27

"K-Kalau Yuju-nim benar ibuku, kau harusnya menikah dengan Ayah! Mana buktinya?"

Seokmin melotot. Yuju jelas tak membawa binyeo yang Seokmin gunakan melamar dulu. Mereka juga tak menyelenggarakan upacara mewah yang meninggalkan jejak, berhubung uang untuk hidup saja kadang tak cukup. Hyejin, dan mungkin catatan pernikahan di desa, menjadi bukti pernikahan satu-satunya.

"Aku tahu kau akan menanyakan itu." Yuju menjentikkan jari, lalu berpuluh-puluh bangau terbang masuk dari masing-masing jendela yang mengelilingi ruangan. Seokmin dan Hyejin mendelik ketika tubuh mereka mendadak diangkat beramai-ramai oleh para bangau pelayan. Keduanya seakan melayang di atas segumpal awan putih, saking banyaknya bangau yang menggotong.

"Ayah!" Hyejin yang ketakutan mengulurkan tangan. Seokmin mencoba meraihnya, tetapi tak sampai, maka ia pun berpaling pada Yuju dengan panik.

"Yuna, apa yang—"

"Jangan khawatir." Yuju dituntun oleh bangau-bangau lain ke arah yang berbeda dengan keluarganya. Sebelum berbalik, ia tersenyum meyakinkan pada mereka. "Aku tidak akan membahayakan kalian lagi. Sebaliknya, bersiaplah untuk pesta!"

Bangau-bangau membawa Yuju ke kamar besar yang penuh barang-barang cantik. Cermin besar berukir, mahkota bunga, alat berhias, dan yang terpenting, tergelar lebar di atas penyangga kayu adalah gaun pengantin. Warna merah-emasnya seolah bisa menerangi ruangan, dengan sulaman yang amat rapi membentuk motif bebungaan dan rangkaian doa. Pakaian Yuju dilucuti dengan hati-hati untuk—nantinya—berganti ke gaun mewah, yang 'Yuna' tak berani sekadar untuk mengimpikan.

Terlepas dari pendapat sengitnya soal pernikahan majikannya dulu, Yuju akui ia sangat iri sang nona dapat menjalani prosesi sakral tersebut. Sojung cantik luar-dalam akibat sesi-sesi doa intens sebelum menikah, juga perawatan diri yang salah satu kegiatannya melibatkan Yuju. Namun, Yuju sendiri tidak mampu menjalani hal yang sama untuk pernikahannya.

Setelah dilamar dengan binyeo cempaka, Yuju diperkenalkan kepada ibu mertua dan dimintakan restu oleh Seokmin—yang ditanggapi dengan ketidakpedulian. Selanjutnya, mereka mencatatkan pernikahan ke kantor desa, mengantarkan tteok ke rumah-rumah tetangga sambil mengumumkan pernikahan mereka, dan selesai. Besoknya, mereka sudah sama-sama banting tulang, di rumah juga di sawah-ladang.

Usai memulihkan diri dari gu, Yuju mendapati Kakek-Nenek berselisih. Bukan perselisihan besar, tetapi anehnya menimbulkan rasa tak nyaman dalam hati Yuju. Pasangan itu mengagumkan; mereka sama-sama terlahir bangsawan, tetapi kutukan gu menggempur mereka sampai menjadi semiskin-miskin, semenderita-menderitanya pasangan. Anak-anak meninggal, harta terenggut, dan mereka nyaris kehilangan satu sama lain serta kewarasan masing-masing sebelum dipersatukan kembali. Namun, pada akhirnya di sanalah mereka, meributkan hal seremeh cara membalut luka Seokmin.

Yuju ingin memahamkan Kakek dan Nenek betapa berharga hubungan mereka, maka ia menagih bayaran—yang baru dinikmatinya sekarang. Kakek dan Nenek justru memperoleh manfaatnya lebih dahulu: selagi mengukir angsa kayu, menyiapkan tabir pengantin, dan menjahit gaun bersama bangau-bangau, mereka mengingat masa-masa bahagia bersama anak-anak yang telah pergi, menangis bersama, lalu tertawa dan berbaikan. Keduanya bersyukur masih bersama di penghujung usia, sekali lagi membuat Yuju iri.

Hari ini, Yuju menyisihkan seluruh perasaan buruknya. Ia amati baik-baik, bibirnya yang direkahkan bubuk bunga kamelia merah, alis yang digambar menukik, juga dua bulatan merah di pipi—yonji dan gonji. Benar, ini adalah hari pernikahan, hari kelahiran kembali yang kesekian, jangan dinodai oleh kecemasan atau kedengkian.

