35

Krisna yang datang ke kantor dengan senyum semringah sejak kematian Kartika Hapsari adalah hal yang tidak pernah ditemukan oleh siapa saja termasuk asistennya, Faris, atau juga sahabatnya Fadli. Namun, ketika Fadli mengetuk pintu dan mengucap salam, wajah bahagia Krisna tampak jelas kentara dan dia mau tidak mau penasaran dengan alasan yang membuat sahabatnya itu jadi jauh lebih ceria dibanding biasa.

"Gue tebak, lo cerein dia?" 

Wajah Fadli ketika mengucapkan kalimat barusan terlihat amat puas. Senyumnya juga mengembang dan dia berharap Krisna mengamini ucapannya. Tetapi, yang ada, dia malah mendapat pelototan dari Krisna.

"Mulut lo kayak comberan. Mana laporan penjualan cabang lo? Main terus ke sini. Bosen liat muka lo."

Fadli menyerahkan laporan penjualan Astera cabang Kedoya dan dia masih mengamati wajah Krisna yang kini mengamati laporan pemberian sahabatnya sambil bersiul. 

Krisna hampir tidak pernah bersiul sebelum ini. 

"Boy, kalo lo nggak doyan lagi sama bini lo, gue mau nampung." 

Krisna yang tadinya masih bersiul segera berhenti dan menatap wajah Fadli yang kini duduk santai di hadapannya seraya mengangkat satu kaki. Dia juga tidak segan menggoyangkan kaki tersebut dan menyunggingkan sebuah senyum tanda dia serius dengan ucapannya.

"Habis, gue lihat lo kayaknya benci banget sama dia. Nikah kemarin juga terpaksa, kan? Daripada dia jadi janda sia-sia, mending sama gue. Lo tahu, gue jomlo sudah tahunan. Siapa tahu, jodoh sama bini lo. Mayan, buat perbaikan keturunan."

Fadli selalu bicara jujur. Jika dia menginginkan sesuatu, tidak segan dia mengutarakan pendapatnya. Dia tahu, Krisna tidak mencintai Daisy. Bahkan, Krisna sampai hati menghardik istrinya di depan pria itu dan Fadli, padahal dia hanya berusaha mengantarkan makan siang untuknya. Fadli tidak tega melihat Daisy berusaha menahan air mata sementara Krisna membanting pintu tepat di depannya.

Malah, di rumah orang tua Krisna, Fadli jelas melihat kalau beberapa waktu lalu, Krisna juga memarahi istrinya. Sayang, Daisy yang malang itu langsung berlalu begitu dia mendekat. 

Krisna yang dia kenal tidak pernah seperti itu. Dia selalu memperlakukan semua wanita dengan hormat dan lembut. 

Kecuali kepada Daisy, mungkin. Karena itu, Fadli berpikir, jika saja Krisna ingin mencampakkan istrinya, Fadli siap pasang badan buat wanita malang tersebut.

"Kayaknya ada yang turun, nih." Krisna bicara tanpa membalas pertanyaan Fadli barusan. Dia juga meletakkan laporan yang diberikan oleh sahabatnya dan menunjuk ke arah jumlah unit penjualan lalu membandingkannya dengan penjualan sebelum ini.

"Bedanya lima unit." Krisna melanjutkan. Dia lebih senang melihat wajah kikuk Fadli yang kemudian cepat menguasai diri.

"Emang turun. Tapi lo lihat akumulasinya. Pelanggan beli unit termahal, sepuluh unit. Jatuhnya, pendapatan cabang Kedoya bulan ini jauh lebih tinggi dibanding kemarin."

Senyum di bibir Fadli masih terurai tanda dia merasa senang. Dia juga menunggu tanggapan Krisna tentang Daisy, si cantik malang yang diabaikan pria itu tanpa perasaan. Mereka adalah sahabat dan Fadli tidak menolak bila Krisna sudah muak dengan istrinya. Fadli akan berusaha membahagiakan Daisy hingga wanita cantik itu lupa caranya bersedih.

