Bab 6

Ethan mengerakkan bolpen di tangannya. Mengetukkan di atas meja kerjanya seraya terus berpikir. Hari ini Megan melakukan syuting untuk iklan yang sedang ia pegang.

Biasanya Ethan tak perlu hadir. Bisa menyerahkan semuanya pada anak buahnya. Tapi kali ini, ia merasa
ingin datang melihat. Ia ingin melihat Megan. Ethan merasa pikirannya kusut. Ia membanting bolpen dan
beranjak bangun. Melangkah dengan bergegas keluar dari ruang kerjanya lalu menuju lift yang membawanya ke lantai tempat mereka biasanya melakukan syuting iklan.

Di sana, ia melihat syuting iklan sudah di mulai. Ia melihat Megan sedang berakting dengan produknya. Tersenyum ke arah kamera. Saat itu mata Megan melihat Ethan dan mendadak ia diam membeku. Lidahnya terasa kelu. Dadanya berdebar kencang hingga ia lupa harus berbuat apa. Namun sedetik kemudian Megan kembali beraksi.
Ethan perlahan mendekat. Membuat Mike terkejut. "Pak Ethan?" tanyanya terkejut karena biasanya atasannya tak pernah melihat berjalannya syuting iklan.

Ethan mendekatkan jari telunjuk pada bibirnya agar tidak menganggu. Mike hanya mengangguk diam. Lalu mereka kembali memperhatikan syuting itu hingga selesai. Setelah
beberapa kali, akhirnya pengambilan iklan selesai.

"Aktingmu bagus." ujar Ethan mendekat saat Megan sedang duduk sambil minum.

Megan mendongak. "Terima kasih." sahutnya tersenyum kecil.

"Aku tak menyangka bahwa kau akan bekerja sebagai model."

Megan tertawa kecil. "Ceritanya sangat panjang."

Ethan bersandar pada dinding seraya melipat tangan dan tersenyum kecil. "Aku memiliki banyak waktu untuk
mendengar perjalanan hidupmu hingga menjadi seorang model."

Megan tersenyum dengan wajah merona. "Tapi aku yakin kau memiliki banyak pekerjaan."

"Bagaimana jika nanti kita makan siang bersama?"

"Apa?!"tanya Megan tak percaya.

"Kita sudah lama tak bertemu bukan?! Anggap saja sebagai
perayaan pulangnya kau kemari." tukas Ethan meringis.

Megan terdiam sambil berpikir. "Dan sebagai tanda terima kasih karena kau sudah membantu proyek kantorku."

"Itu memang sudah menjadi pekerjaanku." ucap Megan.

"Jadi, apa bagaimana dengan tawaranku?"

"Baiklah."

Ethan tersenyum. "Kalau begitu sampai jumpa. Aku akan menjemputmu kemari nanti."ucapnya tanpa menyadari bahwa ajakan makan siangnya ini akan membawa
perubahan besar dalam hidupnya.

------

"Istrimu sangat cantik."ucap Megan. Saat ini mereka sedang makan siang bersama di sebuah restoran dekat
kantor Ethan.

"Terima kasih."sahut Ethan.

Megan melihat Ethan seperti memaksa bibirnya untuk tersenyum. Senyumnya terlihat tak tulus. Apa ia tak bahagia, tanyanya dalam hati.

"Hei, kau belum cerita mengapa kau menjadi model sekarang?!" tukas Ethan menatapnya hingga membuat
Megan merah padam karena ketahuan sedang memperhatikan dirinya. Ethan melihat wanita itu tersipu malu. Membuat ia teringat dengan masa lalu mereka. Ia masih bisa ingat usahanya dulu saat melakukan pendekatan dengan Megan. Bagaimana ia dulu sangat
menyukai kenyataan bahwa dirinyalah yang menyebabkan Megan tersipu malu. Dan perasaan itu timbul kembali saat ini. Megan berdehem. "Yah...sebenarnya ceritanya tak panjang. Kau tentu tahu aku tak pernah punya impian seperti itu. Saat itu aku sedang jalan ke mall dan mencoba sebuah gaun, aku bergaya di depan kaca dan seorang wanita yang ternyata agen model melihatku. Ia
menawarkan pekerjaan sebagai model. Aku menolaknya, tapi wanita itu terus menghubungi. Hingga aku
memutuskan untuk mencobanya sekali...tapi nyatanya aku jadi mencintai pekerjaan baruku ini."tukasnya tertawa kecil.

