Chap. 9 : Queela's Death

Rie's Pov

'Di mana Queela ?', batinku.

Jujur, aku sangat khawatir. Entah kenapa, sejak surat dari Magic Black Organization datang, aku sering merasa takut, cemas, dan panik.

Di tengah perjalanan, aku berpisah dari Zun dan Asseyn, dan aku bersama Kay menuju kelas kami sendiri.

"Hei, Rie, kau serius soal Queela yang ke kelasnya duluan ?", tanya Kay tiba-tiba.

DEG

"M-mungkin saja. Ada catatan yang tertinggal di samping ranjangnya. Dan bedasarkan tulisan di situ, Queela berkata ia berangkat duluan.", kataku. Aku tidak bohong. Queela memang menulis kalau ia akan ke kelas duluan. Tapi entah kenapa, hatiku benar-benar tidak tenang.

"Aneh. Biasanya, ia yang ke dua paling malas ke kelas.", ujar Kay heran. Siapa yang ke satu ? Jelas Kay yang pertama.

Aku terkekeh kecil, Kay seperti mengakui kemalasannya sendiri.

Sampai di depan kelas, kami (baca : aku dan Kay) melihat seorang siswa yang terduduk dengan wajah yang sangat pucat, yang kami ketahui bernama Ferlard Endine.

Kulihat Kay lansung menghampiri Ferlard, "Ferlard ! Ada apa ?", tanya Kay. Aku juga menyusul Kay.

"Ferlard ! Kau baik-baik saja ?", tanyaku khawatir. Aku tertegun saat tanganku menyentuh tangan dan kakinya,  Bagaimana tidak khawatir ? Matanya membelalak, tangan dan kakinya gemetar, wajahnya pucat dan berkeringat dingin.

Masih dengan tangan yang gemetar, Ferlard menunjuk depan kelas kami, dan kami melihat ke arah yang ditunjuk Ferlard, yang juga membuat bola mata kami melebar sempurna.

"Oh, sial. Rie, kau benar. Queela memang ke kelas duluan...--", ujar Kay pelan.

DEG

"--...tapi dalam keadaan tewas.".

DEG

Aku tak menjawab perkataan Kay, kenapa firasatku selalu benar ? Aku masih sangat syok melihat keadaan Queela yang sungguh mengenaskan.

[Warning ! Tulisan di bawah sedikit sadis !]

Tangan dan kaki Queela putus, dan diletakkan dengan rapi di samping kepalanya. Mulutnya terbuka lebar dan mengeluarkan darah. Dari sudut ini, aku tak melihat matanya, tapi aku melihat bola matanya yang tergeletak di dekat lehernya yang sudah hampir putus.

Perutnya juga sudah terlihat menganga lebar, dan terlihat usus-ususnya yang dicabut dari situ. Ruangan di sekitar Queela sudah seperti danau darah, darah itu menyebar ke mana-mana.

Aku melihat tulisan yang dibuat dari darah di dinding kelas, dengan kalimat :

SENANG DENGAN KEJUTANNYA ? -MAGIC BLACK ORGANIZATION

Tanpa sadar, aku menggeretakkan gigiku. Mrs. Eindy dan Mrs. Mirryn yang melihat kami segera menyusul dan kembali memasang ekspresi yang sama saat melihat mayat Queela.

Kudengar suara sayup-sayup ribut Mrs. Eindy yang menyuruh Mrs. Mirryn menelepon polisi, suara ribut-ribut para siswa dan siswi juga hanya terdengar sayup-sayup di telingaku.

Aku menutup kedua telingaku, mataku masih melebar, dahiku sudah mengeluarkan keringat dingin, kilas balik pembunuhan keluargaku kembali masuk ke otakku.

"Rie !?", kulihat Kay yang menatapku cemas, namun aku mengabaikan panggilannya.

"Rie ! / Rie-chan !", kudengar juga suara panggilan Zun, Asseyn, Akira, Carlay, Carley, Mary, Yukko, Ren, Jimmy, Kazuto-san, Yuuma-san, dan Shu-Niichan, namun aku tetap mengabaikannya.

"Ah...AHHH...", tubuhku mulai hilang kendali. Bayangan darah ayah dan ibuku tetap terlihat. Tanpa sadar, aku menjerit sehingga mendapat perhatian dari semua orang.