"Seharusnya, bukan cuma pendapatan, dong. Lo kerahin SPG lo, kasih bonus apalah. Mereka dah masuk ke perusahaan, belum? Kalau corporate belanja mobil kantor dikasih servis, jadi mereka bakal belanja lagi."

"Masalahnya, Boy, ini udah tengah tahun. Perusahaan, sih, masih merancang RKA. Realisasinya nggak bisa langsung kalau kita mengincar corporate." sanggah Fadli dan langsung dibalas oleh Krisna, "Alasan lo aja. Kurang keras lobby-lobby-nya."

Fadli terdiam karena kalau membalas Krisna yang kini bersikap sok santai, dia bisa mati kutu. Bagaimana pun juga, pria itu atasannya meskipun mereka tidak satu kantor. Jika hatinya sedang senang, Krisna tidak segan bercanda dengannya. Tetapi, sekarang sungguh aneh. Tadi dia terlihat sedang bersiul. Namun, ketika Fadli mulai membahas soal Daisy, wajah pria itu tampak sangat tidak senang.

"Wey, Boy, santai. Kenapa lo kayak ngegas gini? Iya, gue usahakan bulan depan penjualan mesti bagus. Tapi, nggak perlu sambil melotot kayak mau nendang biji gue, kali." Fadli mencoba mencairkan suasana yang sepertinya mulai menegang di antara mereka berdua. Bahkan, supaya Krisna tidak makin emosi, dia memilih untuk undur diri saja.

"Gue balik dulu. Nanti kalau ada perlu, call aja."

Fadli sempat membuat gerakan menelepon menggunakan ibu jari dan jari kelingkingnya sebelum dia buru-buru keluar. Tapi, entah kenapa, sebelum menutup pintu, dia nekat bicara lagi, "Gue serius soal tadi, Boy."

Krisna kembali mengangkat kepala melihat kelakuan sahabatnya. Dia tidak habis pikir, ada banyak wanita di dunia ini dan dia mengincar Daisy. Kenapa bisa Fadli tergoda pesona wanita itu? 

Ketukan terdengar dan lagi-lagi wajah Fadli muncul. Dengan senyum jahil dia berkata, "Bilang makasih sama Desi. Makanan buatannya nggak ada lawan. Pas bener sama selera gue."

Fadli kabur sebelum Krisna sempat berdiri dan berniat untuk mencekik leher pria itu. Apa maksudnya masakan Daisy enak? Sejak kapan Fadli menikmati masakan buatan istrinya? Dia sendiri bahkan belum pernah makan masakan dari adik angkat Kartika tersebut. Yang paling banter dia makan hanyalah Pop Mie dan Indomie kari ayam. Selain itu, Krisna tidak ingin dapur Kartika kotor dan dia lebih memilih makan di luar sendirian.

"Daripada dia jadi janda sia-sia, mending sama gue."

Kenapa Krisna kembali terkenang ucapan Fadli barusan? Seringai sahabatnya itu benar-benar menyebalkan dan Krisna yang melihatnya jadi ingin muntah. 

Masakan? 

Mustahil Daisy berbaik hati kepada Fadli. Wanita itu amat pemalu dan dia nyaris tidak pernah mengangkat kepala bahkan untuk menatap laki-laki lain. Krisna tahu betul hal itu karena hal yang sama terjadi kepada dirinya ketika mereka belum menikah. Daisy hanya berani bermain di belakang, memfitnah Krisna di depan Kartika dan Gendhis hingga membuatnya amat sakit hati.

"Kalo lo nggak doyan lagi sama bini lo, gue mau nampung."

Sinting! 

Hanya pria gila yang terobsesi kepada istri orang lain dan bila Fadli masih memikirkan hal itu di dalam kepalanya, Krisna tidak akan segan-segan untuk membuat perhitungan.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top