PROLOG
Yok vote dulu.
Simpan di library untuk baca kelanjutannya.
Lebih hot dari Karna dan Pradnya kok.
==========================================
BAGIAN
PROLOG
==========================================
"Total bunga dan angsuran kredit yang harus dibayarkan bulan ini adalah empat ratus lima puluh juta rupiah."
"Ditambah denda lima juta rupiah karena tak membayar sesuai tanggal seharusnya."
"Sisa kredit tunggakan bulan lalu sebesar empat ratus lima puluh lima juta rupiah."
"Akumulasi keseluruhan adalah sembilan ratus juta sepuluh juta rupiah."
Snana Jayanegara memberikan penekanan pada setiap kata, mempertegas maksud.
Dan sudah pasti dapat dipahami Mahayusa Whibawa yang duduk di kursi meja kerja kebesarannya. Pebisnis itu tampak tegang.
"Bagaimana, Pak Yusa? Apa Bapak akan melunasi semua tunggakan bulan ini?"
Snana meminta konfirmasi.
"Saya minta penangguhan kembali."
"Akan saya usahakan akhir bulan untuk melunasi semua kredit yang belum lunas."
Reaksi pertama Snana adalah gelengan.
"Maaf, Pak Yusa. Kami tidak bisa."
"Sesuai kontrak perjanjian pinjam, para kreditur hanya diberikan kompensasi dua bulan menunggak pembayaran."
"Setelah itu, sisa kredit harus dilunasi ke Bank JN sebagaimana semestinya."
Snana melihat raut ketegangan yang kian kentara pada wajah tampan Mahayusa.
Ekspresi yang tak asing dihadapi karena hampir semua kreditur bermasalah Bank JN menunjukkan reaksi seperti ini.
"Bagaimana, Pak Yusa."
"Tolong pertimbangkan lagi, Bu Direktur. Saya akan berusaha melunasi di akh-"
"Sebagai wakil direktur utama Bank JN, tentu saya tidak membantu Anda, Pak."
"Namun sebagai Snana Jayanegara, yang memiliki 5% saham Bank JN, saya bisa membantu Anda dengan syarat tertentu."
Mahayusa mengubah ekspresi. Pebisnis itu tampak kebingungan sekaligus penasaran akan kata-katanya. Mata tak bisa berdusta.
"Secara pribadi, saya akan membantu."
"Akan saya lunasi kredit Anda yang masih tersisa sepuluh milyar di Bank JN."
"Saya juga akan meminjamkan uang saya untuk ekspansi bisnis-bisnis Anda."
"Tentu dengan syarat tertentu." Snana pun menekankan apa yang diinginkannya.
"Syarat apa?"
"Pak Yusa harus menikah dengan saya."
Snana menyeringai. Upaya menunjukkan pada Mahayusa seberapa besar diinginkan kesepakatan terjadi di antara mereka.
"Ah, pasti Pak Yusa akan bertanya kenapa saya ingin Pak Yusa menjadi suami saya?"
"Hmm, karena saya menyukai Pak Yusa. Saya ingin menikah. Lalu, membangun keluarga bahagia dengan Pak Yusa."
Oh tentu saja semua yang Snana katakan adalah kebohongan belaka. Ia jelas tidak akan mengungkapkan kebenaran.
Alasannya mengincar Mahayusa Wibhawa tentu saja karena pria itu adalah anak tiri kesayangan ibu kandungnya.
Telah disusun skenario apik menciptakan sejarah lama yang dilakukan orangtuanya.
Menikah, melahirkan anak, lalu pergi dari rumah tangganya seperti yang diperbuat oleh sang ibu kandung dulu.
Luka masa kecilnya belum bisa sembuh. Ia ingin mengulang semua dengan akhir yang sama pula. Kenapa tidak bisa?
Mahayusa adalah jawabannya.
"Bagaimana dengan tawaran saya, Pak Yusa? Apa Anda mau menerimanya?"
"Tidak akan ada kesempatan kedua jika Anda berpikir menolak kesepakatan kita."
"Saya seorang pengusaha yang nyaris saja akan bangkrut. Kamu tidak masalah?"
Snana pun menggelengkan kepala segera sembari menambah lebar seringaian.
"Jelas tidak menjadi masalah."
"Justru saya akan membuat Pak Yusa jadi lebih kaya." Snana berkata mantap.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top