Ethan tersenyum. "Kau cocok menjadi model, karena kau memang memiliki semua kriteria. Kau cantik dan memiliki tubuh indah."

"Terima kasih." gumam Megan tersenyum malu. Ethan tahu seharusnya jangan mengatakan hal itu. Tapi ia tak menyadari saat berbicara tadi. Semua perkataan itu
keluar begitu saja, tanpa bisa ia cegah lagi. Tapi bagaimana pun Megan pasti tahu ucapannya tulus dan jujur.

Mereka saling berpandangan. Mengingat masa lalu dulu yang manis. Ethan tak mengerti dengan dirinya, mengapa saat ini ia merasa jantungnya berdebar begitu kencang. Ia tahu Megan pun pasti merasakan hal yang sama. Ethan bisa melihat dari sorot mata Megan. Ia tahu wanita itu masih menyimpan perasaan padanya. Megan masih mencintainya, dan ia juga.

Ethan merasakan setitik rasa bersalah hinggap di benaknya. Ia sudah menikah. Seharusnya ia tak bermain api. Seharusnya Ethan hanya menganggap Megan sebagai
temannya. Tapi saat ini, ia benar-benar tak bisa mengendalikan perasaannya. Jujur ia merasa sangat
bahagia bisa makan bersama dengan Megan.

"Ng...Ethan...sepertinya ada yang menghubungimu..." ujar Megan menunjuk pada ponsel Ethan yang terletak di meja.

Ethan tersadar. Ia berdehem gugup dan meraih ponselnya. Melihat nama Owen yang meneleponnya. Ia menjawab panggilan Owen sementara Megan kembali makan dan mendengar percakapan Ethan mengenai pekerjaan.

"Kelihatannya kau harus segera kembali ke kantor." ujar Megan saat Ethan sudah selesai berbicara melalui ponsel.

"Habiskan makananmu. Ini masih jam makan siang kok." tukas Ethan.

"Bagaimana kabar papamu?"

"Ia baik saja. Dan orang tuamu? Sudah lama aku tak berjumpa dengan mereka."

"Orang tuaku baik saja."

"Oh ya, kau belum cerita bagaimana kau bertemu dan menikah dengan Eliza?!" ujar Megan. Ia melihat wajah Ethan berubah dingin. Pria itu seperti tak suka nama istrinya disebut. "Kalau kau tak mau cerita juga tak apa. Maaf jika aku menyinggung masalah pribadimu."

Ethan mendesah. "Kami dijodohkan."

Megan menatap dengan mata melebar. "Dijodohkan?!"ulangnya tak percaya.

Ethan menyeringai. "Ya. Keluargaku berteman dengan keluarga Eliza. Mereka menjodohkan kami agar bisa mempererat hubungan."

Megan bergumam oh. Ia menatap Ethan. Karena itukah tak ada foto di rumah Ethan? Karena itukah wajah Ethan terlihat datar jika Megan menyinggung mengenai Eliza?!

"Tapi kulihat Eliza peduli denganmu. Ia pasti sudah menjalankan tugasnya sebagai istri dengan baik." ujar Megan dengan nada bergetar. Tak dapat dipungkiri ia merasa iri dengan wanita itu.

"Tapi aku tak menyukainya!"tegas Ethan.

Megan mendongak menatapnya. "Kenapa kau tak
mencoba belajar mencintainya?"

Ethan mendesah seraya mengusap wajah. Sejenak ia tampak lelah. "Aku sudah mencobanya. Sejak dulu aku
hanya menganggapnya sebagai teman....aku tak bisa....."gumamnya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top