꒰11꒱ :: Pria yang mengerikan.

Gojo menatap layar ponsel. Nomor telepon seseorang tertera di sana. Ia hanya perlu menekan tombol hijau untuk menghubungi. Namun, banyak hal yang perlu diri pertimbangkan karena menyangkut sang kekasih—hingga ia berakhir hanya mengamati.

“Yah, [Name] sudah yakin banget, sih.” Gojo menyungging seringai. “Seharusnya aku tak perlu sungkan.”

“Satoruu~”

Kepala [Name] menyembul dari balik pintu keluar ruangan Gojo. Senyum lebar terpatri di sana dan berkata, “Kamu lagi apa? Ayo cepat!”

Gojo menyimpan ponselnya. “Kau senang karena pulang ke rumah pamanmu?” Tangannya masuk ke saku baju.

“Hanya sedikit. Setelah ini, kamu nanti sendirian, 'kan?” [Name] meringis. “Satoru tidak mau menginap di sana?”

“Kayaknya tidak.” Gojo mengusap kepala gadis itu. “Kau tahu aku sibuk. Apalagi sudah memasuki musim panas.”

“Ah, iya juga." [Name] mengangguk. “Setelah mengantarku pulang, kamu langsung kerja?”

“Iya, dong.” Gojo melangkah setelah menutup pintu kamarnya. “Aku harus menemui para orang tua brengsek setelah ini.”

“Oh ....” [Name] mengangguk. Mengikuti Gojo, menyamai langkahnya.

꒰꒰꒱꒱

“Jadi ... kenapa kau mengajakku ke sini?”

Haruto mengerjap. Melempar pandangan penuh tanya pada pria berkulit cokelat di hadapan. Daw. Kenapa ia dibawa ke kafe?

“Saya hanya menjalankan tugas.” Lelaki itu mengangkat cangkir teh berisi kopi. Meminumnya.

“Ho? Dari Joon?” Haruto menopang dagu.

“... Saya tak bisa mengatakannya.”

“Tidak perlu malu-malu.” Haruto mengibas-ibas tangan. “Tanpa perlu kau katakan pun aku sudah tahu. Tidak ada orang lain yang bisa menyuruhmu selain si Joon.”

Daw bungkam sesaat, lantas menghela napas. “Saya ingin menemui nona [Name].”

“Tidak bisa.” Haruto mengangkat tangan sembari menggeleng. “Aku tak mungkin membiarkan keponakan manisku berhadapan dengan pria penuh obsesi yang sayangnya juga keponakanku.”

Daw bungkam. Yah, ... 'dia' sudah bilang akan sulit meminta bantuan pada orang ini. Namun, apa tak masalah membiarkannya dulu? Ia mengembuskan napas lagi.

“Baiklah. Saya paham.” Daw mengangguk.

Haruto mengernyit. Semudah ini? Biasanya ... dia akan bersikukuh kalau keinginan tuannya tak terpenuhi. Ada apa, ya?

“Kalau begitu, saya pamit dulu.” Pria berkulit cokelat itu berdiri. Sedikit membungkuk memberi salam, kemudian beranjak.

Haruto menatap kepergian lelaki itu dengan tatapan dingin. Kenapa Daw sedikit ... berbeda dari biasanya? Perubahan pria itu membawa kecurigaan. Apa yang hendak Joon lakukan?

Ia menghela napas. “Aku tak 'melihat' apa-apa juga ... jadi sulit, nih.”

Di luar kafe. Daw berdiri juga mendongak. Menatap langit berhias bintang selama sesaat. Lantas melangkah, memasuki keramaian jalanan kota. Juga mengingat ... percakapan antara ia dan Haruto yang sesuai dengan prediksi seseorang—'dia'.

Perkiraannya kena ... tanpa aku bilang pun  orang lain langsung berpikir aku hanya bekerja untuk Tuan Joon. Padahal ... tidak seperti itu untuk sekarang. Daw menghela napas. 'Dia' orang yang mengerikan, ya.

꒰꒰꒱꒱

“Kalau musim panas ... bahkan malam pun rasanya gerah, ya.” [Name] mengernyit.

“Padahal bajumu sudah terbuka begitu,” balas Gojo datar.