Aku harus persembahkan kepada Seokmin dan Hyejin, sosok ibu serta istri terbaik dalam diriku. Akan kubayar lunas semua rasa sakit mereka karenaku. Mago-nim, andai aku masih belum layak naik ke nirwana, setidaknya berikanlah restumu untuk pernikahan keduaku ini.

"Oh, Yuju-nim," sejahil-jahil Halmang masih berlinang air mata saat melihat Yuju dalam balutan gaun pengantin lengkap, "saya tidak tahu manusia yang menikah bisa tampak begini cantik. Ini pertama kali bagi saya menyaksikan secara langsung pernikahan manusia."

Pipi Yuju menghangat sampai bagian yang tidak dipulas perona dan yang dipulas nyaris sewarna. Ia cepat-cepat tutupi rasa malunya dengan berkata, "Ayolah, Halmang-nim, ini cuma saya, murid Mago-nim yang paling keras kepala. Oh, dan sudah waktunya keluar. Gaun ini berat, tolong tuntun saya."

Halmang tertawa parau, urung menangis. "Tidak akan seberat tanggung jawab Anda nanti sebagai istri, ibu, sekaligus dewi taman Mago yang baru. Mari, mari, saya tuntun."

"Mempelai pria telah tiba!"

Seekor bangau pelayan mengumumkan. Ia—burung biasa yang bersuara tinggi—menggunakan tabung kayu panjang untuk memperdalam dan mengeraskan suaranya. Dengan itu, pengumumannya akan bergema penuh wibawa khas pemimpin upacara pengantin, jadi kedua mempelai dapat khusyuk menjalani ritualnya.

Upacara pernikahan dilaksanakan di lantai dasar, disaksikan puluhan bangau dan Hyejin yang berdandan sama cantik dengan ibunya, tetapi lebih sederhana. Mereka duduk membentuk setengah lingkaran, menghadap tangga, menyisakan ruang kosong lumayan banyak sebagai 'panggung' ritual.

Seorang laki-laki masuk dari pintu utama, dikawal dua ekor bangau di depan dan belakang. Pria itu mengenakan topi hitam dengan sepasang 'sayap' di belakangnya, sebuah samo yang umumnya hanya dikenakan orang-orang istana. Masing-masing tangannya menegakkan sebatang kayu yang memegangi kain tabir gelap penutup wajahnya. Pakaian si pria licin berkilau, berwarna biru tua dengan sulaman benang emas dan sabuk logam.

Hyejin mengerjap kagum. Meskipun tidak bisa melihat wajah di balik tabir, ia berbisik ke bangau di sebelahnya. "Itu Ayah, kan?"

Si bangau membenarkan. "Dia tampak semulia seorang raja."

"Kalau Ayah seperti raja, berarti aku putri, ya?"

Sekali lagi, si bangau membenarkan, menimbulkan rona gembira di wajah lawan bicaranya. Hyejin kembali memandang ke depan. "Dan, ratunya akan muncul sebentar lagi!"

Meleset. Mempelai pria terlebih dahulu harus menyatakan sumpahnya melalui sebuah ritual, baru dapat menemui perempuan tercintanya.

"Mempelai pria mempersembahkan angsa kayu!"

Tabir diturunkan. Tampaklah wajah tegang Seokmin di baliknya. Tangannya agak gemetar ketika menerima angsa kayu dari bangau yang mengawalnya, tetapi langkahnya justru lebih mantap ketika mendekati sekat ruangan berlukis bunga. Diletakkannya angsa kayu di depan sekat berbunga, dua-duanya dihadapkan ke timur. Seokmin lantas bersujud takzim di hadapan sekat yang melambangkan 'rumah' mempelai wanita. Dengan ini, mempelai pria telah menjamin kesetiaannya kepada sang istri, jadi keluarga si wanita dapat memberikan restu.

Yuju memang tak pernah punya keluarga sebelum Seokmin datang, tetapi setelah berguru di Cheonwangbong, Mago adalah 'ibu'-nya yang baru.

Maka berkatilah pernikahan kami, Mago-nim, dan izinkan saya menjaga cinta murid Anda ini selamanya.

Seokmin memandang haru dua angsa kayu perlambang kesetiaan itu sebelum berjalan mundur dua langkah.

"Mempelai wanita telah tiba!"