Mrs. Eindy, Mrs. Mirryn, para siswa, para siswi, Ferlard, Zun, Kay, Asseyn, Akira, Ren, Jimmy, Carley, Carlay, Mary, Yukko, Kazuto-san, Yuuma-san, dan Shu-Niichan memanggilku khawatir, terutama Shu-Niichan.

Air mataku mulai mengalir. Yang awalnya pelan mulai deras.

"Rie ! Buang bayangan itu ! Buang bayangan itu jauh-jauh ! Ingat memori-memorimu yang lain, Rei !!", Shu-Niichan menyuruhku.

Aku berusaha mengingat memori lain, tapi, saat ini benar-benar tidak bisa, seakan-akan dewa menghilangkan seluruh memoriku, dengan susah payah, aku berkata, "Shu...Shu-Niichan...", panggilku pelan.

NGING !!!!

Masalah belum selesai, sekarang telingaku rasanya berdenging dengan sangat keras. Aku kembali menjerit, ekspresi cemas Shu-Niichan dan teman-temanku semakin panik.

Sakit !! Kepalaku sakit sekali !! Seperti mau pecah !!

Shu-Niichan segera memelukku dan mengelus-elus punggungku. Ia berkali-kali mengucapkan kata-kata penenang.

Perlahan-lahan namun pasti, aku kembali bisa mengingat memoriku yang lain. Suara dengingan itu juga mulai memelan.

"Rie...Rie...", panggil Shu-Niichan pelan.

Perlahan-lahan aku membuka mataku yang sudah basah dan sembab, aku membalas pelukan Shu-Niichan dan menangis deras di dadanya yang bidang.

Aku mendengar Shu-Niichan berkata, "Tenanglah. Yuu-kun, tolong ambilkan obat penenang sekaligus suntik yang ada di tasku.", ujar Shu-Niichan.

Aku tak mendengar balasan Yuuma-san.

Kulihat dengan mataku yang masih basah dan buram karena air mata, aku melihat Yuuma-san memberikan sesuatu pada Shu-Niichan. Shu-Niichan mengangkat tangan kananku.

Aku merasakan sedikit nyeri saat sesuatu terletak di punggung tangan kananku, dan perlahan, kesadaranku mulai menghilang.

***

Author's Pov

Shu mengelus punggung Rie, "Tenanglah. Yuu-kun, tolong ambilkan obat penenang sekaligus suntik yang ada di tasku.", ujar Shu menyuruh Yuuma.

"Ba-baiklah !", ujar Yuuma lalu lansung membuka tas sekolah Shu, ia lansung mengeluarkan obat penenang yang sangat dikenalinya dan suntik dari tas Shu dan menyerahkan 2 benda itu padanya.

Shu segera mengambil benda yang disodorkan Yuuma dan mengangkat pelan tangan kanan Rie, ia segera menyuntikkan suntik itu ke punggung tangan kanan Rie, dan Rie perlahan-lahan tertidur.

Setelah memastikan Rie tertidur, Shu segera menggendong Rie ala bridal-style dan berkata pada Mrs. Eindy, "Mrs. Eindy, aku dan Rie izin dulu dari kelas.", ujar Shu lalu lansung pergi menjauhi kerumunan tanpa menunggu jawaban Mrs. Kepala sekolah itu.

Carlay, Carley, Mary, Yukko, Akira, Kay, Asseyn, Zun, Ren, Jimmy merasa tidak tenang.

Carlay dan Carley lansung berkata pada Mrs. Eindy, "Aku juga izin dari kelas, Mrs. Eindy !", ujar Carlay dan Carley bersamaan lalu lansung pergi.

Ucapan itu diulangi oleh Akira, Asseyn, Yukko, Mary, Zun, Kay, Ren, Jimmy, Kazuto, dan Yuuma.

Untungnya, Mrs. Eindy mengizinkan mereka semua.

20 menit kemudian

Darah...darah...darah di mana-mana. Di tengah ruangan penuh darah itu, Rie melihat 2 orang yang sangat familiar baginya.

"Ayah ! Ibu !", seru Rie. Ia berusaha menggapai ayah dan ibunya, namun semakin ia berlari mendekat, letak ayah dan ibunya semakin menjauh.

"AYAH !! IBU !! TOLONG !! JANGAN TINGGALKAN AKU ! WALAU MASIH ADA TAKAYA-NII, RIE KADANG KESEPIAN !!", seru Rie. 

"JANGAN !!!"

"R-Rie ?"

Rie menyesuaikan matanya dengan cahaya di sekitarnya. Ia melihat seluruh teman-temannya, termasuk Shu-Niichan sudah ada di sekelilingnya.

