Sayonara

Keringat dingin meluncur deras di keningnya, ketakutan yang teramat sangat melanda seluruh tubuhnya yang bergetar hebat.

Rin menatap pintu kayu yang sudah di tutup rapat dan tutupi oleh berbagai benda untuk mengganjal nya.

Suhu ruangan tiba tiba terasa semakin dingin dan ruangan yang biasanya terasa nyaman tiba tiba seperti mengekangnya begitu kuat, Rin menggigit bibir bawahnya dengan kuat.

"Hai Rin, maaf tadi aku ada urusan, bagaimana Rin sudah mendapatkan bunganya?"Mahou muncul dan menyapanya dengan ceria.

"Mahou....Aku takut."Ucapnya lirih.

Mahou akhirnya manyadari ketakutan di wajah Rin yang memucat bagaikan seseorang yang baru saja melihat hantu.

"Rin ada apa, kenapa wajah Rin pucat sekali?"

"Bagaimana ini, apa yang harus aku lakukan mereka pasti menemukan aku."

" 'Mereka' itu siapa rin?"

Rin masih meringkuk ketakutan dan dia tidak menghiraukan ucapan Mahou sama sekali.

Rin terus saja berkutat dengan pikirannya, dia kembali mengingat kejadian tadi, disaat dia bertemu orang orang itu kembali, orang orang yang sudah membunuh semua keluarganya, yang membuat nya hidup dalam kesendirian, ketakutan dan kesepian.

Flashback

Rin menatap jauh ke dalam hutan yang sedikit berkabut karena salju, suara langkah kaki kembali terdengar semakin lama semakin jelas.

Dan saat itulah Rin melihat mereka, jumlah mereka sekitar 7 orang dan mereka belum menyadari keberadaan Rin.

Dengan sisa tenaganya Rin segera berlari semampunya karena kakinya terus bergematar dan terasa lemas.

"Hei, siapa itu!!"Terdengar teriakan lantang salah satu diantara orang-orang itu.

"Bukankah dia anak perempuan dari keluarga kaya raya itu, aku ingat wajahnya!"

"Cepat kita kejar dan laporkan ke ketua!"

Di selama pelariannya Rin terus menangis ketakutan dan seluruh kenangan buruk yang hampir ia lupakan kembali bermunculan di kepalanya dan kembali menorehkan luka di hatinya.

"Mahou..."

End

"Mereka pasti akan menemukanku dan membawaku pergi."

"Rin sebenarnya apa yang terjadi?!"Ucapnya sedikit kesal karena Rin terus saja tidak menjawab pertanyaan nya, padahal dia sangat cemas melihat wajahnya Rin yang sudah sangat pucat bagaikan sebuah mayat.

Rin menoleh dengan wajah yang masih terlihat sangat pucat "Mahou mereka datang dan akan membawaku pergi!"Rin merapatkan tubuhnya di cermin dan menatap Mahou dengan wajah sedih.

"Mereka siapa?"

"Orang orang yang sudah membunuh semua keluargaku, mereka kembali, sebentar lagi mereka akan menemukanku disini.Bagaimana ini?"

Mahou menatap Rin dengan khawatir, dia menggigit bibir bawahnya, geram.

"Aku benar-benar takut Mahou."

"Buatlah permintaan aku hanya bisa melakukan 1 sihir lagi, jadi buatlah permintaan yang dapat menolong Rin."Ucapnya pelan.

"Kenapa hanya satu, apa yang terjadi jika kamu susah mengabulkan permintaan ku?"

"Aku tidak bisa membabtu Rin lagi, seperti yang aku bilang hiburku sudah Tidak stabil jika aku melakukan sebuah sihir yang besar aku tidak akan bisa menjaga tubuhku di dalam cermin ini dan aku akan menghilang."

"Tidak mungkin..."Rin menggeleng tidak percaya.

"Maka dari itu buatlah permintaan yang dapat membantu rin."

Rin terdiam, kedua tangannya terkepal erat, tubuhnya tidak henti-hentinya gemetaran, ya dia memang ketakutan sangat ketakutan.

