Chap. 22 : Akira's Feeling to Rie
Ren's Pov
Uhk...apa yang kupikirkan ? Kenapa aku memeluk Rie ?
Aku tidak tahu kenapa, tapi setelah melihat wajah Rie yang penuh dengan kesedihan, rasanya tanganku bergerak sendiri.
Dan tahu-tahu, aku sudah memeluknya.
Sadar, aku lansung melepas pelukanku pelan dan mengusap rambutnya lembut, "Jangan cemas. Mereka akan baik-baik saja. Aku yakin.", ujarku seraya menenangkan Rie.
Rie mengangguk kecil, aku bisa melihat semburat merah yang samar (benar-benar sangat samar) di pipinya.
Rie menggenggam kedua tanganku, "Um. Terima kasih, Ren.", ujar Rie.
DEG
DEG
DEG
Uhk...sial, lagi-lagi jantungku berbuat ulah.
Dan kali ini, aku yakin kalau akulah yang sekarang mengeluarkan semburat merah walau tidak sesamar Rie tadi.
Aku mengangguk pelan dengan tetap wajah datar walau dipastikan semburat merahku masih terlihat.
Rie memandangku bingung, "Ren, kau demam ? Apa kau sakit ? Wajahmu merah, lho.", tanya Rie dengan wajah polosnya yang benar-benar imut.
DEG
DEG
Aduh..., jantungku berisik lagi.
Tapi, oh Tuhan, Rie sekarang benar-benar manis. Sangat manis ! Bahkan terlalu manis. Aku tidak kuat terus-terus an melihatnya.
Aku menggeleng pelan, dipastikan kalau sekarang semburat merahku benar-benar terlihat.
"A-aku tidak apa-apa. Tidak usah khawatir.", ujarku pada Rie.
Rie mengangguk pelan dan tersenyum kecil.
Oh Tuhan, semoga aku masih bisa bernafas kalau melihat Rie seperti ini.
(Sepertinya Ren-kun terlalu...gimana ya ? (●>3<●))
"Ehem ehem. Kayaknya kita semua diabaikan nih~", ujar sebuah suara.
Aku menoleh kesal dan melihat Jimmy yang sekarang sedang tersenyum lebar (baca : nyengir) sambil memberikan tanda peace.
Aku menghela nafas kesal.
Dasar, dia benar-benar mengganggu.
Aku melihat sekeliling. Beberapa orang menatapku kesal. Dan mereka adalah senior Shu, Mijyu, Mary, dan...
...Satoushi ?
Dalam batinku, aku tersenyum sinis.
Hee, sudah kuduga kalau Satoushi juga pasti menyukai Rie. Sangat terlihat dari caranya menatap Rie.
Tapi, kau kira aku akan diam saja kalau melihatmu dan Rie sangat akrab ?
Tidak dan tidak akan pernah.
Kudengar dehemen seseorang yang ternyata Akira, "Uhum, kalau mau lanjut silakan. Jangan marah saja kalau tertinggal.", ujar Akira yang kayaknya sedikit menyindir.
Kulihat lagi Senior Kazuto yang menghela nafas kesal, "Situasi sedang genting, tapi kalian malah asyik sendiri. Dunia seakan milik kalian berdua, ya ?", tanya Senior Kazuto.
Uhk, pipiku masih merona lagi.
Aku menengok ke arah senior Yuuma yang sedang tersenyum penuh arti, "Ren, kau sudah benar-benar berkembang, ya...", ujar Senior Yuuma.
"Hah ?"
Aku memiringkan kepalaku bingung dengan ucapan Senior Yuuma.
"Maksudnya ?", tanyaku bingung.
Lagi-lagi senior Yuuma tersenyum manis (kadang aku berpikir kalau senior Yuuma sebenarnya cocok menjadi perempuan. Sungguh).
"Tidak apa-apa. Abaikan saja. Maaf sudah membuatmu bingung, Ren.", jawab Senior Yuuma sambil memalingkan wajahnya.
He..aku sangat penasaran. Tapi ya sudah.
Terserah.
Aku melanjutkan jalanku dengan Rie yang ada di belakangku.
~(*w*)~
Author's Pov
Rie dan yang lainnya pun melanjutkan perjalanan.
Rie memiringkan kepalanya bingung, 'Tadi Yuuma-san, Kazuto-san, dan Akira bicara apa, sih ?', batin Rie bingung.
Oh, ya ampun. Ternyata Rie belum mengerti, saudara-saudari sekalian !