Nafasnya terengah-engah, wajahnya masih berkeringat, tangannya gemetar, bola matanya melebar.

"Rie ? Kau baik-baik saja ?", ujar Zun khawatir. Rie pertama kalinya melihat Zun ber-ekspresi cemas. Selama ini, Zun hanya menampilkan wajah cuek.

Rie melihat sekelilingnya. Ia bisa menebak kalau ia ada di ruang kesehatan.

Ia melihat semua temannya, ada Zun, Akira, Asseyn, Kay, Shu, Kazuto, Yuuma, Ren, Jimmy, bahkan Carlay, Carley, Yukko, Mary, Sophia, dan Sophie juga ada.

Rie mengingat-ingat lagi kejadian sebelumnya, di mana ia melihat darah menyebar ke mana-mana. Tanpa sadar, air matanya kembali mengalir.

"Uhk...Hu...hu..huhu, Queela... Queela...", tangis Rie pecah. Shu lansung memeluk Rie lagi.

Shu mengelus punggung Rie yang gemetar berkali-kali, ia menghentikan elusannya saat ia merasa punggung adiknya sudah lebih tenang dari pada tadi.

***

Sudah 3 hari berlalu sejak kematian Queela.

Rie, Zun, Shu, Kazuto, Yuuma, Jimmy, dan Ren tidak bisa tenang karena merekalah yang diincar oleh Magic Black Organization.

Mereka semua tidak mau melibatkan orang yang tidak terlibat dalam masalah mereka, yaitu, Kay, Asseyn, Akira, Carlay, Carley, dan lain-lain.

Jadi, Rie dan teman-temannya memutuskan untuk pergi menyelidiki Magic Black Organization, sekalian berusaha memusnahkan organisasi itu.

Kalau kalian bertanya apakah Kay dan yang lainnya tidak ikut atau ikut, maka mereka akan menjawab,

"Kay ! Asseyn ! Cepat ! Kita harus berangkat sebelum jam 7 pagi !", seru Rie.

--ikut.

Sebenarnya awalnya Rie tidak mau teman-temannya terlibat, tapi teman-temannya memaksa. Anggota tambahan yang ikut adalah :

-Graiden Mijyu.
-Kay Lirgenda.
-Asseyn Lickaeren Mirgen.
-Akira Mamatsu.
-Carlay Kuiryn Mernandy.
-Carley Kuiron Mernandy.
-Mary Athur.

Mereka semua memaksa ikut, jadi mau tidak mau, Rie mengizinkannya.

Mereka semua pergi tanpa memberitahu teman-teman kami, dan guru-guru. Kecuali Mrs. Eindy, awalnya Mrs. Eindy melarang, namun, Shu memaksanya. Mereka ingin membalas dendam atas kematian Queela.

Sehingga, sehari setelah itu, kami berangkat.

"Iya ! Aku sudah selesai ! Tinggal menunggu Kay !", balas Asseyn.

"Aish. Aku menyesal karena mengizinkan kalian ikut.", ujar Zun sambil menghela nafas. Kay mengerucutkan bibirnya, "Jahat ! Bagaimana pun, kami, kan, sahabat kalian !", seru Kay kesal.

"Bukan. Bukan begitu. Sebenarnya Zun benar. Ini, adalah masalah kami. Kami tidak ingin orang yang tidak terlibat dalam masalah ini dalam bahaya.", ujar Rie dengan mata sendu.

Asseyn lansung merangkul Rie, "Sudah ! Jangan pasang tampang sedih seperti itu ! Nanti aku aku bersalah sama Queela.", ujar Asseyn tersenyum sedih.

Rie tersenyum kecil.

Shu lansung memanggil mereka, "Hoy ! Cepat ! Sebentar lagi jam 7 !", seru Shu mengingatkan mereka ber-empat.

Rie, Zun, Kay, dan Asseyn lansung tersenyum kecil, mereka mengejar teman-teman mereka, "Ayo !", ujar mereka ber-empat.

"Tunggu, kebenaran akan segera terungkap, Queela !"

To Be Continued...

Konnichiwa, minna !
Huhuhu, akhirnya selesai juga. All reader udah nunggu ya ? Akhirnya jadi juga. Chapter selanjutnya akan berisi rintangan dalam perjalanan menuju markas Magic Black Organization ! Ditunggu dengan sabar ya ! Sorry kalau ada typo T _ T
Mata Ashita~!
Ditunggu vote dan comment-nya~!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top