Bonus Chapter : A Mysterious Person From Past

Begini...sebenarnya ada yang request tentang cowok misterius yang bilang ke Rie, 'aku mencintaimu' di bawah pohon.... yang ada di chap. 13 : The Mysterious Boy.

Yang request adalah... @MegawatiSirait5 (aaa sumpah ini kenapa ga ke-tag!?)

Sekedar pemberitahuan, cowok misterius di Chap. 13 : The Mysterious Boy, dan cowok yang bernama Kawamura Yukio di Chap. 15 : Who Are You ? (Untuk yang lupa, silakan check sejenak) sebenarnya sama.

Dan lagi, ternyata ada yang request soal tentang kisah Rie dengan Kawamura Yukio xD jadi sekalian deh.

Saaa, bagaimana kalau lansung ke cerita saja?

By the way, ini pake PoV-nya Kawamura Yukio ya~

Bonus Chapter:

A Mysterious Person From Past

By fallyndanella04

3 tahun yang lalu...

Kawamura Yukio PoV

Namaku Kawamura Yukio. Umurku sekarang 10 tahun.

Aku bersekolah di SD Seirin.

(Ga. Sumpah, bukan bermaksud dicampur aduk sama anime KnB. Sekolah Seirin emang ada di Jepang.

...SMA-nya sih. SD-nya ga tahu. By the way, ada yang bahasa Jepangnya SD? '-')

"K-kumohon. Hentikan!"

"Sudahlah, diam saja!!"

"Bukankah kau pasti merasakan rasa sakit saat melakukan ritual dengan setan, hah?"

"T-tidak! Aku tidak--"

"Sudah! Aku tidak ingin dengar! Ayo, teman-teman!"

Ah, suara-suara itu lagi.

Suara seperti itu sudah amat sangat biasa di sekolah ini, di kalangan junior mau pun senior.

Pembullyan.

Gadis yang dibully itu, namanya adalah Ayanasaka Rie. Ia sudah dibully seperti sejak ia kelas 3 SD.

Sebenarnya aku agak kasihan, sih. Tapi aku juga malas ikut campur.

Lagipula, ia juga tidak melawan. Apa ia bodoh? Entahlah. Yang jelas, aku tidak ingin ikut campur.

Lagipula, ia anak yang benar-benar antisocial. Ia bahkan selalu dirumorkan melakukan ritual dengan setan. Karena sifatnya yang pendiam dan suram.

Atau rumor bahwa ia sudah tidak suci lagi, rumor bahwa mahkotanya sudah hilang karena... yah, kau tahu apa maksudku.

Banyak rumor buruk tentangnya. Salah satunya rumor bahwa ia anak haram, atau rumor bahwa ia anak dari hubungan gelap.

Aku sendiri bahkan bingung dari mana rumor-rumor itu berkembang.

"Oi, Yukio! Ayo cepat, kami mau main baseball di lapangan sebelah!" Seru temanku, Alfaerna Shuro.

"Hm," aku mengangguk dan menyusul Shuro.

Time Skippu~

Pulang sekolah, aku berniat pergi ke cafe langgananku sejenak untuk beristirahat.

Namun yang membuatku terkejut adalah, bahwa Ayanasaka-san sedang terduduk di sebuah gang sepi tidak jauh dari cafe.

Aku tidak tahu kenapa, tapi sepertinya karena aku penasaran, jadi aku mendekatinya sedikit.

Namun, badanku membeku seketika setelah mendengar isakan Ayanasaka-san.

"Ibu ... Ayah ... kenapa kalian harus meninggalkanku? Takaya Onii-chan menghilang... tidak ada yang tahu di mana dia..."

Aku tertegun mendengarnya.

"Kenapa...kenapa mereka semua tidak suka padaku?"

"Kenapa mereka menganggapku telah melakukan ritual setan?"

"Kenapa mereka berkata aku adalah anak haram? Memangnya apa yang menjadi buktinya?"

"Kenapa mereka bilang aku anak hasil hubungan gelap? Apa mereka mengatakanku bahwa Ibu atau Ayah adalah orang yang berselingkuh...?"

"Nande ... Kenapa mereka ... bisa seenaknya membuat gosip yang tidak jelas!?"

Aku tersentak di bagian ini. Nada suaranya jadi meninggi.

"Kenapa tidak ada yang menolongku!?"

"Kenapa orang lain percaya begitu saja dengan gosip sialan itu!? Kenapa!?"

"Mereka orang-orang yang berpikiran pendek! Mereka bahkan tidak tahu, SEBERAPA MENDERITANYA DIRIKU DIBANDING MEREKA!!"

Aku menggigit bibirku keras.

Mungkin dia hanya bicara, namun rasa sakitnya terasa sampai ke sini juga.

Aku melihat sekilas sorot matanya, dan badanku membeku seketika.

