BAB 16


yok vote sebelum baca.





==========================================


BAGIAN

ENAM BELAS (16)


==========================================




"Cuma empat perusahaan yang berminat invest di pabrik tekstil kita, Kak."

"Mereka langsung tanda tangan kontrak dan akan kasih modal sepuluh juta dollar, dengan return sepuluh persen setahun."

"Tujuh perusahaan masih bilang mereka akan mempertimbangkan. Sisanya, empat lagi, batal berinvestasi di pabrik kita."

"Alasannya karena birokrasi hukum untuk investor asinh di negeri kita, masih belum sesuai dengan keinginan mereka."

"Gue juga tolak karena malas negoisasi dengan mereka yang mau untung doang."

"Cukup fokus dengan empat investor itu sambil menunggu yang lain. Bagaimana?"

Mahayusa menunjukkan kesetujuan lewat anggukan saja, tak perlu berkomentar. Ia sudah percaya dengan kinerja Mahayasa.

Tak hanya adik laki-lakinya ini, saudari bungsunya juga menuntaskan tugas yang diberikan dengan eksekusi sangat baik.

Tentu akan diberikan bonus untuk mereka.

"Gue ke Indo nanti malam."

"Oke." Mahayusa menanggapi cepat atas apa yang disampaikan sang adik.

"Gue mau bahas masalah lain."

"Soal?" tanggap Mahayusa cepat.

"Anak-anak kandung Mama."

Jawaban Mahayasa cukup mengagetkan, sebab tak menyangka akan didapatkannya informasi ini dalam diskusi kerja mereka.

Pencarian setahun belakangan soal masa lalu Ibu Pratiwi membuahkan hasil?

"Karna dan Snana Jayanegara."

"Apa?" Mahayusa bertanya segera sebab tak memahami jawaban Mahayasa.

Sang adik kemudian menyerahkan sebuah dokumen yang halamannya cukup tebal. Ia menerima, namun tidak membukanya.

"Mereka anak-anak kandung Mama, Kak."

"Gue bingung jelasin semua. Pokoknya informasi lengkap ada di laporan ini."

"Ada rangkuman hasil-hasil investigasi dari Mr. Lee dan juga bukti tes paternitas."

"Tes DNA Pak Karna, Snana, dan Mama."

Mahayasa menunjuk-nunjuk ke dokumen yang sudah berada di tangannya.

Dan ia sendiri masih terbelenggu oleh rasa terkejut karena benar-benar tak percaya.

"Lo kaget, Kak? Sama gue juga."

"Enggak nyangka gue, anak-anak Mama di sekitar kita selama kita."

"Gue bakal cerita dikit soal pertemuan gue dengan mantan asisten pribadi Halisani Jayanegara yang gue temui di New York."

"Dia tahu kisah Mama kita dan Dirgantara Jayanegara. Dia kerja sepuluh tahun untuk Halisani dan Putran Jayanegara."

Dirgantara Jayanegara adalah ayah Snana, yang sudah tiada sejak istrinya kecil.

Lalu, Putran Jayanegara merupakan kakek Snana juga telah meninggal. Dan tinggal nenek tiri wanita itu, Halisani Jayanegara.

"Intinya, Dirgantara dan Mama kita dulu menikah diam-diam karena enggak dapat restu. Sampai Mama hamil Pak Karna."

"Setelah Pak Karna lahir, mereka akhirnya dipisahkan. Dirgantara dikirim ke US."

"Entah bagaimana bisa, mereka balikan lagi. Mama hamil istri lo diluar nikah."

"Puncaknya, Mama disingkirkan secara paksa dan dibuat hilang ingatan."

"Begitulah cerita aspri Halisani, Kak."

Mahayusa sudah memahami semua yang disampaikan sang adik. Dan kepalanya jadi kian pening menerima kenyataan ini.

Pikiran mulai berkelana ke masa lalu.

Ya, lima tahun lalu, saat sang ayah sudah resmi bercerai dengan Ibu Pratiwi Sasia. Ia diberi tahu soal rahasia ibu tirinya itu.

Terkhusus dugaan soal bahwa Ibu Pratiwi pernah melahirkan di masa lalu, sebelum sang ayah mempersunting menjadi istri.

Bekas-bekas luka jahitan operasi sesar jadi bukti utama yang membuat ayahnya yakin.

