BAB 18


Yok bantu vote dulu.

Yok kalau bisa tembus 60 votes part ini, bab 19 akan dipost malam ini yaa.

Yok vote, vote.

==========================================

BAGIAN

DELAPAN BELAS (18)

==========================================

Jika saja tak ada panggilan masuk, ia tidak akan keluar dari ruangan inap.

Tak mungkin menerima telepon di dalam dan mengganggu Snana yang beristirahat.

"Selamat malam, Pak Karna." Mahayusa menyapa kakak iparnya, ketika panggilan sudah tersambung di antara mereka.

Ya, yang menghubunginya adalah Karna Jayanegara, saudara kandung sang istri.

Bankir itu langsung bertanya soal kejadian menimpa Snana. Dan tentu akan dijawab.

"Benar, Snana mengalami pendarahan tadi di apartemen." Mahayusa memberi tahu.

"Dia kelelahan sehingga pendarahan."

"Sekarang Snana sudah di rumah sakit."

"Kata dokter, kondisi Snana sudah stabil, walau harus dirawat selama dua hari untuk observasi lebih lanjut," terangnya.

Mahayusa tentu harus menjelaskan semua pada kakak iparnya soal kejadian yang menimpa Snana beberapa jam lalu.

Sampai saat ini, ia belum bisa berdamai akan rasa cemas karena keadaan istrinya.

Walau wanita itu sudah sadar dan tampak lebih membaik, dibanding ketika dibawa ke rumah sakit tadi dengan kondisi lemas.

Jika sampai terlambat dalam penanganan, mungkin situasinya menjadi genting untuk sang istri yang pendarahan cukup banyak.

Syukurnya semesta masih bermurah hati dalam ikut handil memberikan kemudahan kesembuhan bagi Snana. Tuhan amat baik.

"Saya pasti akan menjaganya, Pak," jawab Mahayusa cepat atas permintaan Karna Jayanegara menjaga Snana dengan baik.

Lalu, sang kakak ipar memberi tahu baru akan bisa datang beberapa hari lagi sebab masih mengikuti agenda-agenda bisnis.

"Baik, Pak Karna, tidak masalah."

Hening sebentar berlangsung. Tak ada dari dirinya maupun sang ipar yang bicara lagi.

Beberapa detik kemudian, obrolan dimulai kembali oleh Karna Jayanegara.

Pria itu berkata akan mengakhiri telepon karena harus menghadiri pertemuan.

"Ada yang ingin saya sampaikan, Pak."

Mahayusa merasa inilah momen tertepat mengungkap masalah keluarga, mengingat ia tak cukup punya kesempatan bicara di telepon dengan Karna Jayanegara.

Dan sang ipar pun bertanya.

"Saya mengirim dokumen penting yang berisi informasi penting ibu kandung Pak Karna dan juga Snana, yang saya tahu."

"Setelah Pak Karna menerimanya, saya akan menjelaskan lebih lanjut."

Mahayusa lumayan tegang membahas hal ini, namun memang harus disampaikan.

Karna Jayanegara di ujung telepon hanya berdeham pelan, tanpa berkomentar apa pun. Dan jika saja diajukan pertanyaan oleh sang ipar, ia akan bersedia menjawab.

Sayang tak begitu respons diterima.

Bahkan, panggilan diakhiri kakak sang istri segera, seperti dikatakan tadi.

Tentu tinggal ditunggu dokumen diterima oleh Karna Jayanegara untuk tahu reaksi iparnya bagaimana soal kebenaran ini.

Jelas, ia mengharapkan penyelesaian yang terbaik untuk semua anggota keluarganya.

Terutama kebahagiaan dapat menyatukan mereka setelah puluhan tahun berpisah.

Tinggal sang ibu tiri dan Snana yang perlu ia beri tahu. Namun mengingat keadaan istrinya belum bagus, akan diurungkan.

Setidaknya sampai Snana pulih.

Tak ingin ditambah beban pikiran sang istri yang bisa membuatnya pendarahan lagi. Ingin dilihat Snana ceria seperti dulu saat hubungan mereka harmonis.

=================

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top