Prekuel IV : Berbadan Dua (21+)


==========================================

PREKUEL 04

BERBADAN DUA 

(21+]

==========================================

Saat merasakan satu sentakan kuat yang dilakukan sang suami di bawah sana, lekas dieratkan cengkraman pada tubuh basah Mahayusa. Pria itu juga melakukannya.

Mereka sudah saling mendekap erat, saat pelepasan diraih oleh sang suami. 

“Trims, Sayang.”

“Love you.”

Snana ingin sekali bereaksi biasa saja atas ucapan-ucapan Mahayusa yang senantiasa dilontarkan setelah selesai bercinta.

Tak hanya menunjukkan kemesraan lewat kata-kata, pria itu juga sudah melilitkan kedua tangan pada tubuh telanjangnya.

Mahayusa telah berpindah ke sebelahnya. Dan artinya percintaan mereka berakhir.

Sang suami pun mulai memejamkan mata selepas mendaratkan sebuah ciuman pada keningnya. Mahayusa seperti akan tidur.

Tentu sebelum pria itu terlelap, ia harus menyampaikan kabar rentang dirinya yang telah berbadan dua. Positif mengandung.

Ya, tadi siang ia sudah melakukan tes uji kehamilan dengan beberapa alat. Semua hasil menunjukkan dirinya mengandung.

Tentu saja keberhasilan berbadan dua ini, patut dirayakan karena memang sudah ia targetkan sejak pertama kali bercinta.

Hanya butuh sebulan pasca menikah untuk bisa hamil darah daging Mahayusa.

Jadi, tinggal menunggu hingga bayinya lahir, delapan bulan lagi, barulah akan ia mulai rencananya satu demi satu. 

“Mas?”

Panggilan dilakukan guna memastikan jika Mahayusa belum tidur. Ia harus memberi tahu pria itu tentang kehamilannya.

Dan sang suami berdeham pelan.

Saat Mahayusa membuka mata, ia lekas menyunggingkan senyum palsunya seraya membawa tangan ke wajah pria itu.

Membelai-belai pipi sang suami lembut.

“Aku punya kabar gembira, Mas.”

“Apa, Sayang?”

“Aku hamil.” Snana berucap mantap.

Disaksikannya dengan saksama perubahan raut wajah sang suami. Mata Mahayusa jadi lebih melebar memandang dirinya.

“Hamil? Kamu serius?”

“Iya.” Snana menjawab singkat saja. Ia tiba-tiba kehilangan niat berakting untuk menunjukkan kebahagiaan telah hamil.

Berbeda dengan Mahayusa yang semakin jelas memerlihatkan kegembiraan.

Pria itu memeluknya lebih erat.

Lalu, membisikkan kata-kata sarat rasa syukur di telinganya. Aksi sang suami tentu membuatnya merasakan keanehan.

Haru dan semacam kenyamanan.

Sial, ia tak boleh terlena dengan perasaan pria itu. Harus tetap berpegangan pada semua rencana yang telah dirancangnya.

Kehamilan ini adalah awal untuk membuat Mahayusa hancur. Jadi, ia tak bisa lengah.

“Snana?”

“Hm, kenapa, Mas?”

“Makasih, Na. Makasih sudah kasih aku anak secepat ini. Aku bahagia.”

Snana menyeringai sinis. 

“Mas bahagia akan punya anak?” 

“Aku bahagia, Sayang.”

“Hadiah terbaik dari Tuhan untuk kita.”


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top