Bonus Chapter : Carlay & Carley Past
Yey..~! Request ketiga! Masa lalunya Carlay dan Carley~ sejujurnya menulis chapter yang ini mungkin akan sedikit sulit, tapi semoga para pembaca menikmatinya ya ^^!
Dan ... maaf sudah lama ga update.
Yah ... ini masih mending dari pada yang sebelumnya kan!? *panik* eh aduh, pokoknya maaf deh!
Oh ya, maaf kalau chapter ini kurang panjang ya. Habisnya, bikin ini itu agak membingungkan. Aku menyesal tidak mendalami karakter dari kedua anak kembar ini ... *pundung di pojokan*
Sudahlah, kita lansung ke cerita saja, ya! By the way, ini pake PoV-nya Carley aja deh.
Bonus Chaper
Carlay and Carley Past
By fallyndanella04
Salam kenal, semuanya. Aku yakin kalian sudah tahu tentangku, ya.
Benar sekali, aku Carley.
Nama lengkapku, Carley Kuiron Mernandy. Salah satu dari anak kembar di keluargaku. Aku mempunyai saudari yang sangat kusayangi, bernama Carlay Kuiryn Mernandy.
Sesuai permintaan seseorang, aku, akan membawakan kisah masa laluku dan Carlay.
Kisah yang menurut sudut pandangku.
Flash Back
5 tahun yang lalu
Meskipun kami baru berumur 8 tahun, aku dan saudaraku, Carlay, merupakan anak yang terbilang pintar!
Tapi aku mengakui, kalau Carlay lebih jenius dari pada diriku. Ayah dan ibu juga sangat menyayanginya.
Itu wajar mengingat Carlay sangat membanggakan mereka.
Iri? Tidak juga, sih. Sebagai saudari kembarnya, kesenangan Carlay tentu akan menjadi kesenanganku juga. Aku selalu bangga mempunyai saudara seperti Carlay!
Aku sangat menyayanginya!
Hanya saja, yang kubingungkan adalah, kenapa Ayah dan Ibu seperti tidak pernah menganggapku?
Mungkin aku yang terlalu kepikiran? Toh, tidak mungkin Ayah dan Ibu tidak mengacuhkanku, kan. Aku juga anaknya.
Kuakui aku sedikit penakut dan lebih cengeng dibanding Carlay. Ayah juga sering berkata jika aku harus persis seperti Carlay yang berani dan tegas.
Ah, tapi kata-kata Ayah bikin malas, deh!
Aku, ya, aku! Masa aku harus dipaksa meniru seseorang meskipun itu saudari kembarku sendiri?
"Carley! Kau sedang apa, sih!? Ini sudah mau telat, lho! Masa mengambil buku saja sampai 15 menit?"
Suara teriakan Carlay menghentikan narasiku. Huwa! Aku lupa kalau sudah mau berangkat sekolang! Aku terlalu bersemangat membicarakan aku dan Carlay.
"Iya, Carlay! Aku datang!"
Saat aku baru saja hendak menyusul Carlay, aku merasakan tatapan tajam Ibu yang mengarah ke padaku.
"Um, ada apa, Ibu?" Tanyaku.
Ibu mendengus. "Jangan merepotkan Carlay-ku karena tingkah cerobohmu." Lalu lansung berlalu pergi dari sana.
Ah, lagi-lagi.
Senyum miris pasti nampak di bibirku. Selama ini selalu begitu. Ibu selalu mengatakan semacam 'jangan menyusahkan Carlay' dan Ayah selalu mengatakan semacam 'Carlay saja begitu'.
Aku sampai berpikir, kenapa ya?
Kami anak kembar. Kami berbagi di rahim yang sama. Kami sama-sama perempuan.
Tapi bukan berarti kami persis satu sama lain. Bukan berarti kami diperlakukan sama.
Sepertinya keberuntungan lebih didapatkan oleh Carlay.
"Carleyy!!"
Ah, gawat. Sepertinya Carlay sudah mulai mengamuk tee-hee~ *peace*
"Aku datang, Carlay!"
Uwah, Carlay sudah memasang tampang ngambek! Darurat, darurat!
Perjalanan ke sekolah nanti sepertinya akan menyusahkan ...
Skip
"Carlay, Carlay marah ya?"
"Nope."
"Tidak marah kok jawabannya singkat, sih ..."
"Oh."
"Carlay~jangan marah dong~"
"Hm."
Huft
Helaan nafas reflek ke luar dari kedua belah bibirku.