Kemurkaan, kesedihan, kekecewaan, kesakitan.

Semuanya terpampang jelas di dalam sorot matanya, namun yang paling kelihatan jelas hanya satu.

Kesepian.

"...Ayanasaka-san..?"

Bibirku mengucapkan namanya.

Kulihat Ayanasaka-san terkejut, ia segera menghapus air matanya dan berdiri.

"Dare ka..?" (Siapa kau..?) Kata pertama yang dikeluarkan Ayanasaka-san, yang diucapkan dengan nada dingin dan sorot mata yang tajam.

Bibirku kelu rasanya, tapi aku kembali berbicara.

"...Kawamura Yukio. Siswa yang satu kelas denganmu," jawabku.

Ayanasaka-san masih memandangku dingin.

"...er..sepertinya kau sedang gelisah? Mau mampir ke rumahku? Em...sebentar saja," ujarku.

Hebat. Kata-kata itu ke luar dengan sendirinya dari mulutku.

Kulihat Ayanasaka-san menatapku terkejut, sekaligus tidak percaya.

"...apa? Bisa ulangi?" Tanyanya.

Aku mendengus. "Tidak ada pengulangan, Ayanasaka-san. Jadi mau atau tidak?"

Ayanasaka-san mengerjap-erjapkan matanya.

Ia berdiri, mengusap matanya, lalu mengangguk dan bergumam kecil namun masih bisa kudengar.

"...Hum.."

Tanpa kusadari, aku tersenyum kecil.

Skippu to the Kawamura Yukio's House~

"Silakan masuk, Ayanasaka-san." Aku membuka pintu rumah.

Ayanasaka-san mengangguk cuek dan segera masuk.

Hei, tidak bisakah ia mengucap salam terlebih dulu? Walau orang tuaku memang sedang tidak ada di rumah, sih.

"Aku akan membuatkanmu minuman. Ayanasaka-san ingin minum apa?" Tanyaku.

Ayanasaka-san menggeleng dan mendekatiku.

"Tidak perlu, Kawamura-san. Aku saja yang membuatkanmu," ujarnya pelan.

Aku tentu saja lansung menggeleng. "Tidak boleh, Ayanasaka-san. Kau adalah tamu di rumahku sekarang. Ada pepatah tamu adalah raja," ujarku.

Ayanasaka-san terlihat memberengut sejenak sebelum mengangguk. Aku tersenyum puas.

"Aku buatkan teh saja, ya, Ayanasaka-san?"

Ayanasaka-san hanya kembali mengangguk. Uh ~ kenapa ia pendiam sekali, sih? Suasananya jadi canggung begini, kan?

Daripada suasana canggung berlansung terus, lebih bail aku cepat-cepat membuatkannya minuman saja.

Ngomong-ngomong, aku baru sadar jika Ayanasaka-san ternyata tidak seburuk yang kuduga.

Dulunya aku hanya menganggap ia sebagai anak perempuan yang misterius dan suram, serta pengecut.

Tidak. Jangan memikirkan bahwa aku seperti orang jahat. Tentu saja aku juga punya alasan mengapa aku beranggapan seperti itu.

Itu semua karena ia hanya mampu memohon dan menangis di saat semua orang menindasnya. Kadang aku heran, kenapa ia tidak melawan saja? Sedikit saja melawan, setidaknya aku akan memberi rasa simpatik ke padanya.

"Um, Ayanasaka-san, apa aku boleh tahu kenapa kau sama sekali tidak melawan saat ditindas?"

Ah, sial! Pertanyaan ini ke luar begitu saja dari mulutku. Lihat! Ayanasaka-san lansung terdiam, Yukio bodoh!!

"...apa aku harus menjawabnya?"

"M-maaf. Ayanasaka-san, kau tidak harus menjawabnya, kok."

Ayanasaka-san meneguk tehnya sekali sebelum menurunkannya ke meja.

"Soalnya, Ibu bisa marah."

...

Apa?

Apa aku tidak salah dengar?

'Ibu bisa marah' hanya itu alasannya!? Dan apa-apaan ekspresi polos yang ia pasang di wajahnya!?

"Apa ... jawabanmu bisa diperjelas?"

Ayanasaka-san memiringkan kepalanya, sungguh imut--apa yang kupikirkan!?

"Ibu benci kekerasan. Kalau aku melawan, sama saja aku melakukan kekerasan. Ibu bisa membenciku. Aku tidak ingin ibu marah karena perbuatanku."

Apa ia mengartikan 'melawan' secara harfiah?

"Lagipula, aku tidak berbakat dalam memukul atau apa pun yang berhubungan dengan fisik. Tidak ada gunanya aku melawan."

Ya. Sesuai dugaanku. Anak ini benar-benar mengartikan 'melawan' sebagai 'bertarung'.