Dan sudah sempat ditanyakan pada Ibu Pratiwi beberapa kali, selama hampir dua puluh lima tahun mereka menikah.

Sang ibu tiri mengaku lupa semua masa lalunya, termasuk pernah melahirkan anak. Memorinya ingatan benar-benar kosong.

Dan ayahnya tentu percaya akan seluruh pengakuan Ibu Pratiwi yang memanglah mengalami amnesia permanen.

Ya, sang ibu tiri mengonsumsi jenis obat keras dan juga terlarang yang berfungsi mengacaukan saraf-saraf ingatan, sehingga menghapus semua memori di dalam otak.

Bahkan, identitas diri pun tak diketahui.

Sang ayah perlu beberapa bulan untuk bisa mencari tahu nama dan kewarganegaraan Ibu Pratiwi, dengan bantuan jasa detektif swasta yang terbatas pada waktu itu.

Awal pertemuan sang ayah dengan ibu tirinya terjadi di rumah sakit. Kala itu, Ibu Pratiwi dirawat karena ditemukan di jalan raya dengan keadaan yang sekarat.

Butuh pemulihan hampir tiga minggu bagi Ibu Pratiwi sampai benar-benar sehat. Dan ayahnya bertanggung jawab penuh sebagai dokter yang membantu ibu tirinya sembuh.

Semula hanya rasa iba dan kasihan, namun pada akhirnya sang ayah jatuh cinta. Lalu memutuskan menikahi Ibu Pratiwi.

Sempat dikira jika pernikahan orangtuanya akan bertahan selamanya, mengingat sang ayah pernah gagal berumah tangga.

Namun, lima tahun silam, justru dilakukan perceraian dengan gugatan dari sang ayah.

Saat tahu, ia begitu marah dan kecewa.

Ibu Pratiwi sangatlah disayanginya seperti orangtua kandung. Berat akan berpisah.

Namun setelah tahu lagi akan alasan sang ayah cerai karena mengidap sakit kanker dan tak ingin menyusahkan ibu tirinya, ia bisa menerima keputusan yang dibuat.

Meski orangtuanya berpisah, nyatanya Ibu Pratiwi tetap peduli dan merawat ayahnya hingga akhir hayat. Ibu tirinya sangat baik.

Sebelum benar-benar berpulang, ia diberi tugas oleh sang ayah untuk menemukan anak-anak kandung dari ibu sambungnya.

Tentu amanat ini langsung dilakukan.

Walau butuh dua tahun pencarian karena informasi yang terbatas. Tak bisa hanyalah sendirian menggali masa lalu. Mesti juga melibatkan agensi detektif swasta asing yang berpengalaman dalam hal ini.

Kini, semua fakta telah ditemukan.

"Kak?"

"Kak Yusa?"

Panggilan Mahayasa direspons lekas lewat dehaman pelan. Ditatap lekat sang adik.

"Siapa yang akan beri tahu Mama tentang kebenarannya? Gue atau lo, Kak?"

"Gue." Mahayusa mengambil tanggung jawab seharusnya sebagai anak sulung.

Dan Mahayasa menyetujui.

"Ada satu rahasia lagi mesti gue bongkar."

"Soal?" Mahayusa menjadi curiga.

"Lo ingat gue pernah cerita ada wanita muda misterius yang datangi rumah Mama kita secara beruntun dua hari?"

Mahayusa mengangguk cepat.

Jelas ia masih ingat. Bahkan dimintanya Mahayasa untuk mencari tahu. Tapi baru kembali dibahas sang adik sekarang.

"Wanita itu Snana, Kak."

"Gue udah tahu lama. Dan, sorry, sengaja gue rahasiakan karena gue belum tahu apa motif istri lo ke rumah Mama kita, Kak."

"Gue baru bisa tarik kesimpulan, setelah gue tahu fakta Snana anak Mama kita."

"Apa motif istri gue?" Mahayusa jelas harus tahu kenapa Snana melakukannya.

"Snana mencari ibu kandungnya."

"Selang beberapa bulan setelah dia ke sana, lo malah menikahi Snana, Kak."

"Belum lagi dia akhir-akhir ini berulah dengan pergi ninggalin anak kalian."

"Ada yang aneh sama istri lo, Kak. Gue kira itu ada hubungan dengan Mama."

================

Hahaha. gimana, gimana? Masih ada yang bingung?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top