Carlay benar-benar ... kalau sudah ngambek seperti ini, ia benar-benar terkesan menyebalkan!
Ah, sudahlah. Sia-sia saja berbicara padanya saat sudah ngambek seperti ini. Lebih baik aku mencari sesuatu yang bisa meluluhkan Carlay!
Tapi, isi tasku sepertinya tidak ada yang penting--
--ah, roti croissant.
Sebenarnya roti ini untuk kumakan sendiri, sih. Tapi tidak apa-apa, deh! Biar Carlay ga ngambek lagi~!
"Carlay~tebak, apa ini?" Aku bertanya dengan nada riang.
Mata Carlay melirik malas sebelum matanya berbinar-binar dan senyum lebar muncul di wajahnya. "Roti Croissant!" Ujarnya gembira. Ia lansung menyambar roti itu dari tanganku.
"Terima kasih, Carley! Kau tahu sekali kalau stock roti ini di tempatku hanya tinggal 4 buah!" Carlay memelukku erat, berarti ia sudah tidak ngambek!
"E-hehe. Iya. Carlayy! Lepas! Sesak!" Pelukan Carlay erat sekali, sih.
Carlay melepas pelukannya dan memasang cengirannya. Ia menarik tanganku. "Oke. Now, let's go to the school!"
***
Carlay's Class
3-A
Aku dan Carlay tidak satu kelas. Jarak antar kelas kami juga cukup jauh. Ia 3-A, sementara aku 3-F.
Entah siapa yang sengaja mengatur kelas kami berjauhan seperti ini. Padahal dari banyak cerita yang kubaca, kebanyakan anak kembar selalu satu kelas, kan!? Huuh!
Sekarang, aku sedang berjalan menuju kelas Carlay untuk mengajak pulang bersama.
"Carlay--"
"Hei, Carlay. Apa kau tahu berita tentang saudari kembarmu itu!?"
Suara teman Carlay (kalau seingatku, namanya Rosette .. Rosetto ... oh! Rosetta Tamsound^^) menghentikan gerakanku yang tadinya hendak membuka pintu kelas Carlay.
Berita? Tentangku?
Apa maksudnya? Seingatku aku tidak pernah berbuat yang mencolok di sekolah selama ini.
"Berita tentang Carley? Entahlah. Memangnya Carley terkena berita apa?" Suara Carlay terdengar dari balik pintu.
Aku membungkuk sedikit dan menguping karena penasaran.
Suara Rosetta kembali terdengar. "Katanya, Carley itu pintar karena dia memberi uang ke pada guru untuk memberi bocoran?"
Mataku melebar.
Hah!? Apa maksudnya? Aku tidak pernah berbuat seperti itu! Siapa, sih, yang menyebarkannya!?
Pantas saja saat aku berjalan ke kelas Carlay tadi ada beberapa pandangan sinis ke arahku!
BRAK!!
Suara gebrakan meja membuatku terkejut. Gebrakan tersebut sangat keras sampai-sampai suaranya bocor ke luar pintu.
Apa Carlay yang melakukannya?
Ting tong!
Saat aku mengintip sedikit ke dalam, aku melihat wajah Carlay yang memerah padam dan nafasnya terengah-engah. Telapak tangannya mengepal kuat. Aura di sekitarnya terasa mengerikan.
Gawat.
Ini berbahaya.
Carlay akan mengamuk sebentar lagi.
"Siapa yang menyebarkannya!?" Suara Carlay terdengar sangat geram.
Rosetta terlihat takut. "E-eh? Carlay?"
"Kutanya, SIAPA YANG MENYEBARKANNYA!?"
Rosetta terlihat seperti ingin menangis, tapi wajar saja.
Bagi anak-anak biasa berusia 8 tahun seperti Rosetta, pastilah kemarahan saudariku itu sangat menyeramkan untuk anak seusianya.
Kalau dibiarkan, Carlay bisa mengobrak-abrik kelas ini.
Akhirnya, aku memberanikan diriku membuka pintu kelas. Semua pandangan tertuju ke arahku, tidak terkecuali Carlay.
Aku mendekati Carlay, dan memeluknya. Aku mengulurkan tanganku untuk mengelus punggungnya lembut.
"Ssstt ... aku tidak apa-apa, Carlay. Jangan mengamuk seperti itu. Nanti kelas ini hancur, lho!" Apakah menambahkan humor sedikit akan membaik?
Aku merasakan telapak tangan Carlay yang tadi mengepal, terbuka kembali. Nafasnya yang tadi terengah-engah juga kembali tenang.
