40

Ramein komen ya biar eke semangat apdet. Di sebelah, kayaknya udah pada kaga mau bacak karena aslinya dah tamat.

Di sini juga kalo pada ga mau komen ama vote, eke males juga.

Baca work eke Pelangi di Langit Gladiola. On going di KK dan KBM. Nanti rencananya yang g bisa ke KK dan KBM eke buatin per 10 bab ke playstore ya. Tunggu aja.

***

40 Madu in Training

Daisy Djenar Kinasih masih belum mempercayai sikap Krisna yang di matanya jadi sedikit melunak dibandingkan biasa. Tapi, karena dia sudah beberapa puluh hari hidup bersama suami semata wayangnya itu  Daisy menemukan kalau kebanyakan sikap lembut Krisna pada akhirnya akan bermuara pada satu hal, kasur. Karena itu juga, dia kemudian tidak heran lagi, usai mereka keluar dari mal, pria itu kemudian mengajaknya makan. 

Dan anehnya, Krisna mengajak Daisy memilih menu apa saja yang dia suka yang dijual di sepanjang jalan menuju hotel, bukan di dalam mal, seolah dia mulai tahu kalau Daisy lebih suka makan menu merakyat yang harganya lebih ramah di kantong.

Ketika mereka berdua akhirnya duduk berhadap-hadapan di depan warung sate ayam dan kambing, Daisy sempat mengedarkan pandang ke arah sekeliling sebelum akhirnya kembali menatap Krisna dengan tatapan curiga. Bila dia adalah intel yang menyamar, maka Krisna saat ini adalah target incaran yang tidak lama lagi bakal dibekuk dan dimasukkan ke penjara.

"Ngapain ngeliatin gue kayak gitu?" Krisna yang baru selesai minum dari cangkir plastik berwarna merah muda yang amat norak, membalas tatapan Daisy.

"Naksir, ya?"

Daisy sempat memperhatikan kantong belanjaan mereka malam itu yang kini tanpa sadar dikepit Krisna di ketiaknya hingga dia kelar minum dan meletakkan cangkir ke atas meja. 

"Naksir nggak naksir, nggak punya pilihan lain."

Krisna terkekeh. Jarang sekali Daisy melihatnya seperti itu, bahkan hampir tidak pernah seingatnya. Senyuman yang Krisna buat mengingatkannya kepada saat-saat pria itu bersama Kartika.

"Nggak naksir juga, kamu tetap minta jatah ke aku." Daisy melanjutkan. Suasana sekitar cukup ramai. Tetapi mereka beruntung mendapat tempat duduk agak terpencil sehingga keduanya bisa saling bicara seperti saat ini. 

"Nggak naksir juga, tapi tetap bisa bikin klepek-klepek."

Apa istilahnya untuk orang yang menjalani hubungan seperti mereka? HTS? Hubungan Tanpa Status? Daisy berstatus istri siri Krisna. FWB, Friends With Benefits, teman dengan berbagai macam keuntungan alias TTM alias Teman Tapi Mesra? Mereka bukan teman dan keduanya nggak mesra-mesra amat. TTM lain bisa jadi saling panggil Beb  Ayang, atau aku-kamu. Tapi, hal itu tidak berlaku buat mereka berdua. 

"Itu respon alami." Daisy membalas. Jika Krisna mau memojokkannya, dia juga bisa mempertahankan diri.

"Manusia punya refleks, satu buat melindungi diri satu buat bereaksi terhadap rangsangan yang diberi. Ini yang bikin orang kadang salah kaprah, terutama saat ada kasus seperti perkosaan. Penjahatnya bilang, sang wanita keenakan. Hal itu juga jadi alasan untuk permakluman saat ada kasus seperti penculikan dan pemerkosaan. Korbannya disakiti, dirundung, dilecehkan secara seksual, tapi kemudian jatuh cinta kepada sang pelaku. Dia nggak sadar kalau sebenarnya itu hanya reaksi alami tubuhnya, merasa karena tiap hari bersama orang yang sama melakukan kegiatan itu, lalu dia menganggap timbul cinta. Sejatinya, manusia juga suka melukai diri baik itu lewat batin dan juga fisik. Padahal itu salah satu penyakit mental, Stockholm syindrome.

Krisna terdiam. Bibirnya mengerucut dan di merasa, Daisy sedang menyindirnya.

"Jadi, semua yang lo bilang itu, pelakunya gue terus lo korban?"

