꒰10꒱ :: Latihan bersama.

“Kita belum pernah latihan bersama, ya?”

“Hm?”

[Name] mengerjap. Sedikit berbalik, mengalihkan pandangan dari cucian piring, melempar tatapan tanya pada Gojo yang duduk santai di sofa—menghadap arahnya.

“Kenapa tiba-tiba?” balas [Name].

“Tidak ada.” Gojo selonjoran. “Aku membayangkan sesuatu yang menarik kalau latihan bersamamu.”

[Name] tersenyum, berbalik kembali dan cuci piring. “Kalau ekspektasimu tidak terwujud, bagaimana?”

“Hmm? Tidak, sih. Soalnya [Name] pasti bisa melakukannya dengan baik.” Pria itu menyentuh dagu.

“Benarkah?” [Name] terkekeh. “Memangnya melakukan apa?”

“Kau hanya perlu ciuman denganku dan kita melakukan itu di ruang latihan.”

“....”

꒰꒰꒱꒱

[Name] mengayunkan tongkat ke arah Gojo, tepat di wajahnya. Namun, pria itu menahan dan menarik stik itu hingga tubuh sang gadis ikut. Dapat ia rasa lengan kekarnya melingkar di pinggang, bersamaan dengan bibir mereka menyatu.

Gojo melempar benda panjang itu sembarang arah. Sibuk memainkan bibir dan lidah gadisnya. Hingga perlahan membaringkan tubuh [Name] ke lantai. Dengan telapak tangan kanan Gojo sebagai bantal.

Tautan itu lepas. Saling menatap selama beberapa saat, lantas melanjutkan lagi.

Yah, rencana gila lelaki itu berhasil.

Tangan Gojo mengusap pinggang [Name]. Menyusup ke pakaiannya, mengelus perut kemudian ke punggungnya yang tengah melengkung.

[Name] mencengkeram pundak Gojo cukup keras, memberi kode jika ia kehabisan udara. Tak lama, pria itu melepas tautan, tapi lanjut menggigit kecil leher [Name] hingga dia agak terkejut.

Akibatnya, bekas kemerahan terukir di lekukan leher gadis itu. Tak hanya satu, sebab sang pria masih belum selesai.

“Satoru ...,” lirih [Name].

“Hm?” Gojo menggigit leher [Name].

Suara ketukan pintu menginterupsi.

“... Ada orang.” [Name] mengulum bibir.

Gojo mendecih. Lantas bangkit dan duduk. Mempersilakan orang yang mengetuk itu untuk masuk—dengan nada kesal yang tak disembunyikan.

“Maaf, mengganggu ....”

Itu Ijichi. Dengan wajah tak enak melangkah masuk ke ruang latihan. Pikiran aneh merasuki kala melihat [Name] bangkit dari baringnya.

Mereka habis latihan saja, 'kan? batin Ijcihi. Mengenyahkan pikiran aneh yang sempat terlintas.

“Kenapa kau datang ke sini?” tanya Gojo.

“Aah, itu ... ada seseorang yang ingin bertemu dengan Anda, Gojo-san. Dia sedang menunggu di luar.”

[Name] mengerjap, menatap Gojo. “Seseorang? Siapa?”

“... Aku akan mengatakannya padamu nanti.” Gojo berdiri. “Jangan ke mana-mana, tetap di sini.” Ia melangkah ke pinfu. “Ijichi, ikuti aku.”

“Baik!” jawab pria itu. Mengikuti Gojo setelah pamit pada [Name].

“Hm? Kenapa, ya?” Gadis itu berdiri. Lantas melangkah ke jendela yang menunjukkan pemandangan sore hari. Duduk di dekat sana. “Siapa yang Satoru temui?” Ia mengernyit.

Namun, kejadian lalu malah lewat dalam kepala.

“Satoru agresif banget, ya.” [Name[ mengulum bibir. “Aku dalam bahaya.”