"Uh ... Ayanasaka-san, melawan tidak harus selalu memukul. Melawan juga bisa berarti kau menolak perlakuan mereka." Lebih baik aku menjelaskan saja.

Ayanasaka-san menatapku dengan mata bulatnya sambil kembali meminum tehnya. "Heh? Yang seperti itu juga bisa disebut 'melawan'?" Tanyanya.

Aku gemas sendiri. "Tentu saja, Ayanasaka-san!" Jawabku.

Ayanasaka-san menunduk. "Begitu...."

Yang bisa kulakukan hanya menghela nafas lalu mengangkat cangkir teh kami berdua yang sudah kosong ke nampan. "Ayanasaka-san, sebaiknya kau pulang saja. Ini sudah menjelang malam," usulku sambil mengangkat nampan.

Baru saja aku hendak ke dapur untuk mencucinya, tiba-tiba ...

Bruk!

"Woah! Ayanasaka-san!?" Seruku terkejut.

Bagaimana tidak? Ayanasaka-san tiba-tiba memelukku dengan erat. Untung saja cangkir yang kubawa di atas nampan ini tidak jatuh karena goncangan.

Baru saja aku ingin mengomelinya, niatku lansung berhenti saat merasakan sesuatu yang janggal.

Gemetar.

Tangan yang memelukku sekarang, sedang gemetar hebat.

"Ayanasaka ... san?"

"Aku ... tidak mau pulang ..."

"Hah?"

"Kubilang aku tidak mau pulang!!"

Aku tertegun.

"Kumohon ... aku tidak ingin pulang ke rumah itu lagi. Terlalu menyakitkan berada di rumah itu."

Suara lirih Ayanasaka-san membuatku bimbang. Ada apa dengannya?

"T-tapi, di rumahmu sudah menunggu Ayah dan Ibumu, bukan? Mereka akan khawatir," ujarku berusaha membujuknya.

"Ibu sudah tiada. Ayah juga. Mereka ... sudah tidak ada di dunia ini," jawab Ayanasaka-san.

Ah.

Aku melupakannya. Orang tua Ayanasaka-san sudah meninggal, dan karena itu ia menjadi korban bully. Kenapa aku bisa lupa?

"Lalu, apa yang akan kau lakukan?" Tanyaku pasrah.

Ayanasaka-san tersenyum. "Aku akan menginap di rumahmu."

Ayanasaka-san ternyata manis juga saat tersenyum--tunggu, tadi dia bilang apa?

Untuk kedua kalinya, aku bertanya, apakah aku tidak salah dengar?

"...hah? Tidak boleh!!" Seruku panik.

Ayanasaka-san memberengut. "Kenapa~?" tanyanya dengan nada kekanakan.

Wajahku memerah sempurna. "Bagaimana pun juga--kita berbeda gender--tidak baik laki-laki dan perempuan menginap bersama--"

Katakan saja aku terlalu dewasa di usia seperti ini. Salahkan kedua orang tuaku yang membuatku seperti orang dewasa dalam tubuh anak kecil.

Ayanasaka-san menatapku dengan mata polos. "Eh? Apa yang salah? Aku sudah sering tidur bersama laki-laki--" Apa katanya!? "Soalnya terkadang kakakku suka mengajakku tidur bersama setiap aku bermimpi buruk."

Uhk. Kata-katanya terlalu ambigu untuk dicerna.

"B-baiklah ... kau tidur saja di kamar Ibuku, mumpung ia dan Ayah sedang dinas ke luar kota." Aku menyerah.

"Eh? Tidak mau! Kau jahat sekali membiarkanku tidur sendirian di rumah yang bahkan baru pertama kali kumasuki!"

Aku mengerang. Lalu apa maunya!?

"Kita tidur bersama! Aku tidak mau tidur sendiri!"

"HAH!?"

"Aku tidak mau dibantah! Pokoknya kita tidur bersama!"

"Hoi! Jangan memutuskan seenaknya!"

-Adegan di-skip demi Para pembaca yang mungkin bisa pusing mendengar suara ribut kedua anak ini-

Dan ... inilah akhirnya.

Aku berada di kasur yang sama dengan Ayanasaka-san. Ya, kita benar-benar tidur bersama.

Aku salah pemikiran soal dia merupakan perempuan pemalu yang dingin dan pengecut. Dia benar-benar perempuan yang keras kepala!

Aku mendesah pasrah. Tidak ada gunanya mengeluh sekarang. Lebih baik aku tidur.

"Selamat tidur, Ayanasaka-san--"

"Rie."

"Hah?" Apalagi ini ...

"Panggil aku Rie, Yukio-kun. Kita sudah tidak menganggap orang asing satu sama lain, bukan?"

"Yah ... iya, sih."

