Flower's snow
Rin mulai memberanikan dirinya untuk pergi keluar rumah tua itu, setelah selama ini dia bersembunyi disana.Dia bahkan sudah lupa kapan terakhir pergi keluar dari rumah itu bahkan hanya untuk sekedar mencari buah.
Selama ini Mahou lah yang memberi nya makan, dengan sihirnya tentu saja dan Rin sesekali pergi ke sungai yang ada di bawah untuk membasuh wajahnya, karena airnya dingin ia tidak berani mandi.
Kakinya melangkah kecil menyusuri hutan yang hampir seluruhnya membeku, karena cuaca yang mulai dingin.
Dia menggosok-gosokan kedua telapak tangannya untuk menghangatkan diri, uap mengepul dari mulutnya ketika dia menghembuskan udara dari mulutnya.
Untungnya dia sudah terbiasa dengan udara dingin lagipula Mahou sudah memberikan nya sedikir sihir agar tubuhnya hangat.
"Belakangan ini, sepertinya aku terlalu bergantung dengan Mahou, dia sudah banyak membantuku."Gumamnya.
Rin menatap sekelilingnya, rasanya sangat senang bisa melihat indahnya hutan di musim dingin, dia benar benar merindukan nya.
Matanya berhenti di satu titik, dia melihat sebuah padang bunga edelwies atau bunga abadi, karena buga itu tidak akan layu meskipun di musim dingin.
"Wah..Kirei!"Rin berlari.menghampiri padang bunga itu dan berjongkok disana.
"Aku akan membawanya dan akan aku berikan ke.mahou dia pasti suka!"Rin mulai memetik satu per satu bunga itu dengan hati-hati, agar tidak merusaknya.
Di lain tempat
Mahou menggerutu pelan, dia sangat khawatir karena rin.Tidak kunjung kembali.
"Kemana Rin?"Gumamnya.
Rasa khawatirnya tidak kunjung hilang, dia benar-benar berharap bisa pergi ke tempat Rin sekarang juga, tapi ia tahu harapannya hanyalah sebuah mimpi, karena kesempatan yang ia miliki hanya sekali dan dia sudah menggunakan nya.
"Mahou!"Dia melihat Rin berlari di luar, wajahnya sudah sedikit pucat karena terlalu lama berada di luar apalagi cuaca nya sedang sangat dingin.
Dia memang memberikan nya sihir untuk Rin tapi tetap saja sihirnya tidak akan berpengaruh terlalu besar.
"Rin, kamu kemana saja, aku khawatir, aku bilangkan, jangan pergi lama lama, sihirku itu masih lemah, lihat wajah Rin sudah pucat, bagaimana kalau nanti Rin pingsan!"Mahou menatap nya dengan kesal sekaligus khawatir.
Rin menunduk sedih."Maaf mahou, tadi aku menamukan sesuatu yang bagus untuk kamu."
"Ng..?"
Rin tersenyum riang."Aku yakin Mahou pasti suka!"
"Memangnya apa?"
"Siap-siap, 1....2...3...!"Rin mengangkat tangannya yang sebelumnya dia sembunyikan di balik punggungnya.
"Bunga yuki, lihat ada satu bunga yang membeku tapi tidak layu!"Rin menunjuk salah satu bunga yang kelopaknya membeku.
"Seperti Kristal bunga!"
"Hebat, aku suka bunga yuki, itu untukku!"
"Tentu saja."Detik berikut nya.bunga di genggaman Rin menghilang dan sudah berpindah ke tangan mahou.
"Arigatou Rin!"
"Ehehehe...sama-sama!"
Mahou tersenyum sambil menatap bunga itu dengan senang."Rin, aku jadi ingat kejadian saat kamu menemukan aku, waktu itu aku sempat melihat padang bunga edelweis.Di musim panas."
Rin tersenyum."Kalau Mahou suka, aku akan mengambilkannya lagi untuk mahou."
"Hontou ni arigatou!"
"Tapi, mahou padang bunga yang kamu bilang sepertinya tidak jauh dari tempat tinggal mahou, kenaap kamu tidak mengambilnya."
"Ehehehehe..soalnya Aku sibuk dan tidak sempat pergi kesana."
"Ya ampun, kamu pasti sibuk banget ya."
"Ya begitulah."Ucapnya sedikit malu.
"Apa aku mengganggu mahou, soalnya setiap hari Mahou selalu menemaniku, aku pasti mengganggu kegiatan Mahou."Rasa bersalah mulai muncul di dalam hatinya.
Mahou menggeleng."Tidak, kesibukanku semata-mata untuk membuat kerinduan ku pada Rin hilang jadi, tidak masalah aku menghabiskan waktu seharian dengan Rin!"
Rin tertawa senang."Aku senang mendengarnya, aku merasa bisa berguna untuk membantu Mahou."
"Sampai sekarang aku masih penasaran, siapa kamu sebenarnya, bahkan kamu sangat sibuk dan juga punya sihir yang hebat, aku juga sampai sekarang tidak tahu nama Mahou yang sebenarnya."
"Kalau aku bisa ada di samping mahou, aku pasti akan sangat senang karena aku bisa melihat mahou setiap hari, mengenal kamu lebih lagi dan menyentuh tanganmu setiap hari!"Senyumnya mengembang semakin lebar.
"........."
Rin berhenti tersenyum melihat wajah Mahou seperti menyembunyikan sesuatu."Mahou ada apa?"
"Maaf...."Ucapnya dengan suara lirih.