Daisy menggeleng. Kedua tangannya saling kait di atas meja, "Desi nggak bilang gitu. Mas, kan, tadi yang ngomong kalau meskipun aku nggak cinta, tubuhku merespon saat kamu minta jatah. Jadi kujelaskan seperti itu. Banyak korban perkosaan nggak bisa bergerak ketika disakiti, bukan cuma karena mereka nggak bisa melawan, ada kok, yang tenaganya lebih besar atau punya keahlian fisik. Mereka mengalami momen di mana saking takutnya, nggak bisa gerak sama sekali. Nah, itu sama aja sebenarnya dengan yang aku rasakan."

Untung sate pesanan mereka berdua cepat datang. Begitu pelayan mengangsurkan satu setengah porsi sate kambing berikut lontong kepada Krisna serta setengah porsi sate ayam kepada Daisy yang mengaku kenyang, mereka saling memandangi menu masing-masing.

"Tambah soto satu porsi, ya?" tawar Krisna kepada Daisy yang tentu saja mendapat penolakan mentah-mentah.

"Nggak usah. Ntar nggak kemakan. Di kamar masih ada gurame, loh. Siapa yang habisin?"

Meski Daisy telah memperingatkan Krisna bahwa masih tersisa makanan mereka siang tadi, nyatanya Krisna tetap memesan satu mangkuk soto panas mengepul yang ketika diantarkan ke meja mereka membuat Krisna tanpa ragu menyendok dan menyeruput soto tersebut dengan penuh rasa nikmat.

"Padahal tadi sudah makan, kan?" Daisy mengingatkan. Krisna sempat mengajaknya makan malam bersama tetapi dia menolak sehingga akhirnya, pria itu keluar sendiri dan tidak kembali hingga rapat kerjanya usai.

"Nggak." balas Krisna pendek. Jawaban itu sempat membuat Daisy heran. Tetapi, dia memutuskan untuk tidak banyak tanya karena jika suaminya kembali dalam mode irit bicara, berarti suasana hatinya sedang tidak bagus. 

Untung saja Krisna ingat untuk meletakkan kantong belanjaan di samping tempat duduknya. Akan sangat aneh buatnya makan sambil mengepit kantong yang isinya terdapat celana dalam dan bra milik Daisy, seolah-olah Krisna amat takut benda-benda tersebut bakal dicuri orang.

***

Mereka berdua kembali dari makan malam yang kelewat telat sekitar pukul sepuluh lewat lima belas. Untung saja mal dan hotel lokasinya tidak berjauhan dan mereka bisa berjalan sekaligus membakar kalori akibat makan sate, terutama untuk Krisna yang menurut Daisy makan seperti tidak diberi nasi oleh istrinya selama berbulan-bulan. 

Kenyataannya, memang sudah satu bulan lebih, Daisy tidak pernah memberikan nasi kepada Krisna. Terakhir mengirimkan nasi beserta lauk-pauknya, Daisy harus merelakan hasil masakannya sepagian jatuh ke tangan Fadli. Untung saja, pria baik budi itu seolah membesarkan hati Daisy yang sempat terluka karena dimaki dan diusir oleh suaminya sendiri. 

Tidak biasanya, pria sebaik itu ada di dunia yang saat ini penuh dengan keanehan dan Daisy merasa senang, di tempat asing seperti kantor Krisna, Fadli menemukannya. 

"Kamu mau mandi duluan?" Daisy menawarkan kepada Krisna untuk lebih dahulu membersihkan tubuh. 

"Iya, sebentar. Gue minum dulu." balas Krisna. Dia menuju ke lemari pendingin di bawah rak pakaian gantung. Daisy baru sadar di sana terdapat banyak minuman dan dia memperhatikan suaminya duduk di pinggir tempat tidur sebelum akhirnya mulai membuka penutup botol plastik air mineral.

"Bismillah."

Meski pelan, Daisy sempat mendengar kata-kata tersebut diucapkan oleh suaminya. Satu hal kecil yang mulai sering dia perhatikan. Benar kata Kartika, suaminya belum berubah. Tetap tidak melupakan Tuhan walau dia mengalami luka besar akibat kehilangan istri pertamanya. Hanya saja, sosok taat Krisna mulai dipertanyakan oleh Daisy, ketika pria itu memperlakukannya amat hina, lebih rendah dari hewan. 

Lon*e!
Pelacur!

"Maafin gue." 

Daisy merasa telinganya seperti mengalami gangguan pendengaran setiap bicara dengan Krisna. Kadang, pria itu bicara dengan nada tinggi hingga membuat jantung Daisy berdebar-debar karena kaget. Kadang juga, seperti saat ini, dia bicara seperti orang kumur-kumur, tidak jelas. Bila Daisy meminta suaminya untuk mengulangi kata-katanya, dia takut bakal kena hardik saking dia yakin, pendengarannya bermasalah.

"Kenapa, Mas?" 