"Karena itu, panggil aku Rie. Pakai -chan juga boleh, kok." Ayanasaka-san tersenyum manis.

Mau tidak mau, seulas senyum juga kupasang di wajahku. "Baiklah. Selamat tidur, Rie-chan."

Ayanasaka-san--ah tidak, Rie-chan tersenyum dan mengangguk. "Selamat tidur ... Yukio-kun." Itulah kalimat terakhirnya sebelum jatuh ke alam mimpi.

Aku tersenyum dan memandangi wajah Rie-chan yang sudah terlelap. Kuakui, dia terlihat sangat imut jika sedang tidur.

Cup

Ah, tunggu! Apa yang kupikirkan!?

Kenapa aku mengecup keningnya!?

Aku bertaruh wajahku sudah memerah sempurna! Dan kenapa jantungku harus berdetak kencang seperti habis lari marathon!?

Ah!! Akh sungguh mengharapkan perempuan yang sedang tidur tepat di depanku ini tidak terbangun!

Dan lebih baik aku segera tidur sebelum jantungku berbunyi lebih keras lagi!!

~~**~~

Saat kelulusan SD

"Kita akan berpisah, ya." Itulah kata pertama Rie-chan.

Tanpa kusadari, persahabatanku dengan Rie-chan hanya berlansung sampai kelulusan. Ini semua karena aku harus melanjutkan pendidikanku ke luar kota.

"Aku akan merindukanmu, Yukio-kun," ujar Rie-chan sedih.

Aku tersenyum miris. "Aku juga akan merindukanmu. Aku khawatir padamu, tahu."

Bagaimana pun juga, Rie-chan tetap menjadi korban bully meskipun sudah berkurang jauh dibandingkan sebelum berteman denganku.

Aku ... hanya khawatir saja, kok. Ya. Aku hanya khawatir.

Ini bukan perasaan cinta atau sejenisnya. Pasti ini hanya perasaan khawatir terhadap teman, iya kan?

Tapi kenapa aku tidak rela berpisah dengannya?

Ah. Ini pasti karena kita bersahabat. Seorang sahabat tidak akan mudah rela berpisah dengan sahabatnya.

...iya, kan?

Sudahlah. Makin lama aku makin tidak jelas. Ditambah lagi jantungku selalu marathon setiap terlalu dekat dengan Rie-chan.

"Ah, aku sudah dijemput. Maafkan aku, Rie-chan," ujarku meminta maaf.

Rie-chan hanya tersenyum. Tapi, aku tahu. Itu hanya senyum palsu. "Hem. Tidak apa-apa, kok, Yukio-kun. Sehat-sehat, ya!" Ia tersenyum ceria.

Aku ... tidak mau meninggalkannya, tapi ...

Yang hanya bisa kulakukan hanya mendekapnya ke dalam pelukanku dan berbisik, "Kita pasti akan bertemu lagi."

Rie-chan terlihat terkejut sebelum ia tersenyum. Benar-benar terlihat tulus, dan entah kenapa aku bisa melihat setitik air di sudut matanya.

"Ya! Kita pasti akan bertemu lagi! Janji, ya!" Seru Rie-chan.

Aku tersenyum. "Aku janji."

~~**~~

Kita berjanji akan bertemu lagi.

Iya, kan, Rie-chan?

Tepat setelah beberapa hari masuk SMP, aku merasakan kerinduan yang amat sangat, Rie-chan.

Aku baru sadar, aku menyukaimu.

Aku bodoh, kan, Rie-chan? Kenapa aku baru sadar sekarang?

Pokoknya, jika kita bertemu lagi, aku ingin menyatakannya!!

Nyatanya, kita memang bertemu lagi, Rie-chan.

Tapi, di dunia yang berbeda....

Kita hanya bisa berbincang saat malam itu, di bawah bintang malam favoritmu, Rie-chan.

Kau terlihat bahagia dengan teman barumu, dan kau sepertinya sudah memiliki perasaan terhadap seseorang, ya, Rie-chan.

Aku ... tidak mungkin merusak kebahagiaanmu.

Aku tahu, kau bukannya mudah lupa suatu hal yang tidak penting, namun kecelakaan setelah kelulusan menghilangkan ingatanmu.

Tapi tidak apa-apa kau melupakanmu.

Setidaknya, perasaanku ke padamu tidak akan pernah hilang!

Karena aku sudah berjanji terhadap diriku sendiri.

Janji aku tidak akan pernah berhenti mencintaimu.

-END-

...author berniat membuatnya sedikit baper dan sweet, tapi entahlah? Sepertinya gagal -,-
Yah, pokoknya ini bisa jadi salah satu dari Chapter Tambahan di Magician Academy.

Btw, ini works terpanjang yang pernah author tulis! Nyaris 2000 words! Muahahahaha 😙😙.

Selamat menikmati~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top