BAB 04


Vote dulu sebelum baca yok.

==========================================

BAGIAN

EMPAT (04)

==========================================


Bugh!

Bugh!

Bugh!

Mahayusa sudah beberapa kali memukul pahanya dengan kepalan-kepalan tangan kuat, menyalurkan kemarahannya karena kepadatan jalan raya yang membuat laju mobilnya menjadi terus lamban.

Memang tak sampai macet parah, namun tetap memperlambat dirinya sampai ke rumah sakit yang tengah dituju.

Andaikan saja tidak ada masalah penting berkaitan dengan istri dan juga bayinya, ia tak akan sampai emosi dengan keadaan lalu lintas yang kurang bersahabat.

Sungguh dengan kecemasan hati seperti ini, mustahil tidak membuatnya marah.

Jika kondisi jalan raya masih tetap padat sampai beberapa menit lagi, maka ia telah membuat alternatif lain sebagai solusi.

Dirinya sedang berburu dengan waktu. Dan harus segera tiba di rumah sakit.

Bayinya sedang sendirian di sana, tak ada pihak keluarga yang menemani sang buah hati karena Snana mendadak hilang.

Ya, pagi hari tadi, pukul tujuh lima belas menit, saat berada di Jakarta untuk hadir dalam acara partai, pihak rumah sakit pun menghubungi dan memberi tahu sang istri tidak ada di kamar inap sejak dini hari.

Tentu ada indikasi jika Snana mengalami kejadian yang tak diinginkan. Dilakukan pengecekan oleh bagian keamanan rumah sakit guna memastikan praduga tersebut.

Lewat pemeriksaan CCTV resmi, aktivitas sang istri pun dipantau. Dan hilangnya wanita itu dari kamar, tak karena adanya penculikan atau peristiwa buruk lainnya.

Snana pergi sendiri, begitulah kesimpulan diberikan oleh pihak rumah sakit.

Saat menerima laporan ini, ia jelas tidak bisa percaya. Mustahil Snana kabur dari rumah sakit, setelah sehari melahirkan.

Dan untuk menampik semua hasil yang mengejutkan ini, ia tentu saja menanyakan langsung pada istrinya dengan menelepon ke nomor ponsel wanita itu.

Sudah puluhan kali dihubungi sejak tiba di bandara, namun tetap tidak aktif.

Pesan-pesannya juga gagal terkirim.

Andaikan memang benar Snana kabur, apa yang menjadi sang istri melakukannya?

Mereka tak pernah bertengkar selama ini. Bahkan begitu merasa bahagia sejak putra pertama mereka lahir, dua hari lalu.

Lalu, apa yang memicu Snana?

Demi Tuhan, ia tak paham dengan sikap istrinya yang pergi begitu saja. Dan tentu masih membuatnya kaget sampai kini.

Apa yang mesti dirinya lakukan?

"Bos ...,"

"Kita sudah di rumah sakit."

Pemberitahuan diluncurkan sang asisten, tentu langsung mengenyahkan seluruh isi kepala Mahayusa yang seperti amat penuh.

Dirinya harus segera berkonsentrasi lagi, demi bisa fokus menuntaskan masalah.

Jelas dimulai dengan memastikan kondisi bayinya yang ditinggal sendirian.

Mahayusa segera turun dari mobil, lalu masuk terburu-buru menuju area dalam rumah sakit yang cukup padat.

Lanjut bergerak ke sudut ruangan dimana lift-lift berjejer. Tentu akan digunakannya untuk naik ke lantai yang dituju.

Dalam waktu yang berlangsung sangatlah cepat, Mahayusa sudah sampai di areal VIP dengan belasan ruang inap.

Kamar perawatan sang istri berada di nomor delapan. Ia harus melintasi sekitar setengah panjangnya lorong guna sampai.

Dan ketika dalam hitungan detik, dirinya sudah dapat berdiri di depan ruangan, lalu masuk ke kamar, perasaan kian bergejolak melihat bayinya sendirian, tak ada Snana yang harus mengurus Ashan.

Putranya justru ditemani perawat.

Kenapa sang istri tega melakukan ini?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top