BAB 05


Yok vote dulu sebelum baca.

Yok tembus dulu 50 votes untuk next part ketemu ibu kandung Snana.


==========================================

BAGIAN

LIMA (05)

==========================================

"Yes!" Snana pun berseru senang karena berhasil mendapatkan tiket pesawatnya.

Ya, besok sore, ia berencana terbang ke Belanda dan berlibur di sana sekitar tiga hari saja. Paling hanya akan mengunjungi dua kota untuk berbelanja pakaian.

Sekarang posisinya masih ada di Jerman, tepatnya menikmati indahnya kota Berlin.

Setelah dari Belanda, mungkin akan lanjut ke Swiss. Menikmati musim dingin di salah satu gunung favoritnya.

Baru kemudian akan diteruskan ke Belgia dan negara-negara Eropa lainnya. Ia punya waktu dua minggu sesuai masa visa.

Tentu nanti akan kembali ke Indonesia.

Oh, tentu tak mengakhiri masa cuti lebih awal. Justru akan terus berlibur hingga dua bulan kedepan tanpa henti.

Visa ke Australia sudah diajukan. Begitu juga untuk ke Benua Amerika dan Timur Tengah. Tinggal menunggu hasilnya.

Beberapa kenalan telah diminta menolong.

Dengan posisi mereka yang tinggi, tentu tak akan mustahil membantunya meraih izin visa dalam waktu singkat saja.

Kekuasaan, uang, dan koneksi yang kuat, adalah keuntungan saat menjadi salah satu bagian pengusaha kaya di negeri ini.

Klan Jayanegara begitu dihormati. Tentu sebuah karma yang baik, ia bisa terlahir sebagai generasi penerus di keluarga ini.

Walau, sejak kecil dirinya harus tumbuh tanpa kasih sayang seorang ibu.

Sial, ia harusnya tidak perlu mengungkit kekelaman dirinya lagi. Dikubur saja terus agar tak perlu mengusik ketenangannya.

Lagi pula, sudah saatnya menikmati waktu untuk bersenang-senang, setelah seluruh rencana berhasil dilakukannya.

Walau memang masih ada satu lagi misi yang belum tercapai, yakni bercerai. Akan ia gugat Mahayusa pasca selesai berlibur.

Pengacara sudah disiapkan. Hanya tinggal membahas lebih detail keinginannya.

Tentu akan ditekankan hak asuh anak jatuh pada suaminya, seperti rencana awal.

Tentang pembagian harta, ia tak berniat menuntut dari Mahayusa. Harta dan juga warisan miliknya sudah sangat cukup.

"Eh, keluar lagi?" gumam Snana dengan nada kesal karena mendapati dada basah.

Ya, ASI menetes cukup deras dari kedua payudaranya. Dan tentu saja membuat bra yang tengah dipakai terkena. Jelas harus segera diganti sebelum bertambah parah.

Memang, sejak hari pertama melahirkan, produksi ASI sudah cukup lancar.

Tetap tidak disangka, saat dirinya sudah tak menyusui lagi, ASI tetap keluar.

"Ashan ...,"

Selain menggumamkan nama sang buah hati, bayang sosok kecil putranya pun juga muncul di benak, saat ingatannya kembali tentang bayi laki-laki tampannya itu.

Lalu, perasaan Snana bergemuruh. Ia pun merasakan kerinduan dengan Ashan.

Tanpa disadari, air matanya mulai turun di kedua pipi. Tetes demi tetes yang semakin deras seiring hatinya kian gundah.

Tidak, tidak.

Dirinya tak boleh goyah.

Rencana harus tetap dijalankan. Ia tidak bisa kalah dengan perasaannya sendiri.

Baru dua hari pergi, ia sudah begitu rindu.

Bagaimana jika ditinggalkan sang buah hati selamanya? Apakah akan sanggup?

Apa dulu, ibu kandungnya juga seperti ini saat meninggalkannya? Ataukah malahan senang tak perlu mengurus dirinya?

Tampaknya begitu bahagia karena sang ibu bisa menikah dengan Pandu Whibawa.

Lalu mengurus Mahayusa, Mahayasa, dan Mahayara sangatlah baik, layaknya anak sendiri. Berbeda dengannya serta sang kakak yang tumbuh tanpa figur ibu.

==========

Komen yok komen.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top