꒰꒰꒱꒱

“Apa yang membuatmu ke sini sampai mengganggu waktuku dengan [Name], huh?”

Gojo melempar tatapan malas pada Daw. Pria itu tampak mengangguk singkat—mungkin sebagai sapaan, tapi Gojo tak membalas. Menuruni tangga, berhenti tepat di depan si pria Thailand.

“Maafkan saya, tapi saya sudah memikirkan tawaran Anda waktu itu,” ucap Daw dengan nada datar.

Gojo memutar ingatan. Kemarin, saat hendak pulang setelah meminta Ijichi untuk memindahkan ranjang dari kamar [Name], Gojo sempat bertemu pria ini. Membincangkan sesuatu, hingga berakhir si surai putih menawarkan sesuatu pula.

“Hmm, itu, ya? Jawabanmu?” Gojo memasukkan tangan dalam saku.

“Saya terima. Demi keuntungan atasan saya.”

“... Oh. Pergilah kalau begitu, hanya itu yang ingin kau katakan, 'kan?” Gojo berbalik. Langsung menaiki tangga.

“Omong-omong, Nona [Name] ada di mana?”

Gojo berhenti, memutar tubuh sedikit. Melirik Daw dengan tatapan tajam. “Dia tak ada di sini.” Lantas kembali melanjutkan langkah. “Aku akan berikan informasi lanjut padamu lewat bawahanku.”

“... Saya mengerti.”

Gojo berjalan memasuki gedung latihan. Tepat ke arah ruangan di mana [Name] menunggu. Berhenti sebentar untuk membuka pintu, hendak melangkah ke dalam. Namun, ia berhenti kala menemukan [Name] berdiri di dekat penghalang ruangan itu, sepertinya ingin keluar.

“[Name] ngapain?” tanya Gojo mengangkat satu alis.

Gadis itu menggeleng. “Tidak ada.”

Gojo bersedekap. “Kau tak ada niatan untuk keluar?”

[Name] mengulum bibir. “Ketahuan, ya.”

“Kelihatan banget.” Gojo menutup pintu, lantas melewati [Name]. Duduk di dekat jendela.

“Jadi, siapa yang Satoru temui?” tanya [Name] menyusul.

“Daw.” Gojo menatap [Name]. Memperhatikan gadis itu yang tengah duduk di hadapan. “Aku sempat bertemu dengannya kemarin sebelum pulang.”

[Name] menatap penuh tanya. “Daw? ... Ehm ....”

“Pria Thailand, bawahan setia kakakmu.”

“Oh. Apa yang kalian bicarakan?”

Gojo memasukkan tangan dalam kantong. “Tidak jauh dari masalah kakakmu. Aku mengorek informasi dari dia ... secara nggak langsung lewat pembicaraan.”

[Name] mengangguk. “Apa dia mencariku?”

“Aku bilang padanya kalau kau tidak ada di sini.”

“... Pantas Satoru melarangku keluar.”

“Dan kau hampir melanggar itu, 'kan?” Dia menopang dagu, lututnya sebagai tumpuan. “Aku mau memastikan sesuatu lagi.”

[Name] mengedipkan mata beberapa kali. “Soal apa?”

“... Kau benar-benar mau menghadapi kakakmu?”

“Tentu saja.”

“Kenapa?”

“Aku ... sedikit kewalahan. Bersembunyi, memutus hubungan dengan beberapa keluarga ... juga sempat pergi darimu karena itu.”

“Hee.” Gojo bersedekap. “Kalau begitu aku tak akan sungkan.”

“Sungkan ...?” [Name] memiringkan kepala.

Apa maksudnya?

Chapter ini agak-agak, ya, Guys 🥲

BTW SIAPA YANG TAHU LAGU THE HAPPIEST GIRL (BLACKPINK)? BAGUUS BANGET, KYAA

Ann White Flo.
21 September 2022.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top