Rie menyimpan pertanyaan itu untuk nanti.
DEG
Kali ini jantung Rie kembali berdetak kencang, namun perasaan yang Rie rasakan berbeda dengan detakan jantung saat ia di peluk Ren.
Keringat dingin meluncur mulus dari dahi Rie.
'Sial ! Perasaan ini muncul lagi ! Perasaan buruk ini terus menghantuiku !!', batin Rie.
Rie menggeretakkan giginya pelan. Ia juga mengepalkan kedua tangannya keras.
Bukan hanya Rie, perasaan Ren juga kembali diterpa perasaan buruk.
Ren gelisah, 'Apa ? Apa ? Apa lagi yang akan terjadi ? Carlay, Carley, Kaname...apa kalian baik-baik saja ?', barin Ren gelisah.
Shu menyadari kelakuan aneh adiknya dan Ren. Sebenarnya, terkadang ia bingung sendiri.
Shu mengeryitkan dahinya, 'Kenapa perasaan yang dialami Ren dan Rie selalu sama dan bersamaan ? Apa ada sesuatu di antara mereka ?', batin Shu bingung.
Ren dan Rie memiliki perasaan buruk yang sama, dan juga perasaan buruk mereka selalu muncul bersamaan.
Hal itu mungkin memang membingungkan bagi sebagian orang, tapi, untuk orang yang pernah membaca buku tentang dunia sihir ini, mereka pasti tahu apa yang terjadi.
Buku itu bernama 'The Secret of Magic World'.
Di buku itu, akan tertulis beberapa rahasia tentang dunia sihir ini.
Salah satunya adalah tentang 2 orang yang bisa saling merasakan perasaan yang sama, baik perasaan yang buruk atau pun perasaan yang baik.
Hal itu hanya terjadi pada orang-orang berkemampuan sihir yang cukup tinggi.
Dan kejadian itu, akan terjadi pada...
Dua orang yang saling jatuh cinta satu sama lain.
Yah, tapi nampaknya hampir semua rombongan Rie tidak pernah membaca buku itu, padahal buku yang dimaksud ada di perpustakaan Magician Academy.
'Hampir', lho. Bukan semuanya.
Yep ! Dari semua rombongan Rie, ada satu orang yang pernah membaca buku tentang rahasia itu.
Dan orang itu adalah...--
'Mereka benar-benar serasi, ya...'
--...Akira.
Ya, Akira pernah membacanya.
Waktu Rie belum muncul di dunia sihir itu, Akira pernah pergi ke perpustakaan, dan tidak sengaja menemukan buku itu tergeletak di lantai.
Flash back on
Akira sedang tidak mempunyai kegiatan, ia akhirnya memutuskan untuk pergi ke perpustakaan untuk mencari buku yang mungkin seru.
Saat ia sedang menelusuri buku-buku di rak 'buku cerita sihir', ia tiba-tiba merasa kakinya menyandung sesuatu.
Akira pun menoleh ke bawah dan melihat buku kecil yang bersampul biru.
Akira mengambil buku itu dan membaca judulnya, yang membuat Akira terkejut.
"'Secret of Magic World' ? Aku baru tahu ada buku seperti ini.", ujar Akira sambil menaikkan alisnya. Bingung.
Akira pun memutuskan untuk membuka halaman pertamanya, dan ia membaca semua rahasia tentang dunia sihir ini.
Sampai pada akhirnya, halaman itu tiba di rahasia tentang menerima perasaan yang sama, dan Akira sangat terkejut dengan rahasia yang satu itu.
Flash back off
Akira memang tidak membaca semuanya, karena ia pergi ke perpustakaan saat malam-malam dan jam sudah menunjukkan pukul 9, di mana para murid harus kembali ke tempat tidur.
Namun, setidaknya Akira sudah membaca sampai ke halaman tentang perasaan yang sama.
Kalau boleh jujur, terkadang Akira merasa tidak enak saat melihat Rie sedang akrab dengan laki-laki lain, termasuk Shu.
Akira sendiri bingung dengan perasaannya itu.
Di mana Akira merasa kesal saat Rie sedang akrab dengan laki-laki lain.
Di mana Akira merasa senang saat Rie berbicara dan bersamanya.
Di mana Akira merasa gugup saat ia berdekatan dengan Rie.
Dan di mana Akira merasakan perasaan tidak suka dan ingin menyingkirkan laki-laki yang mendekati Rie.
