Chap 8.

"Sampai kapan kau berada di sini?" tanya tante Marina.

Aku hanya diam asik menonton TV dan pura-pura tidak mendengarnya mengoceh.
Bagiku dia hanya lalat pengganggu sama sekali bukan tandinganku,  sekali tepuk, tamat riwayatnya.

"Anak tidak tau diri!" geramnya, yang sontak membuatku melirik kearahnya.

Aku berdiri dari tempat dudukku yang nyaman itu. Rupanya dia tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa. Matanya yang menatap tajam kearahku membuatku semakin tidak suka dengan wanita murahan ini.
Tidak apakan, jika aku menggunakan sedikit sihirku. Lagi pula aku ingin sekali memberi pelajaran pada wanita ini.

"Jangan menatapku seperti itu gadis kecil," serunya lagi yang membuatku tersenyum sinis.

"Tante Marina, apa kau percaya dengan seorang penyihir?" tanyaku yang kini menatap tajam kearahnya.

"Apa kau ingin mrngataiku seorang penyihir?" serunya. Yang membuatku terkekeh.

"Tante Marina, lebih baik kau pergi dari sini sebelum aku mulai muak melihat wajahmu," tegasku membuat tante Marina mengepal kuat telapak tangannya.

Aku tahu tujuan Tante Marina mendekati Ayahku. Dia ingin menghancurkan perusahaan Ayaku dan semua itu demi dendamnya pada Ayahku.

Beberapa hari yang lalu aku mencoba menyelidikinya dia meiliki dendam pada Ayahku karena dulu, keluarganya hancur karena ayahku.

Perusahanya gulung tikar dan keluarganya jatuh miskin. Hingga membuat suaminya terekena serangan jantung. Karena itu dia sangat dendam dan ingin menghancurkan ayahku. Dan ternyata dia sudah menyiapkan sebuah rencana untuk menghancurkan ayahku.
Dia pikir aku akan dia melihat Ayahku hancur begitu saja.

"Kau pikir kau siapa? Kau yang harusnya pergi dari sini, kau dan adikmu itu hanya kotoran di rumah ini."

Aku tersenyum, dan menatap tajam dirinya, "Lalu kau?" tanyaku. Aku melangkah mendekatinya.

"Kau tahu tante Marina, aku tahu siapa kau sebenarnya. Bahkan aku tahu siapa putri kesayanganmu itu," ucapku kepada Tante Marina.

"A-apa maksudmu?" tanyanya terbata-bata.

"Munurutmu apa yang akan terjadi jika Berta tahu kalo Mamanya adalah seorang simpanan." Matanya membulat sempurna, aku yakin dia sangat terkejut dan bahkan tidak percaya mengapa aku bisa mengetahui semua itu.

Setelah tubuhku pulih, aku mencari tahu semua yang terjadi. Mulai dari tante Marina hingga putrinya Berta. Semua itu aku dapatkan dari informasi kaca ajaibku.

Aku mengarahkan mataku kearah sebuah meja yang di atasnya terdapat sebuah guci yang lumayan besar.
Tatapan tante Mengikuti arah pandanganku kearah guci itu.
Dengan mantra yang aku ucapkan, guci itu bergerak dan melayang.
Aku melihat tante Marina semakin terkejut dengan perbuatanku.

"A-apa ya-yang kau lakukan," serunya terkejut melihat apa yang aku lakukan dengan guci itu.

Aku melihatnya ketakutan, keringat dingin menetes di keningnya. Tangannya gemetar dan matanya seakan tidak percaya dengan apa yang aku lakukan.

Aku mengarahkan guci itu tepat di atas kepalanya.

"Berhati-hatilah padaku, aku bukanlah tandinganmu. Karena aku bisa melakukan apapun yang aku mau." Aku melihat tante Marina yang ketakutan.
Dia berlari meninggalkanku tanpa berkata apapun.

"Kakak?" Suara Rachel membuatku terkejut dan mejatuhkan Guci yang tengah melayang.

"Ra-Rachel, sejak kapan kau berada di sana?" tanyaku.

"Kau.. apa yang sedang kau lakukan Kakak." Rachel melangkah mendekatiku dan menatap guci yang pecah berserakan di lantai.

"Kakak, bisakah kau jelaskan semua ini," serunya gemetar. Aku tahu dia sangat terkrjut dengan apa yang dia lihat tadi.

"Apa kau percaya Rachel, jika orang yang koma itu dapat pergi kesuatu tempat yang tidak bisa di jelaskan oleh apapun," jelasku yang kembali duduk di shofa.

Aku melihat Rachel mendekat, matanya masih memancarkan kebingungan.

"Sebenarnya saat aku koma Ruhku berada di suatu tempat. Tempat itu bernama Negeri pesotomia negeri penyihir." Masih mendengarkanku berbicara Rachel duduk di sampingku.

"Negeri pesotomia?" tanyanya yang di balas anggukanku.

