꒰07꒱ :: Aroma yang sama.
“Aku bertemu pria Thailand itu kemarin malam.”
“Eh?” [Name] spontan mengatup bibir. Pria Thailand? Tentu ia ingat. Lelaki itu salah satu bawahan sang kakak, bukan?
“Kalian bicara? Topik apa?” tanya [Name].
Gojo mengapit dagu. “Bertanya kapan [Name] kembali dan hubunganku denganmu?” Ia mengernyit.
“Ah ... kupikir aku tak perlu khawatir sebab yang menjawab itu kamu, 'kan?”
“Itu benar sekali!”
[Name] terkekeh. “Kakak sudah ada di Jepang. Kakek bilang dia tinggal di Osaka sekarang ... setelah pindah dari Kyoto. Satoru ketemu Daw kemarin malam itu ... di mana?”
“Di dekat sini, kok.”
“Apa jangan-jangan Kakak juga ada di Tokyo sekarang?” [Name] mengernyit.
“... Aku tak menanyakan itu pada si pria Thailand karena jengkel duluan, sih.” Gojo menopang dagu. “Tapi ... bukannya si Daw itu bisa pergi ke mana saja asal diperintah sama Kakakmu? Bisa saja dia ke sini karena itu, 'kan?”
Kemarin malam ... rasanya terlalu kebetulan, sih. Dia juga bilang begitu, Gojo cemberut.
“Apa pun itu, tujuannya tetap mencariku, bukan?” [Name] berdiri. Lantas memegang kedua tangan Gojo, mencoba menariknya untuk ikut. “Aku sudah tak mau sembunyi lagi.”
“Bagus kalau begitu.” Si pria membalas genggaman sang gadis. Mencium punggung tangannya singkat.
“Kemudian berpisah denganmu hanya karena itu,” ucap gadis itu lagi.
Bibir Gojo terkatup.
[Name] tersenyum. “Ayo makan! Biarkan aku memasak, ya!”
꒰꒰꒱꒱
Kemudian berpisah denganmu hanya karena itu.
Gojo menumpu tangan kanan di meja, menopang dagu. Menatap [Name] yang sedang membelakangi—memasak. Melempar tatapan tajam sejak perkataan gadis itu terlintas.
Benar juga ... kalau [Name] memilih buat sembunyi. Itu artinya dia meninggalkanku. Yaah ... aku nggak bisa meninggalkan Jepang dalam waktu yang lama juga kalau misalkan ikut dia, sih. Gojo bersandar, bersedekap.
“[Name] ... apa saja yang kau bicarakan dengan Kakekmu selama di Korea?” tanya Gojo.
Sang gadis menoleh. “Oh ... soal aku yang kesulitan mengendalikan diri saat berada di sekitar Kakak? Setelah itu ... aku mencoba untuk mengabaikan semua perasaan tak enak yang dapat mengalihkan perhatianku jika di dekat Kak Joon.”
“Memangnya [Name] bakal kenapa kalau di dekat dia?”
[Name] bungkam, lantas menghela napas. Meletakkan pisau dan membuka apron dari tubuh. Mencuci tangan sebentar, kemudian menghampiri Gojo di meja makan.
“Jadiii?”
“Dulu, Kak Joon ... hampir menciumku.”
“... Eh?”
“Satoru ingat delapan tahun lalu saat aku memberimu payung? Setelah melakukan itu, aku secara nggak sengaja ketemu Kak Joon. Karena kalut, aku hampir disentuh ... kemudian dia menyatakan perasaannya padaku.”
“Kakakmu sudah gila, ya?” ucap Gojo spontan.
“Keluargaku juga mengatakan itu.” [Name] mengangkat bahu cuek. “Untung saja, Paman Haruto datang menghentikan Kakak.”
“[Name] ingin menghadapinya, 'kan?”
“Tentu.”
“Apa kau sudah berhasil mengabaikan semua perasaanmu demi bertemu dengannya?”
“Sedikit. Selama di Korea, Kakek membantuku mengendalikan diri, sedikit memberi saran dan nasihat.”
“Bagus.” Gojo mengusap dagu. “Itu yang [Name] perlukan.”
“Hm?” Gadis itu melempar tatapan tanya.
“Bukan apa-apa! Ayo cepat masaak! Aku sudah kelaparan!”
꒰꒰꒱꒱
Kamu harus fokus. Menatap mata lawan bicaramu, juga membaca gerak gerik untuk menemukan maksudnya. Sebagai latihan, bagaimana kalau [Name] mengamati beberapa orang lebih dalam sambil menaikkan kewaspadaan?