Rin menatap wajah mahou lekat-lekat dia sangat bimbang, apa dia harus membuat permohonan dengan bayaran tidak akan pernah melihat mahou atau dia tidak membuat permohonan yang artinya dia akan di bunuh oleh para penyamun itu.

"Aku tidak bisa menelih, aku tidak ingin keduanya!"Jeritnya frustasi.

"Rin tenaglah, aku yakin pasti ada jalan keluarnya, tenaglah."Rin tahu mahou berusaha menenangkannya meskipun dia sedinri juga ketakutan.

Andaikan saja aku bisa bersama mahou, aku tidak perlu takut akan berpisah denagnnya.

Rin tersentak karena mendengar suara langkah kaki di salju, masih samar.

"Mereka datang."Ucapnya ketakutan.

"Rin cepat byatlah permintaan!!"Desak mahou.

"Aku..aku tidak ingin mati tapi aku juga tidak ingin kehilangan mahou, jadi..jadi...bawalah aku, bawa aku ke tempatmu!"Rin memandang mahou dengan tatapan nanar.

"Aku sudah tidak memiliki siapapun disini, jadi aku mohon bawa aku ke tempat mahou, biarkan aku tinggal disana."

"Rin, aku sudah pernah bilang, itu hal yang tidak mungkin!"

"Cobalah dulu aku mohon...aku tidak ingin kehilangan mahou, aku sudah tidak ingin kehilangan siapapun lagi.."Rin menundukan wajahnya air matanya mulai turun membasahi lantai.

"Bagaimana jika tidak berhasil dan tubuhku menghilang, aku tidak akan bisa bertemu lagi dengan rin."

"Tidak apa, aku akan menanggung resikonya, lakukan saja, cepat!"

Mahou menghembuskan nafas lelah."Aku tidak yakin ini akan berhasil."Rin mengangguk pelan.Mahou menatap rin sebentar dan mulai menurup matanya.

"Agasius theleportal magiscy phylfomnhym pheodora!"

Tubuh rin mulai bersinar perlahan-lahan dan ada beberapa lingkaran sihir yang mengelilinginya.

Wajah mahou mulai memucat dan keringat dingin memenuhi wajahnya."Nhymp.. Pħört land magiscius.."Nafasnya mulai tersendat karena kelelahan.

Cahaya di sekeliling rin dan sombol sihir mulai menghilang setelah mahou membaca mantra, tapi...

Tidak terjadi apapun setelah itu.

"Gagal."Ucap Mahou pelan dan sedih."Sihirku tidak cukup."Di saat yang bersamaan mahou merasakan tubuhnya semakin melemah dan transparan.

"Mahou..."Rin menempelkan telapak tangannya di cermin, fia memperhatikan tubuh mahou yang perlahan-lahan menghilang.

"Maafkan aku rin."

"Ini bukan salahmu, akulah yang memintanya."Rin memaksakan dirinya untuk tersenyum.

Suara kangkah kaki kembali terdengar dan semakin jelas.

"Maafkan aku.."Mahou menangis, tangannya menggenggam erat tangan rin, rasanya mereka tidak ingin melepaskan genggaman kedua tangan ini.

"Aku akan merindukan mahou."

"Aku juga akan sangat merindukan rin, aku tidak akan pernah melupakan rin..."Tubuhnya semakin menghilang.

"Maafkan aku selalu membua kamu kesulitan maaf mahou, semoga kamu hidup bahagia."

Rin menggigit bibirnya ketika melihat tubuh mahou menghilang.

"Daisuki rin."

Akhirnya tubuh mahou menghilang dan menyisakan cahaya-cahaya putih yang berkilauan.

"Watashi mo."

Brak!!

Pintu di belakangnys terbuka dengan keras.Rin menengok kebelakan dan mendapati orang-orang itu berdiri disana.

"Benar, dia gadis itu, cepat tangkap!"Orang-orang itu segera berlari ke arahnya.

Dengan perasaan yang masih terluka rin keluar dari rumah tua itu melewati jendela di samping cermin.Dia menatap cermin itu sekilas sebelum pergi.