Dari tangga menuju lantai satu, Yuju turun perlahan-lahan diiringi dua bangau pelayan. Ia mengangkat tinggi lengan gaunnya yang lebar, menciptakan tabir yang menutupi wajahnya setinggi mata. Di lengan baju yang lebar itu, tersampir selembar kain panjang bersulam bebungaan aneka warna. Rambut Yuju disanggul; sebuah binyeo disematkan di sana dan digantungi pita rambut besar berwarna hitam pada bagian depan dan belakang. Gaun merah-emas Yuju menyapu anak tangga demi anak tangga, lalu lantai.

"Itu dia ratu yang kamu tunggu. Bagaimana?" tanya bangau di sebelah Hyejin. Namun, tak ada jawaban. Napas Hyejin tertahan dan bibirnya membulat. Gaun pengantin Yuju lebih indah dari milik bangsawan-bangsawan yang upacara pernikahannya pernah ia tonton. Selain itu, melihat sang ayah mengakhiri kesendirian membuatnya tergetar.

Sementara itu, Yuju telah berdiri di ujung barat meja upacara. Seokmin di ujung timur, masih memunggunginya. Mestinya, mata Yuju terus menatap lantai sebelum upacara selesai, tetapi ia tak tahan. Sebentar-sebentar, ia melirik ke atas, berharap pria di seberang segera berbalik menghadapnya.

"Kedua mempelai bersuci!"

Sayang sekali, prosesi berikutnya adalah bersuci. Sekali lagi, Yuju dan Seokmin saling memunggungi untuk mencuci tangan mereka. Dengan bantuan para bangau, lengan baju mereka disingsingkan, lalu telapak tangan mereka dicelupkan ke air dalam bejana emas. Tangan yang telah dibasuh kemudian dikeringkan, dan para mempelai kembali ke posisi semula dekat meja upacara.

"Kedua mempelai memberi salam!"

Seokmin berbalik, tepat ketika Yuju iseng meliriknya, tetapi justru karena bersitatap itulah, keduanya langsung sama-sama menatap lantai. Denyut jantung mereka menggema sampai ke leher.

Dia cuma seorang petani yang dipakaikan baju bagus, tetapi mengapa seakan tercipta untuk memakai pakaian itu? Seperti raja sungguhan; aku ingin segera menghormat untuknya, kalau bisa seumur hidupku aku bersujud kepadanya! Lee Seokmin, kau sudah gila!

Sial, perempuan di sana betul Yuna? Kelihatan mata saja membuatku gugup setengah mati, apalagi kalau tabirnya diturunkan .... Semerah apa pipi dan bibirnya? Bagaimana raut malu-malunya? Tunggu, aku bukan bocah remaja yang baru kenal lawan jenis!

Usai meredam isi kepalanya yang berisik, Seokmin memberi hormat satu kali. Tangan disilangkan di depan muka, lalu ia berlutut dan membungkuk hingga kepalanya nyaris menyentuh tikar bambu. Sebagai balasan, Yuju—dibantu dua bangau di kanan-kirinya—membungkuk dua kali.

Sulit dipercaya. Lima puluhan hari lalu, dia masih pesuruhku, tetapi sekarang aku dengan malu-malu menyatakan akan mengabdi kepadanya, batin Yuju sembari perlahan-lahan menurunkan lengan, menunjukkan wajahnya kepada sang kekasih. Bukannya aku tidak suka, sih ....

"Kedua mempelai bertukar janji!"

Tidak perlu mengucapkan sesuatu dalam upacara ini untuk bertukar janji sehidup semati. Bangau pemimpin upacara mengambil cawan yang terbuat dari kulit labu air kering, lalu menuangkan sopi beras ke dalamnya. Selanjutnya, cawan itu diserahkan kepada pendamping mempelai pria, yang pada gilirannya memberikan cawan kepada Seokmin.

Aku tak akan pernah lelah berjanji untuk setia kepadamu, Yuna. Semoga kali ini, ikatan kita membawa kebaikan senantiasa.

Setelah berdoa dalam hati, Seokmin minum seteguk sopi dan menyerahkan cawan kembali pada para bangau.

Cawan kemudian diberikan kepada Yuju.

Aku tahu pernikahan artinya kesetiaan dan janji sehidup semati, tetapi ritual ini membuat maknanya lebih mengena. Aku telah ingkar dulu, tetapi dengan memperbaharui janjiku sekarang, artinya aku harus siap menjaga cinta ini seorang diri di Nirwana sana.