Aku melepaskan pelukannya dan senyum kecil muncul di bibirku, untuk menenangkannya.
'Tenanglah'
Adalah kata yang kusampaikan melalui tatapanku. Itu kulakukan sambil melirik Rosetta sesekali.
Carlay nampak mengerti maksudku. Ah, saudari kembarku memang jenius.
Ia menghela nafas, lalu menatap Rosetta yang masih terlihat ketakutan dan akan menangis.
"See? Kau membuat orang lain ketakutan, Carlay. Itu tidak baik, lho~," ujarku sambil terkekeh.
Carlay menunduk lesu. "I'm sorry."
Aku mengelus rambutnya. "Jangan katakan maaf padaku. Katakan pada Rosetta."
Carlay mengangguk. Ia berbalik ke arab Rosetta. "Maafkan aku, Rosetta," ujarnya.
Fufu, padahal aku adiknya~tapi sekarang aku terlihat seperti kakaknya!
Rosetta mengangguk takut-takut. "U-um, tidak apa-apa, kok."
"Jadi," ujarku membuka mulut. "Tolong katakan, siapa yang telah menyebarkan berita itu tentangku."
Rosetta terlihat mengingat-ingat sejenak sebelum menjentikan jarinya.
"Eh ... oh, ya! Katanya, sih, Cefillia Crumson dari kelas 3-C yang pertama menyebarkannya," jawab Rosetta.
"Cefillia ... Cefillia ... apa kau tahu dia, Carley?" Carlay bergumam sendiri.
Carlay nampaknya tidak mengetahui soal Cefillia, ya? Tapi wajar saja, sih. Waktu kejadian perselisihanku bersama Cefillia itu, Carlay sedang sakit.
Aku mengangguk, mengiyakan pertanyaan Carlay.
Mata Carlay melebar, sebelum kembali normal kembali.
Saudari kembarku itu menarik tanganku ke luar dari kelas 3-A. "Ayo! Kita ke kelas 3-C! Siapa tahu, dia masih di kelas!" Carlay berseru.
Aku tidak berkata apa pun selain mengangguk dan mengucapkan satu kata. "Baiklah."
Tapi, kenapa perasaanku agak aneh, ya?
Cefillia's Class
3-C
BRAK!
"Apa di sini ada Cefillia Crumson!?"
Sungguh, Carlay berbuat hal yang memalukan.
Apa ada kata selain 'memalukan', saat orang yang bersama denganmu saat ini mendobrak pintu kelas dengam kencang dan berteriak memanggil seseorang?
Sepertinya tidak. Tapi entahlah. Mungkin kalian dapat menambahkan di kolom komentar ini.
Perempuan dengan rambut pirang yang bergelombang, Cefillia, mendekati kami. Sudah jelas sekali rasa tidak suka yang tersirat dari wajahnya.
"Ada apa?" Tanyanya berkacak pinggang. "Aku bukan orang yang mempunyai banyak waktu luang, seperti kalian."
Anak ini ... tetap saja tidak berubah! Tetap menyebalkan!
Awalnya kukira Carlay akan menarik Cefillia dan kami bertiga akan membahas soal ini baik-baik, tapi ternyata--
"Kenapa kau menyebarkan rumor buruk tentang Carley!?" Wajah Carlay merah, ia marah besar.
...
Carley, kita ada di depan kelasnya Cefillia, lho? Antek-anteknya Cefillia juga ada di kelas ini, lho!? Kau mau dikeroyok!?
Cefillia memasang raut yang jelas terkejut.
"H-hah? Apa maksudmu, bodoh?" Tanya Cefillia. Ekspresi wajahnya terlihat bingung.
Ada yang aneh....
Murid di belakang kami bertiga berbisik-bisik dengan wajah terkejut. Tampaknya mereka tidak mengerti apa yang terjadi.
"Tunggu!" Suara penuh rasa kesal mendekati kami. "Kenapa kalian menuduh Cefillia seenaknya!?"
Dia adalah Menally Videca. Sahabat Cefillia sejak kecil.
Carlay tidak memedulikan Menally dan masih menatap Cefillia dengan marah.
Aku sadar kami sepertinya sudah berbuat keributan, jadi aku segera menarik mereka ke luar dari kelas ke tempat yang lebih sepi. Aku juga tidak lupa membawa Menally.
Di halaman belakang sekolah, keadaan sepi. Yosh! Ini menjadi tempat yang cocok!