Krisna yang duduk di tepi ranjang memainkan botol air mineral dalam pegangannya. Dia berusaha tersenyum sebelum kembali bicara. Saat itu, Daisy berdiri di ujung ranjang, hendak membongkar kantong belanja berisi pakaian yang dibelikan oleh suaminya.

"Dulu pernah sejahat itu sama lo."

Apakah pukulan dari bantal guling tadi siang telah membuat suaminya jadi aneh seperti itu? Daisy kemudian memandangi wajah Krisna yang saat ini tertunduk menatap botol air mineral di dalam pegangannya. Dia tahu, seharusnya segera memberi respon. Tetapi, Daisy terlalu terkejut dan tidak percaya, Krisna yang punya sikap bagai raja demit, tahu-tahu saja berubah dengan amat drastis.

Ah, pasti modus. Bentar lagi nyuruh aku mandi terus pake baju kurang bahan tadi. 

"Kamu bicara gini karena mau gerayangi aku malam ini, kan?" Daisy tanpa ragu menuduh. Dia tidak mau terbawa perasaan. Toh, bukan satu atau dua kali suaminya bermain akting seperti ini. Sedikit banyak dia jadi sedikit kebal.

Krisna tersenyum. Setelah meletakkan botol air mineral ke nakas dekat lututnya, dia mengulurkan tangan, meminta Daisy mendekat dan menyambut uluran tangannya. 

"Ke sini." pinta Krisna dengan suara lembut. Daisy yang mulanya hendak menolak, akhirnya menerima uluran tangan Krisna dan berjalan ke arahnya. 

"Sini, duduk di pangkuan gue."

Ih, sudah romantis, masih aja gue-gue, pikir Daisy begitu Krisna memintanya untuk duduk di paha pria itu. Entah kenapa, perasaan Daisy sedikit jadi aneh. Jantungnya berdebar lebih kencang dan dia sadar, wajahnya menjadi amat panas.

"Nah, kan. Ada mau. Mulutmu bau sate kambing. Emoh, aku. Mambu prengus. Mambu wedhus."

Daisy menjerit karena Krisna mencubit ujung hidungnya. Gara-gara itu juga, Daisy hampir jatuh terpeleset ke bawah kasur. Untung lengan kekar sang juara Pria Sehat Indonesia itu menahannya agar tetap di tempat. 

"Kan. Kan. Belum-belum sudah nyiksa. Sudah. Desi mau balik ke panti aja."

Belum sempat berdiri, Krisna sudah menggelitiki pinggang Daisy sampai wanita itu menjerit minta ampun. Daisy bahkan langsung meloncat, namun pelukan Krisna membuatnya malah menubruk kasur. Air matanya bahkan nyaris keluar ketika dia memohon agar Krisna menghentikan perbuatannya. 

"Mas. Ampun. Jangan gelitik. Desi nggak kuat."

Daisy memang tidak kuat digelitiki. Dulu Kartika akan selalu menggodanya dan dia akan menjerit hingga berlari dan menyembunyikan diri di balik punggung Ummi Yuyun. Kini, saat Krisna melakukan hal yang sama, tubuhnya juga memberontak. Tetapi, entah kenapa, dia tidak berlari dan malah berteriak-teriak seperti perempuan centil yang baru saja digoda oleh kakak kelas super ganteng yang selalu muncul dalam mimpi-mimpi mereka. 

"Makanya, disuruh duduk, ya, nurut." Krisna melepaskan tangannya dan kini ikut berbaring di samping Daisy. Rasanya amat aneh. Genap empat puluh tujuh hari mereka jadi suami istri, tetapi, hal seperti ini baru pertama kali terjadi dan Daisy sempat berpikir kalau tingkah mereka berdua mirip seperti sepasang ABG yang kasmaran. 

Nggak masuk akal, Daisy bicara kepada dirinya sendiri. Karena itu juga, setelah dua menit berhasil mengatur napas, dia mendorong tubuh Krisna yang memandang langit-langit kamar hotel dalam diam.

"Katanya mau mandi." Daisy kembali mengingatkan. Krisna mengangguk. Dia sempat menghela napas selama beberapa saat sebelum akhirnya memutuskan untuk bangun dan membuka kancing kemejanya.

"Des." 

Daisy mencoba duduk. Dia juga melepas jilbab miliknya dan berusaha melipat benda tersebut saat dia menoleh ke arah Krisna yang berdiri tidak jauh dari tempat tidur. 