Ya, benar.
Akira pernah menceritakannya pada sahabatnya di kelas 1-B, Asada Shunji.
Flash back on
"Jadi kau merasakan senang saat bersamanya, gugup saat berdekatan dengannya, dan kesal saat ia didekati laki-laki lain ?"
Shunji mengulangi semua cerita Akira, yang dibalas anggukan mantap Akira.
"Ya.", balas Akira.
Shunji terdiam sejenak sebelum tersenyum licik, "Hm, aku tidak menyangka, lho, Akira-kun.", ujar Shunji.
Akira menaikkan alisnya, "Kenapa kau tidak menyangkanya, Shunji ?", tanya Akira bingung.
Shunji terkekeh kecil, "Hei--ayo lah, seorang yang sering dijuluki play boy dan senang mendekati perempuan--sekarang merasakan perasaan 'itu' ?", jawab Shunji.
Sekarang Akira mengerutkan dahinya. Bukannya mengerti, ia malah tambah bingung.
Shunji juga nampaknya menyadari kebingungan Akira.
"Kau mengerti ?",
Shunji bertanya.
Akira menggeleng.
"Heh...,", Shunji menghela nafas, "Kau jatuh cinta, Akira-kun. Tidak salah lagi.", ujar Shunji.
Dan Akira sukses membelalakkan matanya.
Flash back off
'Jadi...ini benar-benar yang namanya jatuh cinta, kah ? Shunji ?', batin Akira.
Jujur, Akira tidak percaya.
Dirinya yang selama ini dijuluki cassanova, play boy, dll---menyukai seorang gadis ?
"Akira !"
Akira tersentak. Ia menoleh dan mendapati Rie yang memasang wajah bingung.
DEG
DEG
DEG
Ok, sekali lagi, Akira merasa jantungnya berdebar-debar.
"Ya ?", balas Akira.
Rie menghela nafas kecil, "Jangan melamun begitu. Kita sudah ditinggal, lho. Ayo--"
"AAAAAAH !!!"
Belum selesai perkataannya, sebuah teriakan -yang berasal dari Mijyu- memotong ucapannya.
Rie dan Akira tersentak, mereka lansung menoleh ke arah depan dan melihat teman-teman mereka membeku di sebuah tempat.
Tanpa basa-basi lagi, Rie dan Akira segera berlari ke tempat teman-teman mereka.
"Shu-niichan ! Ada apa ?", tanya Rie sambil menyelaraskan nafasnya.
Wajah Shu pucat. Sangat pucat. Ia menunjuk tempat di depannya dengan tangan yang gemetar hebat.
Rie dan Akira memindahkan tatapan mereka ke tempat yang ditunjuk Shu, dan seketika lansung terbelalak.
2 tubuh perempuan, dengan luka di sekujur tubuh mereka yang parah.
Terlihat bekas tusukan di dada mereka berdua yang masih mengucurkan darah dengan deras.
Terlihat berbagai luka-luka goresan di seluruh tubuh mereka.
Terlihat kepala mereka yang juga masih mengeluarkan darah dengan deras.
Terlihat bekas kemerahan di kaki mereka, yang diduga adalah bekas cambukan.
Terlihat juga darah yang ke luar sedikit dari sudut mulut mereka.
Dan mereka berdua terlihat sambil didudukkan di dua buah kursi sambil diikat yang kelihatan kencang.
Mata mereka tertutup, menandakan nyawa yang sudah menghilang, atau jiwa yang sudah terbang.
Dan yang paling membuat mereka terkejut adalah..--
"Carlay...? Carley...?"
-...kenyataan bahwa kedua mayat itu adalah teman mereka...
'Apa yang terjadi...?'
To Be Continued...
~(*w*)~
Konnichiwa minna ! Wow up juga.
Untung masih bisa update, ya, reader-san. Hehehe.
Mungkin saya akan update sekali lagi, abis itu hiatus.
Kenapa ? Saya harap reader-san menyiapkan batin kalian.
UTS IS COMING, MINNA !!!
JENG JENG JENG !!
Nyuehehe, jadi begitulah. Karena UTS saya bakal datang hari Jumat ini, author akan izin hiatus 2 minggu, ya ? Please~*puppy eyes*.
Kalian kapan UTS, reader-san ? Kalau tak mau jawab, ya no prob (^w^)/.
Selamat belajar, minna !
Bye-bye, minna~!
Dimohon vote dan comment kalian~!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top