BAB 15
Yok vote sebelum baca.
==========================================
BAGIAN
LIMA BELAS (15)
==========================================
"Hufhh." Snana membuang napas dalam upaya menghalau rasa tegangnya.
Sedangkan, kedua tangan masih dengan melakukan serangkaian gerakan memijat di kaki kiri Ashan Tungga Whibawa.
Snana berusaha melakukan dengan benar, sesuai akan apa yang beberapa bulan lalu dirinya pelajari dalam kelas prenatal.
Setiap gerakan masih diingatnya, namun karena baru pertama kali praktik langsung ke Ashan, ia tentu saja menjadi gugup.
Tetap ada kekhawatiran jika salah dalam melakukannya, walau saat hamil, ia sudah puluhan kali belajar dengan instruktur.
Dan ketika mendengar rengekan Ashan, rasa panik pun muncul di dalam dirinya.
Dihentikan pula pijatan.
Lalu, mengambil sang buah hati untuk ia gendong agar rengekan Ashan mereda.
"Maaf." Snana bergumam tepat di telinga bayinya dengan segenap rasa bersalah.
Harusnya tadi tak coba-coba.
Dirinya belum terlalu berbakat, walaupun telah mempelajari teknik-tekniknya.
"Maaf, Sayang," gumam Snana sekali lagi seraya mengusap-usap sayang punggung sang buah hati guna menenangkan.
"Maaf, Sayang, maaf."
Perasaan Snana semakin tak tenang karena tangisan Ashan belum mereda, walaupun tidak tambah mengencang juga.
Snana memutuskan untuk memberikan sang bayi ASI. Mungkin saja Ashan lapar.
Segera dibawa diri dan putra kecilnya ke kursi malas. Tempat paling nyaman untuk diduduki saat sedang menyusui.
Diposisinya diri sebagus mungkin agar bisa dengan aman melakukan DBF pada sang putra. Baru kemudian, memulai sesi menyusui yang disambut cepat Ashan.
Buah hatinya dengan tak sabaran dalam mengedot puncak payudara kirinya. Tanda jika Ashan memang tengah lapar.
Tangisan sang bayi pun mereda seketika.
Dan tentu membuat Snana merasa lega karena bukan aksi memijatnya tadi yang membuat putra kecilnya kesakitan.
"Banyak-banyak mimik, ya, Ashan."
"Mama mau lihat Ashan cepat gede dan gembul. Harus jadi anak yang sehat."
"Mama akan kasih ASI yang banyak untuk Ashan. Jadi, Ashan akan gembul. Hihi."
Snana merasa semangat jika sudah bisa melakukan obrolan ringan seperti ini. Dan sang buah hati pun memandangnya polos.
Ditengah perasaan yang terus berkecamuk karena kehadiran sang ibu kandung, bisa bersama buah hatinya, menjadi penghibur yang membuatnya lebih tenang.
Tok!
Tok!
Cklek.
Baru saja Snana bisa merasakan sedikit kedamaian perasaan dan tersenyum lepas, ia harus menghadapi ibu kandungnya yang masuk ke dalam kamar bahkan tanpa izin.
Ekspresi dingin kembali dipasang dan menatap tak suka ke sosok Ibu Pratiwi yang menunjukkan sikap hangat palsu.
Cih, ia tidak akan tertipu.
"Sudah saatnya makan siang, Nak Snana."
"Saya buatkan sup ayam herbal yang bisa meningkatkan produksi ASI. Makanlah sebelum sup dan nasinya dingin."
Snana diam saja. Jelas tak akan membalas apa pun yang dikatakan ibu kandungnya.
"Ada makanan lain Nak Snana mau?"
"Mungkin bisa beri tahu saya, akan saya buatkan untuk makan malam nanti."
Snana masih bungkam. Dan hanya tetap memandang sinis ibu kandungnya yang begitu pandai memerlihatkan perhatian bak mertua berhati malaikat padanya.
Sungguh, ia tak akan tertipu.
"Bolehkah saya bertanya, Nak Snana?"
"Apa?" Snana menyahut kali ini. Nadanya amatlah dingin. Tak segan menunjukkan kebencian yang dimilikinya.
"Kenapa Nak Snana tidak bisa bersikap baik dan hormat dengan saya?"
"Saya adalah ibu suami kamu. Harusnya kamu bisa menjaga sikap, Nak Snana."
"Jika kamu tidak menyukai saya. Bicara saja. Bukan mendiami saya seolah saya sudah melakukan kesalahan yang fa-"
"Saya memang tidak suka dengan Anda, Ibu Pratiwi yang terhormat. Anda tidak akan bisa memaksa saya menyukai Anda."
Emosi Snana terpancing.
"Kenapa kamu tidak menyukai saya?"
"Karena Anda mirip dengan ibu kandung saya yang jahat." Snana blak-blakan.
"Apakah saya tidak boleh tidak menyukai Anda, Ibu Pratiwi?" tantangnya.
===================
Yuhuu komen ditunggu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top