Part 7
Pagi yang cerah menyambut ketika Ariana membuka mata, seolah ada semangat baru yang mengisi jiwanya, Ariana segera membersihkan diri dan bergegas ikut sarapan bersama dengan orang tuanya. Mama merasa heran, dengan sikap putrinya itu, biasanya Ariana harus dipanggil dulu baru turun untuk sarapan, sekarang Ariana datang sendiri tanpa perlu dipanggil dan yang lebih aneh lagi, senyumannya membuat Mama merinding.
Mereka sarapan dengan suasana hening hanya denting sendok dan piring yang terdengar, Mama dan Papa hanya saling sikut saat melihat putri mereka makan sambil memainkan ponsel, Ariana hampir tidak pernah menggunakan ponsel saat sedang bersama orang tuanya, ia lebih senang mengobrol dengan mereka, tapi sekarang fokus anak gadis mereka malah tertuju pada ponselnya. Sampai sarapan usai Ariana hanya mencium pipi mereka sambil berpamitan.
“Ada yang aneh nih sama anak Papa,” kata Mama sambil menyodorkan teh kepada Papa.
“Aneh kenapa Ma?” tanya Papa masih mengunyah nasi goreng buatan Mama kemudian mendongak dan menerima teh dari Mama.
“Dari semalam tingkahnya udah aneh, kayaknya dia punya pacar deh!”
“Ya bagus dong, setidaknya putri kita masih normal.”
“Papa gitu sih, ‘kan Mama mau jodohin dia sama anak temen Mama.”
“Ariana udah dewasa Ma, biarlah dia yang menentukan jalan hidupnya sendiri, perasaan itu gak bisa dipaksain. Emangnya Mama mau anak kita jadi perawan tua?’
“Ya, enggak sih, cuma Mama takut Ariana salah pilih, Mama takut anak kita ada yang nyakitin.”
“Bukannya selama ini pilihan Ariana tidak pernah salah? Sudahlah Ma, jangan terlalu khawatir, awasi saja dari jauh, dan do’akan anak kita selalu bahagia. Udah ah, nanti Papa telat ke kantor.” ucap Papa sambil mengusap kepala Mama.
Selepas kepergian Papa, Mama merenungkan banyak hal, memang selama ini Ariana selalu memilih yang terbaik dan berusaha untuk mendapatkan keinginannya, dia juga selalu bertanggung jawab atas pilihannya itu. Apa boleh buat, mungkin harapannya berbesan dengan sahabatnya pupus, tapi tidak mengapa yang penting putri semata wayangnya bahagia. Mama langsung menelpon Tante Nindi dan membicarakan rencana mereka, awalnya sahabatnya itu sedih tapi masih bisa menerima, mungkin mereka belum berjodoh. Sekali lagi belum berjodoh, bukan tidak berjodoh.
Keadaan toko belum ramai pembeli, tapi Ariana sudah sibuk sekali di dapur, saat ini dia sedang memanggan cup cake dan pup pastry bersamaan di oven yang berbeda, para pastry chef membantu mengias cup cake dan roll cake yang sudah dingin, sementara yang lain menata cheescake dan strawberry shortcake di etalase. Memang aneka cake dan kue di toko Ariana didominasi oleh rasa strawberi, karena itu buah kesukaan Ariana, dan memang jadi favorit pelanggannya.
Kesibukannya membuat Ariana lupa melihat ponselnya, ia terbiasa bekerja tanpa gangguan, pelajaran yang paling dia ingat saat sekolah di luar negri dulu adalah kedisiplinan. Ariana selalu fokus saat membuat kue, seperti memliki dunianya sendiri ia tidak bisa diganggu. Bahkan Ariana nyaris tidak pernah libur untuk membuat kue, padahal sabtu minggu biasanya tokonya libur Ariana datang hanya untuk mengecek persediaan dan membuat kue pesanan khusus, sekarang spesial hari minggu dibuka untuk Lala. Anak itu telah mencuri hatinya bahkan ia rela mengorbankan hari liburnya demi menemani anak itu.
Setelah berjibaku di dapur beberapa saat, Ariana menutuskan untuk beristirahat di ruangannya. Beberapa dari pegawainya adalah para pastry chef juniornya dulu saat sekolah tata boga, jadi mereka bisa diandalkan untuk menghias cup cake dan beberapa cake yang dibuatnya. Sekarang Ariana sedang duduk santai bersandar sambil memainkan ponsel, benar-benar bukan kebiasaannya, tapi pesan-pesan yang ia baca sepertinya membuat dirirnya lupa daratan.
[Hai cantik, lagi sibuk?]
[Iyuuuh gimbil]
[Serius, kamu cantik banget, dari dulu emang cantik sih ...]
[Halah bukannya Laura yang paling cantik?] Ariana mengigit bibirnya takut Nando tiba-tiba teringat mantan kekasihnya dulu. Entah kenapa dia merasa takut, bukankah itu hanya masa lalu?