"Sayonara."

*___________*

Di tengah dinginnya malam rin terus berlari menerjang hutan tanpa alas kaki sama sekali, rasanya kakinya sudah hampir membeku karena terbenam salju beberapa kali.

Di belakangnya orang-orang itu terus mengejarnya dan sesekali melemparkan tombak atau busur panah.

Rin terus menangis selama pelariannya, dia ketakutan tapi dia tidak memliki siapapun sekarang, tidak ada yang dapat membantunya, dia hanya seorang diri.

"Kenapa begini, kenapa aku harus menjalani hidup seorang diri!"Jeritnya marah.

Dia ingat beberap bulan yang lalu dia masih tinggal bersama keluarga besarnya, menikamati teh hangat bersama, membaca buku, bermain bersama adik kesanyangannya, tapi semua itu berubah dengan cepat.

Rin jatuh tersungkur di atas salju ketika menghindari sebuah panah yang meluncur ke arahnya dan berhasil menggoras tangannya.

Rin bangkit dan kembali berlari, tapi belum lama berlari dia sudah merasa sangat kelelahan.

Rin berbelok ke kanan dan menemukan jurang yang cukup dalam, di bawahnya terdapat sungai dingin yang mengalir dengan deras.

"Ahahaha...kamu tidak bisa lari lagi gadis kecil!"Rin berbalik dan mendapati dirinya di kelilingi laki-laki berbadan besar.

"Aku sudah tidak punya apa-apa lagi, kenapa kalian masih ingin membunuhku!"

"Kami bisa menjual mu dengan harga tinggi di pasar gelap, kemarilah cantik."Kata pemimpin kelompok itu

Rin menendang orang itu, dia berhasil membuatnya mengaduh kesakitan tapi dari belakang seseorang membekap nya.

Dia berusaha melepaskan diri."Sial!"Pemimpin kelompok itu menarik rambut rin kasar."Beraninya kamu!"Geramnya.

"Bos, kita bawa dia langusng saja ke pedagang gelap."Orang yang menarik rambut rin mengangguk.

"Diam, percuma melawan tenaga mu susah tidak ada apa-apanya, oanah yang tadi mengenaimu sudah di beri obat tidur, sebentar lagi akan bekerja."

Itu sebabnya, aku merasa lelah.

Rin menendang perut orang itu dan berhasil melepaskan diri, dia berlari ke belakang, beberap orang mengejarnya salah satu diantara mereka mendorong rin dengan sangat kuat.

Rin tersungkur di atas slaju licin dan tubuh nya terus bergerak menuju jurang.

"Tidak, tidak!"Rin berusaha mencari pegangan dan dia menemukan sebuah ranting kecil."Tolong aku!"

Aku tidak mau jatuh ke bawah sana!

Pemimpin kelompok itu menyeringai."Kami kaan menolongmu, tapi sebagai imbalan kamu harus mau kami jadikan budak."

Rin menggeleng."Aku tidak mau!"

"Kalau begitu kami tidak akan menolongmu!"Orang itu menghentak-hentakan kakinya di salju, membuat salju longsor.

Tubuh rin terseret longsor dan pegangannya terlepas, dia terjatuh ke dalam jurang."Tidak!!"

Di atas jurang dia melihat orang-orang itu pergi meninggalkannya.

Di bawahnya sungai yang dingin menanti, dia pasti tidak akan selamat, ini akhir baginya.

Mahou maafkan aku.

Air matanya kembali mengalir.

Tapi aku senang, setidaknya aku tidak akan sendirian lagi, aku akan bertemu dengan yang lainnya.

Rin tersenyum lirih.

Sayonara

Byuurr!!




Gomenasai minna!!!
Aku nggak update sesuai janji karena kemarin aku sakit, huhuhu..

Aku sudah ketik sampai epilog lho tinggal di update besok aku akan update pagi-pagi lagi (^_^)

One chapter again dan cerita ini akan tamat, penasaran nggak ending nya kaya gimana

Stay toon ya~!!


TiaraNE

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top