BAB 06
Yok vote sebelum baca.
Nih buat menemani jam makan siang.
==========================================
BAGIAN
ENAM (06)
==========================================
"Nak?"
"Yusa?"
"Bangun sebentar, Nak."
"Mama sudah sampai."
"Yusa? Nak?"
Dengan rasa kantuk yang masih luar biasa besar, mata beratnya pun coba dibuka.
Suara-suara familier milik sang ibu tiri, sangatlah dapat dikenali, tertangkap jelas telinganya. Dan tentu saja tidak tengah berhalusinasi sama sekali dirinya.
Sosok Ibu Pratiwi Sasia terlihat nyata.
"Mama ...," gumam Mahayusa spontan.
"Mama tidak berniat mengganggu kamu tidur, Mama hanya ingin memberi tahu kamu, Mama sudah sampai di sini."
Mahayusa sebatas menganggukkan kepala pelan dalam menunjukkan reaksinya atas ucapan sang ibu tiri, namun jauh di lubuk hati, ia lega akan keberadaan Ibu Pratiwi.
"Lanjutkan tidurmu di kamar, Yusa. Biar Mama yang menjaga anak kamu."
Atas saran sang ibu tiri, Mahayusa segera menggeleng. "Nantian saja, Ma."
"Aku belum mengantuk. Aku masih ingin mengajak Ashan," imbuhnya kembali.
"Mama kapan datang?" Mahayusa tentu
"Baru saja, Yusa."
"Makasih sudah jauh-jauh ke sini, Ma."
Didapatkan pelukan dari sang ibu tiri.
"Mama pasti akan ke sini. Mama mau melihat cucu pertama Mama."
"Terima kasih, Ma."
Hanya kalimat singkat yang mampu keluar dari mulut. Tak tahu harus berkata apa.
"Mana cucu Mama?"
"Di boks, Ma." Mahayusa menjawab cepat seraya melepas pelukan sang ibu tiri. Lalu menunjuk ke ranjang bayi, dimana Ashan sedang tidur lelap sejak sejam lalu.
Sang ibu tiri pun bergegas ke sana. Dan ia memilih ikut serta di belakang.
"Wah, ganteng sekali cucu Mama."
Mahayusa berusaha tersenyum mendengar ucapan ibu tirinya. "Ganteng sepertiku."
Didengar tawa Ibu Pratiwi Sasia.
"Tolong bantu aku jaga Ashan, Ma."
"Itu pasti, Nak."
Ya, sang ibu tiri terbang dari Belgia ke Singapura, selepas diberi tahu kepergian Snana secara mendadak tanpa izin.
Ibu Pratiwi Sasia akan tinggal sementara.
Membantunya merawat Ashan karena ia tak bisa melakukan sendirian. Harus ada orangtua yang mendampingi. Dan dirinya hanya masih memiliki Ibu Pratiwi.
"Yusa?"
"Iya, Ma?"
"Apa kamu baik-baik saja, Nak?"
Mahayusa mengangguk pelan. Senyuman berusaha dibentuk lebih lebar.
"Aku baik-baik saja, Ma."
"Dan aku akan jauh menjadi lebih baik lagi karena ada Mama di sini denganku."
Tentu ada dusta dalam jawaban yang baru dilontarkan. Ia sudah sangat lelah secara fisik dan pikiran. Butuh istirahat pastinya.
Namun, kontras dengan niatan kuat untuk terus bersama sang buah hati. Walaupun Ashan sudah tidur dengan sangat lelap.
Mahayusa tak tega meninggalkan bayinya.
Dan sejak kemarin keluar dari rumah sakit, ia memanglah memberikan seluruh waktu dan perhatian untuk Ashan.
Mengingat, hanya dirinya yang dimiliki oleh sang putra, setelah Snana pergi.
Merawat bayi tentu bukan perkara yang mudah, namun tetap harus dilakukannya karena tugas sebagai orangtua.
Berbekal ilmu parenting telah dipelajari beberapa bulan terakhir, ia setidaknya bisa mengurus Ashan sebagaimana mestinya.
Seperti tahu cara yang benar mengganti popok, memberikan sufor, memandikan, dan juga menidurkan bayi laki-lakinya.
"Yusa?"
Sang ibu tiri memanggilnya kembali.
"Iya, Ma?"
"Di mana istri kamu? Sudah mencari dia? Mama takut terjadi apa-apa deng-"
"Aku masih mencarinya, Ma."
"Aku sudah meminta bantuan jasa detektif swasta Amerika untuk mencari istriku."
Ya, Snana pasti akan ditemukan. Ia perlu bertemu langsung dengan wanita itu untuk mengonfirmasi tujuan sang istri bertindak sejauh ini. Dirinya butuh penjelasan.
=============
Yuhuu, komen yok.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top