[Itukan dulu, masih belum ngerti apa-apa. Aku sekarang udah gede, tua malah.]
Ariana tidah bisa menahan tawanya saat Nando mengatakan bahwa dirinya sudah tua, bukankah umur mereka sama? Jadi benar ternyata apa yang dikatakan oleh Mama, umurnya bukan lagi untuk main-main, Ariana berharap dalam hati bahwa Nando benar-benar jodohnya.
Ketukan pintu menyadarkan Arian dari lamunannya, rupanya Lala datang bersama sang oma, benar, ini hari minggu berarti masih lama ke hari rabu, hari yang dijanjikan Nando untuk bertemu kembali. Ariana mendesah resah saat berajnak dari kursinya, belum apa-apa ia sudah merindukan Nando. Sebuah pelukan erat Ariana terima dari gadis kecil itu saat ia menbungkukan badan, Ariana tidak pernah tidak tertawa saat bersama anak itu, anak yang begitu baik dan ceria. Entah kenapa mata bulat Lala yang lucu mengingatkannya dengan Nando, Ariana hanya menggeleng saat dirinya mulai berpikir yang aneh-aneh, mungkin dirinya terlalu memikirkan Nando.
Waktu terasa begitu cepat berlalu, tidak terasa sudah lewat jam makan siang dan Lala masih betah duduk di pangkuannya. Suara perut Lala menyadarkan mereka bahwa mereka hampir melupakan makan siang. Biasanya Mama selalu datang di hari minggu agar bisa bertemu sahabatnya, Mama juga selalu membawakan makanan kesukaan Ariana saat makan siang, tapi entah kenapa hari ini Mama seolah enggan datang. Mengambil inisiatif Ariana memesan makanan dan mereka bertiga makan di toko Ariana, tiba-tiba saja Lala terbatuk dan memegang dadanya, anak itu sepeti kesulitan bernapas. Ariana panik karena Lala terlihat seperti kesakitan,Tante Nindi langsung bertanya apa yang terkandung dalam makanan yang dimakan Lala, Ariana menjawab mi goreng dengan sayur sosis dan bakso. Kemudian Ariana mencicipi Bakso yang ternyata itu adalah bakso udang, Tante Nindi langsung meminta Ariana mengantarkannya ke rumah sakit, karena Lala alergi pada udang dan olahannya.
Ariana tidak berhenti menangis, ia merasa bersalah karena telah mambuat Lala terbaring di rumah sakit, Tante Nindi berusaha menenangkan. Ini bukan pertama kali yang dialami oleh anak itu, dulu bahkan pernah lebih parah, karena Tante Nindi dan ayah Lala belum tahu tentang alergi itu
.
“Ini bukan salah kamu, Tante juga salah gak ngecek makanan Lala dulu, Lala udah membaik kamu jangan nangis terus Ariana!”
“Tapi Lala celaka gara-gara aku, aku gak tega lihat dia lemes gitu.” ucap Ariana lirih. Ingin rasanya ia menemani sampai anak itu sadar tapi dia tidak bisa ada panggilan mendadak dari kliennya, meminta bertemu hari itu juga.
Ariana meninggalkan Tante Nindi dan Lala di rumah sakit dengan perasaan bersalah, tadinya ia enggan pergi tapi Tante Nindi membujuknya dan berkata semuanya akan baik-baik saja. Entah ada apa dengan Kliennya yang satu ini, selalu meminta bertemu secara mendadak padahal di toko juga ada manager yang biasa menghandle urusan pemesanan dalam jumlah besar.
Ariana memang sering memasok kue untuk even besar, para klien mereka selalu terpuaskan, tapi entah kenapa dengan klien yang satu ini selalu memaksa bertemu saat membicarakan pemesanan kue. Padahal yang Ariana tahu, laki-laki itu seorang bos besar, ia bisa meminta salah satu anak buahnya untuk mengurus semua kebutuhan acara. Ariana hanya berpikir bahwa orang itu begitu perfeksionis, sampai urusan konsumsi saja ia yang menangani.
Satu jam kemudian, Ariana sampai di tokonya, ada sebuah Audi RS 5 Coupe terparkir gagah di depan tokonya, yang Ariana yakini adalah mobil milik Rio Meganthara pemilik perusahaan properti yang sedang jadi buah bibir para sosialita. Muda, tampan dan kaya raya, membuatnya menjadi begitu populer di kalangan kelas atas, para wanita ingin menjadi pasangannya, para pria iri akan kesuksesannya. Ariana bukannya tidak tahu, ia pernah bertemu laki-laki itu di salah satu showroom milik Papa, sejak saat itu ia juga jadi pelanggan tetap tokonya.