"Minta maaf untuk apa?"Tanya Rin khawatir.Mahou tidak mengatakan apapun mulutnya tertutup rapat.
"Mahou, ceritakan saja padaku, jangan di sembunyikan."
Wajah Mahou menunduk semakin dalam."Aku takut untuk cerita ke Rin, aku takut Rin sedih."
Rin menghela nafasnya pelan."Tenang saja aku tidak akan sedih bahkan menangis."Mahou masih menatap nya ragu.
Melihat itu Rin langsung mengacungkan jari kelingkingnya."Janji, aku tidak akan menangis apapun yang terjadi!"Ucapnya ceria.
"Janji?"
"Iya."Dia mengangguk yakin.
Mahou menarik nafasnya dengan berat."Aku tidak bisa menepati janjiku Ron, maaf."
Rin terdiam, dia tahu janji yang dimaksud Mahou adalah dia akan terus menemani Rin.
Saat mendengar kalimat itu Rin merasa jantungnya seperti di tusuk dan diinjak.Tanpa ia sadari tangannya mulai bergetar dan terasa lemas.
"Rin, maafkan aku."
"Kenapa, tidak bisa?"
"Aku tidak sengaja menemukan buku tentang cermin ini."Dia berhenti sejenak."Ada peraturan ketika menggunakan cermin ini, ketika sihir pengguna cermin sudah muali melemah dan tidak bisa mempertahankan fisik nya dalam cermin ini, cermin ini akan pecah...."
"Itu artinya aku tidak bisa bertemu dengan kamu lagi?!"
"Maaf..."
"Kamu masih punya banyak sihir kan, itu artinya kamu tidak akan hilang, iya kan?"Rin menatapnya dengan penuh harap.Dia memang tidak menunjukan kesedihan dengan jelas tapi dia sadar Rin sedang sangat sedih sekarang.
"Aku sedang dalam masa pelatihan dan kekuatanku sedang tidak stabil sekarang, aku tidak yakin bisa mempertahankan cermin ini."
Rin wajahnya menunduk, menatap lantai dengan kedua tangan yang mencengkram baju dengan kuat.Matanya terhalingkan oleh rambut dan membuantya tidak bisa melihat apakah Rin menangis atau tidak.
"Rin, kamu sudah berjanji tidak akan menangis dan bersedih, kamu harus ingat."
"Aku...tidak sedih, lihat aku tidak menangis."Sebuah senyum terukir di bibirnya, senyum yang di paksakan.
"Rin bohong."
Rin mengginggit bibir bawahnya."Mau bagaimana lagi..Aku tidak mungkin tertawa saat harus kehilangan seseorang...."
"Maafkan aku Rin."
Rin menggeleng."Ini bukan salah Mahou, ini bukan salah siapa siapa, ini hanya takdir."
"Takdir kita tidak seperti bunga yuki yang selalu mekar setiap saat."
"Rin.."Mahou menatapnya sedih.
"Aku tidak akan menangis saat Mahou pergi, aku janji aku akan tersenyum seandainya hal itu terjadi, percayalah."
"Aku percaya pada Rin."
"Mahou, apa kamu punya permintaan aku akan mengabulkan nya."
Mahou mengerutkan keningnya."Rin seharusnya aku yang mengatakan itu!"
"Untuk kali ini hanya sekali, biarkan aku yang mengabulkan keinginan kamu, tapi..."Wajah Rin terlihat.bersemu merah karena malu.
"Jangan yang sulit ya, aku kan tidak punya sihir."Dia tersenyum malu.
"Ahahaha...Aku merasa tersanjung, baiklah, aku mau ehmmm..."Mahou tampak berpikir sejenak.
"Bisakah kamu mengambilkan aku bunga yuki lagi."Pintanya lembut.
"Tentu kalau itu akan aku ambilkan sekarang juga, anggap saja sebagai hadiah dariku dan sebagai bukti bahwa kita pernah bertemu!"
"Jangan bicara seperti itu Rin, kalimat itu seperti kalimat perpisahan bagiku."Mahou kembali terlihat sedih.
"Tidak akan ada yang berpisah disini, aku yakin itu."Rin menmpelkan tangannya di cermin dan menggerakannya seolah olah sedang mengelus pipi Mahou.
"Aku akan mencari bunga yuki sekarang, salju sudah berhenti."Rin bangkit dan bersiap-siap pergi, dia mengenakan jubah milik mahou yang sengaja ditinggalkan oleh mahou ketika dia sakit.
"Jangan pergi terlalu lama di luar sangat dingin!"
"Tenang saja aku akan segera kembali!"Rin mengacungkan jempol nya sebelum dia melangkah keluar.
Rin mulai menyusuri tanah putih yang tertutup salju tebal dan dingin.Tangannys sedikit kedinginan meskipun berada di balik jubah tebal dan hangat milik Mahou.
Ia sampai di padang bunga itu dan mulai berjongkok, tangannya mulai memilih bunga dengan lincah dan cepat, dia sudah Tidak sabar menunjukan bunga itu ke Mahou.
Srekk..srekk..
"Si..siapa itu?!"Rin memperhatikan sekitarnya dengan perasaan takut.
Dari balik sebuah batu besar kembali terdengar suara langkah berat di atas salju.
Jantung Rin berdetak semakin cepat karena ketakutan yang sangat besar.Pikiran-pikiran buruk mulai melintas di kepalanya dan detik berikutnya bagaikan sebuah mimpi buruk.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top