"Sekarang jelaskan! Kenapa kalian menuduh Cefillia seenaknya, huh!? Cefillia mungkin tidak menyukaimu, Carley! Tapi aku kenal anak ini lebih baik dari kalian!" Menally membuka percakapan dengan kesal.
Menally ... aku tidak ikut menuduh Cefillia ...
Carlay sepertinya tidak mau kalah. "Itu pasti Cefillia! Rosetta sendiri yang bilang begitu!"
Raut wajah Cefillia tidak berubah. Tetap nampak bingung. "Itu bukan aku!" Ia berseru dengan panik.
Wajah Menally memerah. Ia kesal. "Cefillia tidak akan menggunakan cara kotor seperti menyebarkan rumor untuk menjatuhkan seseorang! Ia akan menggunakan kepintarannya untuk mengalahkan orang yang tidak ia sukai!"
"Huh!" Carlay mendengus. "Siapa saja bisa berubah! Carley itu jenius, karena itu Cefillia tidak tahu harus menggunakan apa untuk mengalahkan Carley. Dan saat itulah, ia mulai menggunakan cara kotor."
Alasanmu masuk akal, Carlay. Tapi tetap saja ada yang aneh.
Saat perselisihan kami berdua saat itu, Cefillia mengatakan sumpah bahwa ia akan 'mengalahkan'ku.
Bukan 'menjatuhkan'ku.
Cefillia sendiri bukan terkenal karena ia memiliki sifat licik atau apa. Tidak.
Ia justru terkenal karena keambisiusannya yang terkadang menyebalkan.
Apa kalian berpikir Cefillia dikenal sebagai pembully? Mungkin kebanyakan orang akan menganggap begitu, tapi nyatanya Cefillia bahkan tidak pernah membully orang. Apalagi membuat rumor palsu.
"Sudahlah, Carlay. Menally benar. Lagipula, apa yang Rosetta katakan adalah 'katanya', jadi kita tidak benar-benar tahu apa yang terjadi sebenarnya."
Aku membuka mulutku, membela Cefillia dan Menally.
Menally tersenyum sinis. "Tuh, dengarkan saudari kembarmu!"
Carlay nampak menggembungkan pipinya tidak puas. "Baiklah, baiklah! Ayo, kita pulang saja, Carley!" Ia menarik tanganku.
"Ya." Aku mengangguk. "Maaf mengganggu, Menally. Cefillia. Kami kembali dulu."
Cefillia hanya mengangguk canggung sedangkan Menally membuang muka sambil mendengus.
Carlay and Carley's Home
Carlay membuka pintu kamarnya. "Aku lelah, Carley. Aku mau tidur sebentar, ya. Bangunkan saja saat makan malam."
Aku mengangguk. Syukurlah, nampaknya mood Carlay sudah membaik.
Oh, ya. Aku lupa mengatakan pada Ayah dan Ibu kalau sebentar lagi akan ada Study Tour, dan aku dengan Carlay akan mengikutinya.
Lebih baik kukatakan sekarang.
Aku meletakkan ransel sekolahku dan beranjak ke kamar Ayah dan Ibu.
Um? Ternyata Ayah dan Ibu ada di dapur.
(Note : Kamar Ayah dan Ibu Carley dan Carlay berseberangan dengan dapur)
"Ayah, Ibu--"
"Bagaimana? Berhasil?"
Suara Ibu menghentikan panggilanku.
Keningku mengeryit bingung mendengar perkataan Ibu.
Berhasil? Apa yang berhasil?
"Tentu saja. Teman-teman Carlay itu tidak sepintar Carlay. Mereka akan percaya dengan rumor yang disebarkan."
Aku terkejut mendengar perkataan Ayah.
"Mungkin akan ada beberapa yang tidak percaya, tapi yang pasti adalah rumor itu akan berkembang cepat."
Ibu tersenyum mendengarnya. Senyum itu mengerikan. Rasanya tubuhku merinding melihatnya.
Ibu tertawa kecil. "Sebentar lagi ... sebentar lagi, kita bisa mempunyai alasan untuk mengusir Carley."
Dan mendengar perkataan Ibu, mataku membulat sempurna.
Skip
Aku mendengar semuanya. Aku mendengar semua yang Ayah dan Ibu bicarakan. Aku mendengar kenyataan siapa aku ini.
Aku ... hanyalah anak yang akan dibuang, 'kembali'.
Kenapa aku tidak sadar, ya? Aku bertemu dengan Carlay di saat umurku bahkan sudah 3 tahun.