“Itu adalah saran Kakek.” [Name] bersandar. Bersedekap, juga menatap langit-langit ruangan. “Satoru lagi pergi buat misi, sementara aku sedang free. Bagaimana ... kalau latihan bersama anak-anak di sini?” Ia berdiri. Lantas beranjak menuju pintu keluar.
Yah, melatih diri sekaligus menyapa anak-anak remaja itu tak buruk.
“Waktu cepat berlalu, tapi rasanya sudah lama sekali aku jalan-jalan di sekolah ini lagi.” [Name] mengukir senyum hingga memejamkan mata.
Angin berembus. Daun-daun bahkan menari di udara mengikuti siliran itu—melewati sang gadis yang tampak menikmati suasana alam.
Suara gemuruh terdengar. Perempuan itu mendongak, disuguhkan pemandangan langit berhias awan hitam. Disusul hawa dingin hingga ia mengusap kedua lengan.
“Aku harus cepat-cepat ke tempat mereka.” [Name] berlari kecil menuju lapangan.
Megumi menatap langit sebentar, kemudian beralih melihat dua kakak kelas juga teman-temannya berlatih di tengah-tengah lapangan.
“Panda-senpai, kupikir latihannya bisa dihentikan. Cuaca kelihatan buruk,” ucap Megumi pada Panda yang duduk di samping kiri.
“Para penyihir itu tak kenal cuaca kalau melawan musuh!” balas Panda sembari berdiri. “Tapi karena kita lagi latihan dan sudah dari tadi. Yah, sebaiknya kita berhenti.”
Terus buat apa kau bilang kalimat pertama? batin Megumi.
“Hoi, Maki! Toge! Dan anak kelas satu! Tak lama lagi turun hujan, sebaiknya kalian berhenti!” teriak Panda pada anak-anak di lapangan itu.
“Oh, oke!” balas Maki.
Megumi berdiri. Sedikit membersihkan bagian belakang celana—sehabis duduk di anak tangga. Hidung anak itu sedikit goyang kala menangkap aroma sang guru absurd berada di sekitar.
“Sepertinya Gojo-sensei sudah datang,” katanya.
“Oh? Benarkah?” Panda menengok ke belakang Megumi. “Tapi ... yang aku lihat hanya [Name] saja, tuh?”
“Ha?” Anak remaja berambut aneh itu berbalik. Menemukan [Name] melangkah sembari melambai.
“Haloo, kaliaan!” sapanya.
Kupikir Gojo-sensei ..., tapi aromanya—Megumi menggeleng. Kenapa dia memikirkan itu?
“Kapan kau kembali, [Name]?” tanya Panda setelah gadis itu berhenti jalan di samping Megumi.
“Tadi pagi, kok. Aku hanya sebentar di Korea.” [Name] mengembangkan senyum. “Kalian tidak masuk? Sudah mau hujan, lho?”
“Kami memang mau masuk,” sahut Maki yang baru datang.
“Hai, Maki.” [Name] melambai.
“Yo.”
Megumi menatap [Name] setelah aroma Gojo kembali tertangkap penciuman. Ia mengernyit, mungkinkah bau itu berada dari [Name]?
Aroma mereka sama, batinnya.
Yah, ia mengenal bau Gojo sebab sudah lama bersama pria itu.
[Name] menatap Panda. Tepat pada matanya. “Sudah berapa lama kalian latihan?” Ia fokus, menangkap gerak-gerik anak itu—atau apa pun.
“Mulai siang tadi, sekitar pukul dua?” jawabnya.
Dia kelihatan ragu. [Name] tersenyum. “Benarkah?”
“Kupikir begitu. Aku sudah lupa.”
“Oh, oke.”
“Omong-omong ... apa kau akan mengajar di sini lagi, [Name]?” sahut Maki.
“Aku mempertimbangkan itu.”
“Tapi kau tinggal di sini?”
“Aku cuma istirahat di ruangan Satoru, kok!” jawab [Name] ceria.
Tanpa tahu jawabannya itu mengundang keheningan sesaat.
“HAH?!” teriak anak-anak itu bersamaan.
▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃
Aku mau buat cerita dengan tema inkarnasi ... lagi kukerjain. Pair-nya masih Gojoxreaders :3 mungkin bakal publish setelah buku ini tamat.
Aku mau banyak-banyakin ff Gojoxreaders soalnya 😌
Ann White Flo.
11 September 2022.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top