[Name] mengerjap, kemudian menunduk. Menilik pakaian yang melekat di tubuh. Summer dress di atas lutut berwarna ungu dengan motif bunga. Bagian leher terbuka—nyaris memperlihatkan seluruh bahu.

“Oh?” [Name] mengerjap. “Musim panas kali ini benar-benar panas ... aku sampai tak tahan. Apa itu mengganggu?”

“... Nggak apa-apa, sih.” Gojo cemberut.

“Benarkah?” [Name] menyungging senyum. “Satoru cemberut begitu?”

“Tidak, tuh?” jawab Gojo dengan muka mengejek.

Satu alis [Name] terangkat, disusul kekehan kecil. Lantas menarik lengan Gojo agar pria itu tak menjauh.

“Omong-omong, pukul berapa Satoru pergi menemui para petinggi?” Gadis itu sedikit mendongak.

“Seharusnya sekarang, tapi aku tak peduli bakal terlambat, sih.” Gojo menyungging senyum.

“Mereka bisa semena-mena padamu kalau begitu. Kamu bisa pergi, kok. Rumah paman juga sudah dekat dari sini.”

“... Nggak, deh. Melihat mereka saja sudah membuatku muak. Aku pergi menghadap mereka cuma karena terpaksa, juga ingin tahu rencana busuk mereka.” Ia memasang wajah angkuh.

[Name] mengangguk paham. Membungkam mulut. Membiarkan keheningan menghampiri mereka—sebab Gojo juga tak lagi bicara.

“Oh, iya. Cerita lagi soal kakakmu, dong.” Gojo mengembangkan senyum.

“Hm? Buat apa?”

“Hanya untuk informasi aja, sih.”

“Aku sudah menceritakan semuanya padamu tanpa terkecuali. Kalau kubilang sekali lagi ... itu artinya aku hanya mengulang cerita, lho?”

“Hee ... kalau begitu, aku ganti pertanyaan. Bagaimana perasaan [Name] padanya?”

“Hm?”

“Kau pernah menjawab itu, tapi sepertinya  perasaanmu masih kurang jelas. Jadi? Bagaimana?”

[Name] menunduk. Menatap jalan setapak yang sedang dia pijak sekarang. Bagaimana perasaannya ketika melihat Joon? Ia ... sadar—entah sejak kapan—mengenai perasaan apa yang ia rasakan di hadapan Sang Kakak.

“Itu ... menjijikan.” [Name] menggigit bibir bawah sembari menunduk. Setelah mengatakan kalimat itu, perasaan bersalah merangsek ke dalam dada.

Gojo merespon dengan dehaman. Sejujurnya sadar akan perasaan [Name] pada kakaknya. Namun, karena kebaikan hati gadis itu, dia jadi ragu dan memilih memendam.

“Yah, aku yang bukan saudara kalian saja jijik saat tahu kakakmu begitu,” ucap Gojo santai. Lebih ke jengkel, sih, batinnya.

“Begitu ....”

“Apa perasaan jijik itu bisa membantumu untuk menghadapinya?”

[Name] tersentak. Spontan mendongak menatap Gojo. “He?”

“Iya. Kau hanya punya niat, itu memang bagus, tapi dalam waktu mendesak begini itu kita harus cepat, 'kan? Jadi, bagaimana kalau kau menjadikan perasaan jijik itu sebagai pegangan melawan kakakmu? Seperti ... saat kau melihatnya, [Name] langsung jijik sampai mau menendangnya.”

“Itu pasti bisa, tapi—”

“Kau tak perlu merasa bersalah pada kakakmu yang sudah gila itu.”

[Name] bungkam.

“Kau ingin bebas, 'kan? [Name] pernah bilang ... ada hal yang harus dikorbankan untuk mencapai tujuan. Kasusmu adalah salah satunya.”

Dress picture from Pinterest.
Link :: https://pin.it/5RtNhu4

Guys ... cerita baru Gojo udah ada 4 chapter :3, aku pengen banget publish sekarang, but ... takutnya nanti ada salah satu buku yang di-anak-tirikan ... aku gak mau itu 😭

So ... what do you think?

Ann White Flo.
27 September 2022.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top