelah sekian banyaknya waktu yang aku berikan agar kamu bisa lekas membaik. Setelah sekian lamanya masa yang tidak aku usik semestanya.

Seulas senyum simpul dengan lesung pipi samar, pun dua tulang pipi yang merangkak naik itu akhirnya terlihat. Rambutmu yang dipotong lebih pendek. Kendati begitu, Aruna Lilian seperi halnya namamu, kamu masihlah menjadi bunga liliku yang paling cantik.

Kamu berjalan dengan penuh percaya diri seperti biasa. Masih dengan riasanmu yang memoles wajah itu menjadi semakin menawan. Masih dengan senyum lebar yang kamu tunjukkan ke orang lain. Masih dengan leluconmu yang disambut hangat. Masih dengan tawamu yang meramaikan suasana. Masih dengan segala tipikal khas Aruna yang aku kenal dengan baik.

Kamu terlihat baik-baik saja.

Adapun dibalik itu semua, saat kamu sedang sendiri tanpa ada banyak orang yang melihat, aku harap kamu tetap begitu. Jangan sampai kamu bernasib sama sepertiku.

Ru, aku bersyukur karena kamu dikelilingi oleh orang-orang baik. Aku bersyukur karena kamu dikelilingi oleh orang-orang yang peduli padamu. Serta aku bersyukur karena kamu dilimpahi dengan banyaknya kasih, sayang, serta cinta dari keluarga dan sahabatmu. Jadi, ketika kamu sudah kehilangan satu cinta dariku. Kamu nggak perlu khawatir, karena sejatinya kamu pun dilimpahi banyak kasih sayang.

Maafkan aku, Aruna.

Maaf atas pedulimu yang kubalas acuh, maaf atas nasehatmu yang kuremehkan, maaf atas keingintahuanmu yang kubalas penasaran, maaf atas perjuangan dan penantianmu yang ku balas lelah, maaf karena aku tidak bisa mengobati perihmu sama seperti ketika kamu mengobati perihku.

Dan maaf atas segala kasih yang ku balas perih.

Ru, terimakasih karena telah memperlihatkan padaku bahwa masih ada orang-orang yang baik di dunia ini.

Aruna. Untuk bahagiamu saat ini, ku pikir itu sudah lebih dari cukup. Kamu bahagia, maka aku pun merasa lega.

Maaf ya, Ru. Karena sampai saat ini pun aku masih menjadi seorang pengecut dengan banyaknya rahasia yang aku simpan rapat darimu. Tidak etis sekali rasanya jika aku kembali menyinggung dan mengangkat kembali topik yang mengandung luka untuk hadir di antara kita. Tidak. Aku tidak akan pernah kembali membawa kembali luka itu untuk hadir diantara kita.

Jadi, biarlah perihal aku dan perasaanku yang tetap aku simpan rapat untuk diriku sendiri. Karena kamu pun berhak untuk bahagia.

Kini, kamu sudah memiliki bahagiamu, Aruna. Kamu sudah baik-baik saja. Dan aku tidak berhak untuk merusak itu semua.

Ditulis saat malam hari sambil mendengarkan lagu favoritmu.

-Mahesa Renaldy

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top