"Gue serius soal tadi. Awal kita nikah, gue kayak orang jahat. Sumpah, gue nggak bermaksud gitu. Lo tahu, Tika … " 

Krisna tampak mengerjap dan dia tidak bicara lagi. Bagi Daisy itu sudah cukup. Dia tidak perlu adegan lebih dramatis atau yang lebih parah, berdarah-darah. Meski agak sedikit aneh karena tumben-tumbennya sang suami bersikap seperti itu sedangkan sebelum ini, dia tampak biasa-biasa saja. Jadi, tak heran, Daisy masih menduga kalau Krisna seperti kesambet sesuatu.

"Iya. Desi paham."

Mereka sempat saling diam namun tidak melepaskan pandangan selama beberapa saat. Krisna barulah berdeham dan pura-pura mengusap rambut, sehingga bagi Daisy hal itu adalah kesempatan buatnya menyuruh sang suami untuk mandi. 

Namun, baru satu menit berada di dalam kamar mandi, Krisna akhirnya keluar, hanya dengan memakai handuk hotel, membuat Daisy yang saat itu sedang memandangi pakaian dinas super minim, kaget dan melemparkan benda tersebut ke atas ranjang.

"Mas, kamu ngagetin." Daisy menyentuh dadanya sendiri. Tapi, tak urung dia bicara lagi, "Ada yang ketinggalan?"

Krisna mengangguk. Dia menunjuk ke arah Daisy dan wanita itu serta-merta kebingungan.

"Apa? Sabun?"

Krisna menggeleng. Ditariknya tangan Daisy agar wanita itu buru-buru mengikutinya ke kamar mandi. Daisy sendiri yang tidak tahu sedang dikerjai oleh suaminya sendiri, menurut. Dia kira pria itu melupakan sesuatu. 

Tetapi, begitu pintu kamar mandi tertutup dan Krisna melempar handuknya, serta memamerkan perabot kesayangannya kepada sang istri, tahulah Daisy, dia sudah masuk ke dalam jebakan Krisna yang kurang asem itu. 

"Ketinggalan bini." bisik Krisna sambil menyeringai. Tangannya sudah cekatan menarik resleting gamis milik Daisy dan matanya berbinar begitu menemukan harta karun paling indah yang membuat kepalanya selalu pening, sementara Daisy sendiri, dengan suara gagap, berusaha mengingatkan suaminya untuk berhenti bersikap gila.

"Kan. Kan. Ka kamu bbaik, karena ada maunya." 

Daisy mengeluh setelah semua pakaiannya lepas dan Krisna menggeleng tanpa ragu lalu berbisik, "Ini mau lo juga, Sayang. Gue lihat, lo nggak sabar mau pake lingerie tadi, kan? Udahlah. Gue juga nggak tahan lagi. Simpan saja buat di rumah." 

Hah? Mengada-ngada. Daisy bahkan tidak tahu bagaimana cara menggunakan benda itu dengan benar. Dia baru akan membuka Google dan wajah Krisna tahu-tahu saja nongol dari balik pintu kamar mandi.

"Bentar dulu. Mulut Desi bau sate…. Aaaahhh." 

Sayang sekali nasib duit suaminya yang melayang ke mesin kasir department store di mal sebelah. Krisna bahkan tidak mau repot-repot melihat istrinya memakai baju atau tidak. Buktinya, setelah lima menit mandi bebek di kamar mandi, dia terburu-buru menggendong tubuh sang nyonya yang basah kuyup, lalu mulai menjalankan misinya yang sejak usai kembali dari rapat tadi sempat tertunda, melanjutkan bulan madu mereka yang gagal berpuluh-puluh hari yang lalu, kemudian membuat Daisy menikmati momen ini, tanpa embel-embel dia sedang dilecehkan atau apalah, itu, seperti yang dia ucapkan tadi. 

"Desi. Sayangku. Sayangku." bisik Krisna tanpa henti di telinga Daisy, sementara wanita muda itu terlalu terkejut, tidak bisa mencegah air matanya yang tiba-tiba saja tumpah.

Tubuh Daisy bergetar sewaktu dia balas memeluk suaminya, seolah dia benar-benar sudah menerima kehadiran Krisna seutuhnya, dengan tubuhnya sendiri dan rasanya amat luar biasa. Sungguh. Dibandingkan semua pengalamannya bersama pria itu, yang mereka lakukan malam ini, membuatnya gemetar dari ujung kaki hingga ke ubun-ubun.

Akan tetapi, saat Krisna menyudahi percintaan mereka dan membubuhkan kecupan amat mesra di bibirnya, Daisy segera saja teringat dengan mimpi buruknya beberapa malam terakhir dan entah mengapa, dia merasa amat takut, untuk satu hal yang tidak bisa dia pahami sama sekali.

***

Disogok sate melenyot. 

Dahlah. 

Kapan balas dendamnya ini, Des? Ntar kaw matek dipatok kambing bandot. 😜 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top