Ruang kerja bernuansa pastel itu tiba-tiba di penuhi oleh berbagai bunga yang Ariana tebak adalah pemberian laki-laki itu. Ariana bukan tidak peka, dia tahu seorang Rio Meganthara menyempatkan diri bertemu dengannya di sela-sela kesibukan sebagai seorang pengusaha, pasti ada maksud dan tujuannya. Hanya saja perlakuan laki-laki itu terlalu berlebihan. Sekarang saja ruanganya sudah disulap jadi kebun bunga, pernah juga sebagai ucapan terima kasih Ariana menerima kalung berlian, yang tentu saja langsung ditolaknya, entah apalagi yang akan didapatnya kali ini.
“Waduh ada apa ya Pak, sampe ruangan saya jadi kebon begini?” tanya Ariana bingung.
“Kamu suka? Saya dengar kamu suka sekali dengan bunga aster, tapi saya gak tahu kamu suka yang warna apa, jadi saya beli semua yang ada di toko bunga.” ucap Rio sambil tersenyum tanpa dosa.
Ariana merutuk dalam hati pasti Papa yang sudah membocorkan informasi kepada Laki-laki aneh ini. Jika para perempuan di luar sana akan bahagia diperlakukan seperti ini, Arian justru merasa tidak nyaman, semua yang berlebihan aneh baginya. Ariana suka yang sederhana dan apa adanya, seperti Nando. Mengingat Nando membuatnya resah, karena sebelum sampai ke toko Nando menelpon ia mengatakan ada urusan penting yang mungkin tidak bisa diganggu, nando juga memintanya agar jangan menelpon dulu, terus terang saja Ariana menjadi penasaran apa yang membuat Nando begitu sibuk.
Sebuah tepukan lembut di bahunya membuat Ariana tersadar dari lamunannya, Ariana kembali fokus pada pekerjaannya, ia juga sudah mendata apa saja yang dipesan Rio dan berapa jumlahnya, seperti biasa laki-laki itu selalu ditel dalam pekerjaannya. Satu hal yang Ariana kagumi dari kliennya yang satu ini, bekerja dengan total dan teliti. Mungkin itu yang membuat Papa kagum pada pengusaha muda itu, Ariaan takut Papa menjodohkannya denga Rio, tapi itu hanya ketakutannya saja, nyatanya Papa tidak pernah menyinggung tentang perjodohan padanya.
Malam kian larut, Ariana merebahkan diri di tempat tidurnya, ia juga sudah menelpon Tante Nindi dan bertanya keadaan Lala. Syukurlah, kedaannya sudah membaik dan ayahnya juga menemani. Ariana ikut merasa lega karena Lala sudah membaik dan bisa pulang besok, Ariana juga merasa senang Akhirnya Ayah Lala berada di samping gadis kecil itu. Ia merasa bersalah karena sempat berpikiran buruk tentang Ayah Lala, ternyata dia ayah yang baik, saat putrinya ulang tahun dia tidak bisa hadir karena alasan mendesak. Lamunannya terhenti saat ponselnya bergetar, Nando menelponnya, dengan hati berdebar Arinana mengangkatnya.
“Malam, kamu sudah tidur?”
“Kalau aku udah tidur, terus siapa yang ngomong sama kamu ini?”
“Hehe ... iya juga ya, maaf ya tadi ada urusan mendesak, aku benar-benar gak bisa diganggu tadi.”
“Maksud kamu aku gangguan?” Ariana terkekeh kecil saat mendengar Nando menjelaskan dengan panik.
“Ada yang mau aku omongin, besok kamu ada waktu? Ini penting.”
“Kalo emang penting kenapa gak sekarang aja, aku udah penasaran. Jangan-jangan kamu tadi sama pacar kamu ya?” tanya Ariana sedikit cemas.
“Mana ada pacar, Kang Bengkel kaya aku mana laku. Aku Cuma deket sama kamu Ri, dan aku juga cuma mikirin kamu, gak ada yang lain.”
Semua kata-kata Nando terngiang terus di telinga Ariana, bahwa hanya dirinya yang dekat dengan laki-laki itu dan dirinya yang selalu ada di pikiran Nando, membuat hatinya berbung-bunga. Ariana tidak sabar bertemu dengan Nando besok, ia juga tidak sabar untuk mendengar apa yang laki-laki itu akan katakan padanya. Hatinya terlalu bahagia sekarang, ia tidak mau berburuk sangka, malah ia berpikir mungkin Nando akan memintanya untuk menjadi pacarnya. Memikirkan kemungkinan itu membuatnya berguling-guling di tempat tidur, benar kata orang cinta bisa membuat orang jadi gila. Ah, mungkinkah Ariana jatuh cinta secepat ini? Ariana hanya tersenyum sambil membayangkan wajah lelaki pujaannya, kemudiam ia terlelap masuk ke alam mimpi yang indah. Tanpa ia ketahui besok mungkin ada hal buruk yang menyambutnya.
Hallo semua, semoga dalam keadaan sehat semua.
Ada orang baru tetiba nyelip, kira-kira ngaruh gak ya sama hubungan Ariana dan Nando? Emang mereka punya hubungan? Embuh lah 😂
Jan lupa taburan bintang nya dear 😘
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top