1) Awal

Sihir bagai darah, mengalir di nadi-nadi ibu bumi dan ayah langit. Anak-anak mereka terayomi, menggunakan sihir untuk membantu kehidupan. Hal ini menjadi siklus.

Sampai, pada suatu ketika, sihir menemukan makna tertentu, dan makhluk-makhluk menemukan sihir, termasuk manusia. Dunia yang awalnya damai sejahtera, kini mulai terguncang.

Lambat laun, semua berubah. Anak-anak bumi menangis, saling bertengkar. Ibu Bumi hanya bisa diam, Ayah Langit memandangi tanpa mampu berbuat.

Manusia-manusia yang serakah mulai memanfaatkan sihir dengan membabi-buta, melompat dari satu tempat, ke tempat lain. Tapi berkat pendeknya akal, manusia terjebak di sebuah lingkaran kecil yang mereka buat sendiri, dan sisa Ibu Bumi aman untuk sementara.

#

Dulu, kisah itu adalah kisah yang sering kudengar. Tentang asal-usul Ibu Bumi, Ayah Langit, dan anak-anak mereka.

Aku sendiri tidak pernah tahu, apa yang terjadi berikutnya. Cerita itu selalu selesai di tengah jalan; selesai yang tidak jelas. Apa yang terjadi pada manusia? Apa yang dilakukan Ibu Bumi dan Ayah Langit?

Tapi, melihat keadaan, kurasa kutahu apa yang terjadi pada manusia.

Ledakan di mana-mana. Suara-suara keras yang terasa sakti dan magis. Debu-debu beterbangan. Ayahku meninggal di sana, Ibu juga kena getahnya. Saat itu, aku dan Erran hanya bisa berlindung di balik kasur kayu rapuh, melindungi kepala Erran, tanpa tahu hal ini.

Erran menangis kencang. Entah, apa karena Ayah dan Ibu yang pergi, atau karena guncangan yang berusaha meruntuhkan rumah ini. Aku harus memeluknya. Tapi, aku lega, Erran berhenti menangis setelahnya.

"Shh, cup cup, Elan. Ibu dan Ayah pasti kembali sebentar lagi."

Ledakan-ledakan itu berlangsung hampir setengah hari berturut-turut. Kepalaku terasa mau pecah, dan benar, kesadaranku lenyap begitu ledakan terakhir menguar.

Ibu panti bilang, kami selamat karena Erran. Tangisannya terlalu kencang, bahkan menembus reruntuhan. Setelah beberapa kali menggali dan mengenyahkan reruntuhan, kami ditemukan.

Sampai sekarang, hanya aku yang tahu hal itu. Erran tumbuh sebagai bocah cerdas, yang sayangnya, suka berbuat onar. Setiap kali melihat keluar jendela, selalu saja ada Erran, berlari dikejar beberapa Ibu panti.

Kadang, kupikir, semua ini akan tetap seperti ini. Selamanya.

Terkadang, kujuga berpikir, sampai kapan "selamanya" itu.

-----------------------------------------------------------------
Laun: lambat, perlahan, pelan-pelan
1 Desember 2021

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top