Aku mengeluarkan tongkat sihirku dan menyihir seluruh isi ruangan menjadi melayang. Bahkan Rachelpun terkejut bukan main saat melihat dirinya terbang melayang.
Aku mengarahkan tongkatku kekanan dan kekiri membentuk pola persegi empat lalu muncul sebuah cahaya yang seketika membuat kami berdua berada di suatu tempat dengan hamparan dedaunan musim gugur.

"Tempat ini?" tanyanya yang hampir tidak percaya dia tiba-tiba berada di suatu tempat dalam sekejap.

"Jalan dua arah, Niagara Parkway tempat ini lah dimana kita terakhir bertemu," seruku. Rachel menatapku takjub diriku emmm? atau malah menatap aneh.

Dengan panjang lebar aku menjelaskan tentang diriku yang kembali. Sedikit demi sedikit Rachel mengerti dengan penjelasanku. Bahka  dia berkata jika dia mempercayai semua perkataanku. Aku kembali membawanya kerumah dengan sihirku.

Semejak kejadian itu, Tante Marina mendadak sakit dan dirawat di rumah sakit. Entah, mungkin dia sangat syok melihat perbuatanku kemarin.
Tapi aku senang bisa tidak melihatnya lagi di rumah.

****

"Dasar bodoh!! Mati saja kau jalang!" seru Berta sembari menjambak rambut Rachel dan mencaci maki dirinya. Di halaman belakang sekolah, entah sejak kapan dia menganiaya adikku sampai seperti itu.

Aku yang baru saja melihatnya segera melangkah mendekat. Saat itu pula Rachel tersungkur di tanah, tepat di depan kakiku.
Aku menantapnya yang tersungkur sembari menangis. Dia mendongak melihatku.

"Kakak," gumamnya, Rambut yang berantakan dan beberapa memar di wajah bekas tamparan, seragamnya pun sudah penuh dengan kotoran.

Tatapanku beralih ke tiga orang yang ada di depanku, Berta dan babu-babunya. Tanganku mengepal kuat melihat perbuatan mereka kepada adiku.

"Hay Alice, kau mau bergabung dengan kami?" serunya.

Aku mengalihkan pandanganku lagi kearah Rachel yang masih tersungkur di tanah.

"Bangun!" seruku sembari membantunya berdiri. Dia terlihat sangat ketakutan.

Aku melangkah mendekati mereka dengan cepat dan langsung mencengkram leher Berta. Kedua temanya yang ingin membantu tiba -tiba saja terhenti langkahnya karna aku menggunakan sihirku agar mereka tak bergerak membantu Berta.

"Kau pikir kau siapa Berta," seruku geram.

"A-apa yang kau lakukan? Lepaskan aku," Ringisnya.

Dengan tenaga aku mendorongnya hingga tersungkur tepat di kaki Rachel. Dia terlihat sangat terkejut dengan perbuatanku. Sudah berkali-kali aku memperingatinya agar tidak mengganggu adikku lagi.

Aku melihatnya mengepalkan tanganya dia terlihat sangat marah dengan perbuatanku. Sayang, aku tidak bisa menggunakan sihirku kepadanya. Semua itu karena dia adalah Fena yang terlahir kembali kemasa depan. Penyihir pesotomia yang terlahir kembali tak akan mempan dengan sihir. Karena itu aku tidak bisa menggunakan sihirku kepadanya.

Namun, aku adalah Alice aku bisa melakukan apapun walau dengan tangan kosong. Aku sangat benci dengan orang-orang yang suka menindas seperti mereka.

"Sekarang, bagaimana rasanya berada di posisi seperti itu Berta?" seruku yang melihtanya masih tersungkur didepan kaki Rachel.

Berta mendongak keatas menatap tajam Rachel yang masih terdiam tak percaya.

"Apa kau marah? Apa kau kesal?" lanjutku.

Rachel melangkah mundur dan masih menatap Berta .
Aku mendekat, dan menatap tajam kearah Berta yang masih terdiam, matanya seakan ingin membunuhku.

"Kau tau Berta, aku merasakan apa yang kau rasakan saat ini." Aku menekuk lututku agar sejajar denganya.

Dia mengepal kuat tanganya dengan cepat melayangkan pukulan kearahku. Namun, dengan sigap aku dapat menepisnya dan langsung menjambak rambutnya sekuat tenaga.

"Kau pikir kau sedang berhadapan dengan siapa?" geramku.

"Sa-sakit. Lepaskan." ringisnya.

Aku benar-benar sangat kesal dengan mahluk ini. Sudah lama aku ingin menjambak rambut Fena tapi selalu ku tahan untuk menjaga kehormatan Ayahku di hadapan sang Raja. Namun kini, aku bisa melampiaskan semua kekesalanku pada Fena ke Berta. Toh apa bedanya mereka berdua. Mereka hanya satu wujud di masa yang berbeda.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top