BAB 03


yok vote sebelum baca.




==========================================


BAGIAN

TIGA (03)


==========================================





"Hallo, Ma." Mahayusa menyapa sopan saat ibu tirinya mengangkat telepon.

Pratiwi Sasia langsung membalas sapaan darinya, yang dilanjutkan dengan sebuah pertanyaan tentang persalinan Snana.

Ya, sang istri baru menyelesaikan proses melahirkan secara normal dua jam lalu.

Dirinya tentu sudah resmi menyandang status sebagai orangtua dari seorang bayi laki-laki, Ashan Tungga Whibawa.

Putra pertamanya dalam pernikahannya.

Walau menjadi ayah di usia yang sudah matang, ia tetap perlu banyak belajar demi bisa menjadi sosok orangtua terbaik dan berguna untuk Ashan nantinya.

"Mereka sehat-sehat, Ma." Mahayusa pun menjawab pertanyaan ibu tirinya.

"Snana kondisinya baik."

"Bayi kami juga sehat dengan berat 3,3 kg dan panjangnya 53 cm, Ma." Mahayusa beri keterangan lengkap soal putranya.

Sang ibu tiri tertawa di ujung telepon.

Ekspresi kebahagiaan yang sangat familier baginya, kerap ditunjukkan dulu padanya.

Lalu, sang ibu tiri mengungkapkan rasa bahagia atas kelahiran buah hatinya.

Dan tentu menjadi cucu perdana di dalam keluarga Whibawa yang ditunggu-tunggu.

"Mama akan ke Singapura?"

"Benar, Ma?" Mahayusa mengonfirmasi sekali lagi saat sang ibu tiri mengiyakan jika akan terbang menjenguk bayinya.

"Kapan Mama akan berangkat dari Peru?"

"Akan aku pesankan tiket kelas satu un-"

Belum diselesaikan jawaban, sang ibu tiri telah menolak tawaran yang diajukannya.

"Baik, jika Mama tidak mau."

"Aku tunggu Mama datang ke sini untuk melihat cucu dan menantu Mama."

Ya, bukan hanya dengan bayinya, sang ibu tiri belum pernah berjumpa Snana karena saat menikah, tak bisa terbang ke tanah air karena maag yang sedang kambuh.

"Makasih, Ma."

"Aku telepon nanti lagi."

"Nanti akan aku kirim foto Ashan."

Sang ibu tiri pun kembali mengiyakan apa yang dijanjikan. Lalu, mengakhiri telepon.

Tentu, ia juga segera kembali ke ruang inap VIP dimana istri dan bayinya berada.

Hitungan detik saja dibutuhkan berjalan, hingga sampai di depan kamar perawatan.

Kesunyian sangat terasa karena Snana dan bayinya tidak terdengar bersuara, namun dilihat sang istri menggendong Ashan.

Segera dibawa langkah lebih mendekat lagi ke ranjang. Senyum dikembangkan di wajah, seiring hati yang kian bahagia.

"Hai." Sapaan dikeluarkan agar sang istri tahu bahwa ia sudah kembali ke kamar.

Atensi Snana tentu langsung berpindah ke arahnya. Mereka lantas saling menatap.

"Sudah selesai menelepon?"

"Hmm, sudah, Sayang," jawab Mahayusa sembari duduk di tepian ranjang pasien, posisi yang dekat dengan sang istri.

Tangan digerakkan ke wajah bayi mereka yang tertidur lelap dalam gendongan sang istri. Tentu, ia harus mengurungkan niatan untuk mencoba mengajak buah hatinya.

Mungkin bisa nanti, jika Ashan bangun.

"Mama bilang akan ke sini."

"Oh." Snana membalas sekenanya. Ia tak berminat tahu kunjungan ibu kandungnya.

Lagi pula, besok dirinya akan pergi sesuai akan rencana telah dibuat. Dan tentu tidak diketahui oleh Mahayusa Whibawa.


=========================

komen yok komen.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top