Membayangkan dirinya jatuh cinta sendiri, bahkan di tempat seindah Nirwana sekalipun, menakutkan bagi Yuju. Bagaimana ia bisa mempertahankan perasaannya setelah berpisah dengan Seokmin dan Hyejin, selagi menunggu giliran mereka ke surga? Bagaimana jika setelah pergi dari Cheonwangbong, ketiganya tidak bertemu lagi?

Namun, Yuju lantas teringat Seokmin yang tetap melajang hingga mereka kembali bertemu di Cheonwangbong.

Aku siap untuk mencinta sendiri. Aku harus siap, sebagaimana Seokmin memaksa dirinya jatuh cinta sendiri setelah aku pergi.

Dengan keyakinan baru ini, Yuju akhirnya berkenan menelan satu tegukan sopi beras.

"Kedua mempelai telah menikah! Kedua mempelai memberikan tiga penghormatan!"

Upacara diakhiri. Yuju dan Seokmin yang semula duduk bersila kini berdiri dan dapat memandang wajah satu sama lain. Dada mereka sesak oleh kegembiraan hingga tak terasa senyum terkembang di bibir. Mata Yuju berkaca-kaca; susah payah ditahannya air mata agar tak mengalir.

Sebelum kedua mempelai berjalan berdampingan dan memberikan tiga penghormatan, Halmang mengambil posisi yang sebelumnya ditempati pemimpin upacara.

"Ikatan yang sebelumnya rusak kini telah diperbarui, menunjukkan bahwa memutus ikatan dengan masa lampau bukan satu-satunya cara meraih keabadian dan kebahagiaan. Jalan panjang penuh rintangan membentang di hadapan kalian berdua, Lee Seokmin, Yuju-nim—atau Yuna-nim. Hanya saling percaya dan keteguhan hati yang mampu membawa kalian kepada akhir bahagia.

"Sekarang, demi keberkahan ikatan kalian, berikanlah penghormatan bersama-sama, untuk langit dan leluhur, untuk Dewi Perawan Mago yang Agung pelindung menara ini, serta kepada putri tercinta dan pelayan-pelayan kalian."

Yuju mengangguk kecil pada Halmang. Mulutnya bergerak membentuk 'terima kasih' tanpa suara. Ia pun berjalan mengitari meja, bergabung dengan Seokmin di tengah-tengah ruangan, dan menikmati wajah penuh syukur pria itu sekali lagi. Baru setelahnya, keduanya menumpukkan telapak tangan di depan wajah dan menghormat tiga kali.

Sorak-sorai memenuhi lantai dasar begitu punggung Yuju dan Seokmin kembali tegak. Para bangau beramai-ramai memberikan ucapan selamat. Yuju membiarkan suasana riuh-rendah itu beberapa saat sebelum mengangkat satu telapak tangan, isyarat agar mereka berhenti, dan heninglah ruangan itu.

"Lee Hyejin," ujar Yuju tegas dengan senyum bangga; semua kepala bangau kontan tertuju pada gadis cilik manis yang masih kewalahan oleh rasa takjub, "inilah bukti bahwa aku dan ayahmu telah menikah. Sekarang, percayakah kau bahwa aku adalah ibumu?"

Dada Hyejin kembang kempis. Seluruh prosesi ini telah meruntuhkan pertahanannya. Sedikit lagi, ia akan melemparkan diri kepada perempuan yang menantangnya, tetapi seperti sang ibu, gengsi tinggi mencegah Hyejin bermanja begitu cepat. Ia butuh sedikit dorongan—dan Halmang mendorongnya.

"Anda kira upacaranya sudah selesai, Yuju-nim?" Halmang mengambil segenggam kurma merah dan kacang dari meja upacara. Tak ingin membuang waktu, bangau sepuh itu terbang ke tempat Hyejin dan menyerahkan isi genggamannya pada si gadis cilik. "Masih ada satu lagi yang sayang untuk dilewatkan."

Hyejin memandang telapaknya yang penuh kurma-kacang, semula bingung, lama-lama ternganga. Ia paham rangkaian apa yang terlewatkan dari upacara. Sementara itu, Yuju melotot dengan muka merah ke arah Halmang dan Seokmin terkekeh canggung.

"Halmang-nim!" seru Yuju. "Aku dan Seokmin sudah memiliki Hyejin. Kita tidak perlu melakukan tahapan itu lagi!" []

ada yang tahu gak tahapan apa yang dimaksud? 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top