Walau katanya kami kembar, antara wajah dan sifat kami tidak begitu mirip. Hanya kepintaran kami yang menunjukkan persamaan kami.
Bagaimana aku bisa disebut jenius kalau yang seperti ini saja aku tidak sadar?
Aku bukan saudari kembar Carlay. Aku bukan anak dari keluarga ini.
Aku hanya anak yang dibuang lalu dipungut kembali oleh Ayah dan Ibu--maksudku, Mr. Lerano Deyka dan Ms. Alex Xandra.
Mataku tertuju pada pedang pendek sepanjang 55 cm, peninggalan Ayahnya Ayah.
Aku ... tidak akan membiarkan Carlay dirawat oleh kedua orang ini. Tidak mau dan tidak akan pernah.
Sebelum mereka mungkin akan menyakiti Carlay juga ... aku harus melenyapkan mereka.
(Dan tanpa disadari, tangan Carley sudah menggenggam erat pedang tersebut.)
Aku berjalan menuju kamar mereka, kulihat tadi mereka sudah kembali ke kamarnya.
"Apa yang kau lakukan dengan pedang itu, anak nakal!?"
Suara Ibu yang marah terdengar jelas di telingaku. Tapi, aku mengabaikannya dan memilih berlari ke arah Ibu.
Jleb!
"ARGGHH!!"
Maafkan aku, 'Ibu'.
Aku menoleh ke arah 'Ayah' yang terlihat takut melihatku yang berlumuran darah Ibu. Senyum sinis muncul di bibirku.
"Kau juga akan menyusul ... Ayah."
Dan tanpa ia ketahui, aku sudah menancapkan pedang itu, menembus jantungnya.
Aku membuang pedang itu, mengganti pakaianku, dan bergegas menuju kamar tempat Carlay sedang tidur.
"Carlay ..."
"Uh ... Carley? Ada apa?"
"Ayo, kita pergi dari rumah ini." Aku tersenyum sendu.
Carlay menatapku terkejut. "Huh? Ada apa?"
"Carlay, kau tahu? Ayah dan Ibu ... tidak menyukaiku. Mereka akan membuangku. Aku takut, setelah aku pergi, Carlay akan disakiti oleh mereka. Karena itu ... aku membunuh mereka."
Carlay menutup mulutnya, matanya membelalak lebar. Ia pasti terkejut.
"Kalau kau tidak mau tidak apa-apa. Katakan saja kalau aku yang membunuh mereka. Aku juga tidak yakin hidupmu akan aman jika kita kabur--"
Grep!
Tangan Carlay memelukku erat. Kurasakan kepalanya menggeleng pelan.
"Tidak. Aku akan ikut bersamamu. Aku sebenarnya juga menyadari ketidaksukaan Ayah dan Ibu terhadapmu, Carley ... karena itu, aku akan hidup denganmu, selamanya."
Dan mungkin untuk pertama kalinya, aku menangis di depan Carlay.
***
Aku sadar, kalau ikatan keluarga tidak harus selalu memiliki hubungan darah.
Hubunganku dengan Carlay yang sudab terikat erat, sudah cukup membuat kami menjadi sebuah 'keluarga' meskipun tidak diakui dengan hukum secara lansung.
Perasaan kami yang saling menyayangi ... sudah cukup membuat kami tetap menjadi seperti anak kembar.
Kami tetap sepasang saudara kembar, meskipun kematian telah memisahkan kami.
Kami hidup bersama.
Benar-benar bersama, sampai maut menjemput kami.
Dan kami ... akan tetap menautkan kedua tangan meskipun sudah tiada.
Karena kami adalah saudara, dan setidaknya menuju alam baka bersama-sama.
-END-
Selesaiii!!!!
Maksudku, Bonus Chapter yang tentang masa lalu Carlay dan Carley sudah selesai TT w TT aku masih punya hutang Bonus Chapter lagi ehehehe :"3
Apakah bagus? Aku kurang mendalami kedua karakter ini ... jadi mungkin agak aneh hahaha.... :"V *pundung di pojokan dengan aura suram*
Jadi intinya Carley anak pungut dan orang tuanya ga suka terus berniat menyebarkan rumor buruk agar mereka memiliki alasan untuk mengusir Carley yaitu mencemarkan nama keluarga. Yah begitulah. Drama banget aduh :"V
Ya sudah deh.
See you in the next Chapter Minna-san!
Mata ashita ne ~
Jaa naa, reader-tachi~!
2440 words, mantap :v
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top